BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah
Setiap tindakan guru atau orang
tua dalam melakukan suatu kegiatan pendidikan seyogyanya dilandasi oleh
keputusan profesional yang diambil berdasarkan informasi dan pengetahuan yang
sekurang-kurangnya meliputi 3 hal, yaitu apa yang diketahui tentang proses belajar
dan perkembangan anak, apa yang diketahui tentang kekuatan, minat dan kebutuhan
setiap individu anak di dalam kelompoknya, serta pengetahuan tentang konteks
sosial kultural di mana anak hidup.
Hal yang perlu menjadi bahan
pemahaman para guru dan orang tua dalam rangka menentukan pendekatan yang tepat
dalam kegiatan belajar mengajar adalah pengetahuan tentang teknik membentuk
tingkah laku anak. Teknik-teknik itu meliputi teknik memahami, mengabaikan,
mengalihkan perhatian, keteladanan, hadiah, perjanjian, membentuk, merubah
lingkungan rumah, memuji, mengajak, menantang, menggunakan akibat yang wajar
dan alamiah, sugesti, meminta, peringatan atau isyarat, kerutinan dan
kebiasaan, menghadapkan suatu problem, memecahkan perselisihan, menentukan
batas-batas aturan, menimpakan hukum, penentuan waktu dan jumlah hukuman, serta
menggunakan pengendalian secara fisik.
Pada usia Taman Kanak-kanak anak
telah memiliki pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka
pengembangan moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral
position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap
suatu nilai moral yang didasari oleh cognitive
motivation aspects dan affective motivation aspects. Menurut John Dewey
tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral,
conventional dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada
fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua
karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut. Sedangkan menurut Piaget,
seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan
autonomous. Seorang guru Taman Kanak-kanak harus memperhatikan tahapan
hetero-nomous karena pada tahapan ini anak masih sangat labil, mudah terbawa
arus, dan mudah terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses
latihan, serta pembiasaan yang terus-menerus.
Moralitas anak Taman Kanak-kanak
dan perkembangannya dalam tatanan kehidupan dunia mereka dapat dilihat dari
sikap dan cara berhubungan dengan orang lain (sosialisasi), cara berpakaian dan
berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan makan. Demikian pula, sikap dan
perilaku anak dapat memperlancar hubungannya dengan orang lain. Penanaman moral
kepada anak usia Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
lebih disarankan untuk menggunakan pendekatan yang bersifat individual,
persuasif, demokratis, keteladanan, informal, dan agamis. Beberapa program yang
dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak dalam rangka menanamkan dan mengembangkan
perilaku moral anak di antaranya dengan bercerita, bermain peran, bernyanyi,
mengucapkan sajak, dan program pembiasaan lainnya.
Perkembangan moral dan
etika pada diri anak Taman Kanak-kanak dapat diarahkan pada pengenalan
kehidupan pribadi anak dalam kaitannya dengan orang lain. Misalnya, mengenalkan
dan menghargai perbedaan di lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran
gender dengan orang lain, serta mengembangkan kesadaran anak akan hak dan
tanggung jawabnya. Puncak yang diharapkan dari tujuan pengembangan moral anak
Taman Kanak-kanak adalah adanya keterampilan afektif anak itu sendiri, yaitu
keterampilan utama untuk merespon orang lain dan pengalaman-pengalaman barunya,
serta memunculkan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan teman disekitarnya. Hal
yang bersifat substansial tentang pengembangan moral anak usia Taman
Kanak-kanak di antaranya adalah pembentukan karakter, kepribadian, dan
perkembangan sosialnya. Guru Taman Kanak-kanak harus menguasai strategi
pengembangan emosional, sosial, moral dan agama bagi anak Taman Kanak-kanak.
Guru Taman Kanak-kanak perlu untuk senantiasa mengadakan penelitian tentang
pengembangan dan inovasi dalam bidang pendidikan bagi anak usia dini.
Ruang lingkup tahapan/pola
perkembangan moral anak di antaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam
menginternalisasikan nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan
dan mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta
dalam mematuhi, melaksanakan/ menentukan pilihan, menyikapi/menilai, atau
melakukan tindakan nilai moral Menurut Piaget anak berpikir tentang moralitas
dalam 2 cara/tahap, yaitu cara heteronomous (usia 4-7 tahun ), di mana anak
menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang
tidak berubah dan lepas dari kendali manusia dan cara autonomous (usia 10 tahun
keatas) di mana anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum itu
diciptakan oleh manusia. Menurut Kohlberg, perkembangan moral anak usia
prasekolah berada pada level/tingkatan yang paling dasar, yaitu penalaran moral
prakonvensional. Pada tingkatan ini anak belum menunjukkan internalisasi
nilai-nilai moral. Pertimbangan moralnya didasarkan pada akibat-akibat yang
bersifat fisik dan hedonistik. Ada 4 area perkembangan yang perlu ditingkatkan
dalam kegiatan pengembangan atau pendidikan usia prasekolah, yaitu perkembangan
fisik, sosial emosional, kognitif dan bahasa.
Anak Indonesia memiliki
perkembangan moral yang tidak jauh berbeda dengan anak di dunia pada umumnya.
Faktor-faktor pembentuk munculnya perbedaan moral manusia diantaranya kenyataan
hidup, tantangan yang dihadapi, dan harapan yang dicita-cita oleh komunitas
manusia itu sendiri. Masalah yang paling penting dalam pendidikan moral bagi
anak Indonesia adalah bagaimana upaya kita sebagai seorang guru Taman Kanak-kanak
agar setiap perbedaan yang muncul dapat kita arahkan menjadi suatu materi
pendewasaan sikap dan perilaku anak dalam sosialisasinya. Tidak ada salahnya
kita sisipkan pendidikan multikultur kepada anak usia Taman Kanak-kanak sesuai
dengan tingkat dan pemahaman mereka.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan
tersebut di atas, maka dapat penulis rumuskan permasalahan yang diangkat dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
Apa hakikat aplikasi pengembangan moral di
lembaga PAUD ?
2.
Apa hakikat penanaman nilai-nilai cinta
lingkungan ?
3.
Apa hakikat penanaman nilai-nilai cinta tanah
air ?
4.
Apa peran guru dalam pengembangan moral di
lembaga PAUD ?
5.
Bagaimana penanaman nilai-nilai cinta lingkungan
dan tanah air ?
1.3. Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui hakikat aplikasi pengembangan
moral di lembaga PAUD.
2.
Untuk mengetahui hakikat penanaman nilai-nilai
cinta lingkungan.
3.
Untuk mengetahui hakikat penanaman nilai-nilai
cinta tanah air.
4.
Untuk mengetahui peran guru dalam pengembangan
moral di lembaga PAUD.
5.
Untuk mengetahui penanaman nilai-nilai cinta
lingkungan dan tanah air pada anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Aplikasi
Pengembangan Moral di Lembaga PAUD
2.1.1 Hakikat
Aplikasi Pengembangan Moral di Lembaga PAUD
Pengembangan moral anak di taman
kanak-kanak adalah suatu upaya pendidikan yang bertujuan mengenalkan aturan
kehidupan manusia dalam konteks hubungan sosial di antara sesama manusia sejak
dini. Upaya ini bukan saja seiring dengan kehidupan berbudaya, tetapi jauh
lebih penting lagi sebagai proses regenerasi peradaban dalam rangka pelestarian
etika, norma, dan nilai-nilai luhur kehidupan manusia sejak dini. Itulah
urgensinya yang menyebabkan aplikasi pengembangan moral di lembaga PAUD menjadi
suatu hal strategis dan tepat dilaksanakan.
Salah satu contoh aplikasi
pengembangan moral di lembaga PAUD adalah mereka didekatkan dengan berbagai
kegiatan yang kreatif dan menyenangkan, tetapi senantiasa diwarnai oleh
pendekatan moral yang dimunculkan dalam bentuk kegiatan rutin ataupun spontan
dan terprogram dengan baik. Anak diajak mengenal teman seusianya, saling
memberi, meminjamkan sesuatu kepada yang membutuhkannya, dan membiasakan peduli
serta sikap berterima kasih terhadap kebaikan orang lain. Tidak ubahnya konteks
kehidupan mereka seperti sebuah miniatur kehidupan umat manusia.
Kehidupan anak-anak dalam
konteks ilmu sosial tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Mereka memiliki
naluri untuk bergaul, berteman, bersosialisasi, dan bermain bersama. Dunia
mereka memang masih terbatas dari apa yang mereka ketahui dan belum memiliki
banyak pengetahuan terhadap hal-hal yang bersifat abstrak. Bermain adalah dunia
mereka, pekerjaan mereka dan aktivitas rutin mereka. Namun, kita jangan pernah menganggap
bahwa dalam bermain itu tidak ada manfaatnya. Tidak jarang saat ini kita banyak
menemukan orang tua yang melarang atau mengurangi hak anak untuk bermain dengan
berbagai alasan. Mulai dari harus membantu pekerjaan orang tuanya, ingin
memperoleh prestasi macam-macam dengan tambahan berbagai aktivitas les, dan
karena takut anaknya mendapat pengaruh negatif dari pergaulan dalam bermain
tersebut.
Adapun pengertian moral berasal
dari bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan,
watak, tabiat, akhlak (K.Prent, et al dalam Soenarjati 1989 : 25). Dalam
perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang
baik, yang susila (Amin Suyitni, dalam Soenarjati 1989 : 25). Dari pengertian
itu dikatakan bahwa moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu
dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan
kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara
moral.Terkait dengan persoalan moral, para ahli psikologi dan ahli filsafat
tidak didapatkan kata sepakat mengenai persoalan apa sebenarnya yang membentuk
suatu masalah moral.
Namun demikian sebagian para
ahli sependapat bahwa masalah moral akan muncul manakala terjadi suatu
pertentangan ataupun konflik mengenai persolan tujuan, rencana, hasrat ataupun
keinginan serta harapan manusia. Kepekaan seseorang mengenai kesejahteraan dan
hak orang lain merupakan pokok persoalan ranah moral. Kepekaan tersebut mungkin
tercermin dalam kepedulian seseorang akan konsekuensi tindakannya bagi orang
lain, dan dalam orientasinya terhadap pemilikan bersama serta pengalokasian
sumber pada umumnya. Ketika anak-anak berhadapan pada pertentangan seperti yang
telah dikemukakan di atas, maka diharapkan teori developmental dapat
mengatasinya. Dengan kata lain, teori ini memusatkan perhatian secara khusus
pada bagaimana cara anak-anak menghadapi pertentangan tersebut.
Selain itu, proses yang mereka
lakukan dalam menyelesaikan permasalahan moral dapat untuk memotivasi agar
memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan untuk merasa tidak
senang manakala mereka tidak memperhatikan kepentingan orang lain (Marthin L.
Hoffman, 1992: 470).Pendidikan moral merupakan salah satu pendekatan yang
dianggap sebagai gerakan utama dalam pendidikan nilai secara komprehensif
seperti telah dituliskan di muka. Pendidikan moral mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan mengatasi konflik, dan perilaku yang baik, jujur, dan
penyayang (kemudian dinyatakan dengan istilah ”bermoral”). Tujuan utama
pendidikan moral adalah menghasilkan individu yang otonom, memahami nilai-nilai
moral dan memiliki komitmen untuk bertindak konsisten dengan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan moral mengandung beberapa komponen yaitu: pengetahuan
tentang moralitas, penalaran moral, perasaan kasihan dan mementingkan
kepentingan orang lain, dan tendensi moral (Darmiyati Zuchdi, 2003:13).
2.1.2 Program Kegiatan
Aplikasi Moral di Lembaga PAUD
Pelaksanaan program kegiatan
aplikasi moral di lembaga PAUD adalah wujud dari pentingnya manusia sejak usia
dini mengenal arti dari aturan kehidupan di dunia ini. Sekecil apapun ruang
lingkup kehidupan manusia niscata memerlukan aturan agar dalam perjalanannya
mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban hidup. Kita perlu mengenal setiap
orang di sekitar kita, baik dari jenis kelamin, sifat, watak maupun karakter
dasarnya. Dengan pemahaman seperti itu, manusia diharapkan dapat hidup selaras,
serasi dan seimbang ketika bersosialisasi dengan sesamanya.
Pengetahuan kita tentang hakikat
anak didik dalam kaitannya dengan pembentukan karakteristik ini penting dalam
memprediksikan atau memperkirakan kegiatan yang akan dilakukan/dibuat, bahan
yang dibutuhkan, interaksi apa yang perlu ada, atau pengalaman apa yang harus
anak rasakan secara aman, cara menjaga kegiatan tersebut agar sesuai dengan
prinsip kesehatan bagi anak, cara menarik minat anak, dan mendesain suatu
kegiatan yang menantang anak, tetapi dapat dicapai oleh anak itu sendiri.
Pembelajaran moral dalam konteks
ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam
kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan pada
anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan
perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara
tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih
banyak berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak
secara proporsional. Pada anak usia antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih
diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi
lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan
pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang berhubungan
dengan perilaku baik dan buruk.
Esensi lain yang perlu menjadi
bahan pemahaman guru dan para orang tua dalam menentukan berbagai kegiatan dan
pendekatan yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar adalah pengetahuan
tentang teknik membentuk tingkah laku anak yang sesuai nilai-nilai moral.
Teknik-teknik itu meliputi hal berikut :
1.
Memahami
Tingkah laku anak harus dipahami guru
dengan sewajarnya walaupun tampak mengesalkan, menjengkelkan dan merepotkan.
Akan tetapi, bukan berarti guru menyetujui sepenuhnya, melainkan sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
2.
Mengabaikan
Tingkah laku yang tidak pantas dihilangkan
dengan cara mengabaikan, misalnya iika anak merengek-rengek. Dengan catatan,
sejauh itu tidak berbahaya, orang tua harus konsisten dengan sikapnya dan
dilakukan oleh seluruh anggota keluarga walau membutuhkan kesabaran dan
keteguhan. Jangan pernah membiarkan adanya oknum dari anggota keluarga yang
memberikan sikap kontradiktif dengan kita. Sangatlah kurang bijaksana apabila
di hadapan anak ada model bahan perlindungan negatif bagi diri anak yang pada
akhirnya akan turut membentuk kepribadian ganda anak.
3.
Mengalihkan perhatian
Mengalihkan kegiatan anak dari kegiatan
negatif dengan cara mengajukan pertanyaan ke arah lain, mengajak melakukan
sesuatu dan menyuruh melakukan kegiatan lain.
4.
Keteladanan
Keteladanan lebih efektif daripada
kata-kata pengaruh. Tingkah laku orang tua dan guru lebih penting dari usaha
orang tua yang dilakukan secara sadar untuk mengajar anak. Anak lebih
memerlukan teladan daripada kritik.
5.
Hadiah
Makin banyak orang tua atau guru tentang
kesenangan anak, makin efektif cara menentukan jenis hadiah. Ada dua cara
memberikan hadiah, memberi tahu anak bahwa ia akan diberi hadiah bila ia
bertingkah laku positif dan memberikan hadiah setelah anak bertingkah laku
positif tanpa diberi tahu terlebih dahulu.
6.
Perjanjian
Mengadakan persetujuan formal yang tertulis
antara anak dan orang tua atau guru sehingga tuntutan lebih jelas dan berisi
syarat-syarat tingkah laku dan hadiah. Ini diperlukan untuk anak yang tidak
atau kurang mempunyai motivasi dan menghindari percekcokan.
7.
Membentuk
Mengubah tingkah laku anak yang cukup
kompleks dengan cara membagi tugas menjadi komponen-komponen, melakukan secara
bertahap, mengatur tingkat kesulitan tugas, dan memberi hadiah untuk setiap
komponen. Contohnya anak memakai pakaian seragam sekolah sendiri dengan rapi.
8.
Mengubah lingkungan rumah
Mencegah tingkah laku negatif lebih efektif
daripada memperbaikinya. Ini dilakukan dengan cara menambah, mengurangi, dan
merapikan kembali lingkungan di sekitar anak.
9.
Memuji
Dorongan yang cukup kuat pada setiap orang
adalah ingin dianggap penting. Pujian memberikan rasa berharga, mampu, dan
percaya diri pada anak. Hal ini sangat penting pada anak yang rendah diri dan
pemalu. Tingkah laku positif apabila tidak diuji akan melemah atau hilang.
10. Mengajak
Caranya dengan memengaruhi anak untuk
melakukan sesuatu yang membangkitkan perasaan, dorongan dan cita-cita daripada
logika/intelektual. Strategi yang dapat dilakukan adalah kata-kata mengimbau,
dramatisasi serta meningkatkan kualitas ajakan.
11. Menantang
Memberi tantangan yang bersifat bersahabat
lebih efektif terhadap anak yang dianggap mampu, tetapi kurang motivasi, dan
sangat efektif untuk anak balita. Cara ini cocok dilakukan untuk tugas-tugas
sederhana.
12. Menggunakan
akibat yang wajar dan alamiah
Membiarkan anak untuk belajar mengalami
13. Sugesti
Memasukkan sesuatu pikiran ke dalam jiwa
anak. Sugesti tidak melakukan tekanan sehingga anak bebas untuk melakukan
sikap. Lebih efektif bila yang memberikannya
14. Meminta
Mengimbau anak untuk melakukan sesuatu bagi
orang tua. Anak akan memenuhi permintaan bila ada hubungan positif antara orang
tua dan anak. Orang tua harus bersedia menerima jawaban “ya” atau “tidak”
walaupun saat memerintah jawaban yang dikehendaki orang tua adalah “ya” orang
tua yang bijak akan lebih sedikit menggunakan perintah dan lebih sering
menggunakan permintaan, sugesti atau ajakan.
15. Peringatan
atau isyarat
Peringatan bias isyarat verbal atau
nonverbal dan harus dibedakan dengan omelan. Peringatan bersifat objektif,
sedangkan omelan bersifat emosional.
16. Kerutinan
dan kebiasaan
Kegiatan ini merupakan penanaman disiplin
sehari-hari. Kebiasaan harus dilaksanakan dengan konsisten, baik oleh orang tua
maupun anak. Penyimpangan terhadap aturan ini jangan ditoleransi.
17. Menghadapkan
suatu problem
Beritahukan kepada anak secara jelas bahwa
tingkah laku mereka menimbulkan suatu masalah yang tidak menyenangkan orang
lain.
18. Memecahkan
perselisihan
Penyelesaian konflik dengan teman-teman
yang lain lebih efektif dengan argumentasi yang logis daripada penyelesaian
dengan berkelahi.
19. Menentukan
batas-batas aturan
Agar batasan efektif, perlu mengacu hal-hal
berikut ini:
a.
Jangan terlalu banyak pembatasan
b.
Batasan harus jelas dan spesifik
c.
Aturan harus konsisten
d.
Berkatalah dengan kata yang menunjukkan cara
positif
e.
Beri suatu tenggat
f.
Bangunlah hubungan timbal balik
g.
Harapkanlah kerelaan
h.
Bertahap
i.
Berikan kesempatan anak untuk memberi
pertimbangan
j.
Tinjauan berkala
k.
Mendesak
l.
Beri pujian
m.
Beri umpan balik
n.
Beri pilihan
o.
Tingkatkan pengaturan diri sendiri
p.
Buatlah suatu pernyataan positif daripada yang
negatif
q.
Menggunakan permintaan
r.
Menggunakan pengurangan secara bertahap
s.
Disertai keyakinan
20. Menimbulkan
hukuman
Hukuman terdiri atas hukuman saat melakukan
perbuatan yang tidak menyenangkan, pencabutan suatu kesenangan, dan menimpakan
kesakitan baik kejiwaan maupun fisik.
Berikut ini adalah pedoman dalam
menjatuhkan hukuman :
a.
Jelas dan terang
b.
Menunjukkan alternatif yang dapat diterima
c.
Tingkah lakunya yang dicela bukan anaknya
d.
Konsisten
e.
Kembangkan suatu hubungan yang bersifat kasih
sayang
f.
Kumpulkan semua fakta
g.
Penggunaan hukuman hanya sebagai usaha terakhir
h.
Waktu yang secepatnya
i.
Beri hadiah untuk tingkah laku yang positif
j.
Perhatikan efek hukuman bagi anak
k.
Melibatkan anak
l.
Tenang dan objektif
m.
Adil
n.
Tidak ada hukuman ganda
o.
Harus bersifat pribadi
p.
Usahakan pencegahan
q.
Gabungkan dengan dukungan pada anak
r.
Turut mengalami
s.
Berilah suatu peringatan
t.
Hindari kecenderungan untuk menjadi orang tua
yang sempurna
21. Penentuan
waktu dan jumlah hukuman
Penjatuhan hukuman akan lebih baik jika
segera dilakukan ketika perbuatan salah itu dilakukan dan jangan menunda-nunda
hukuman. Anak akan lebih cepat mempelajari suatu tingkah laku baru, jika mereka
diberi penguatan berupa sanksi, setiap mereka melaksanakan tingkah laku itu.
Hal yang terbaik adalah pemberian penguatan sebanyak mungkin sampai dia
menguasai dan memiliki tingkah laku tertentu dan selanjutnya berilah penguatan
itu sekali-kali saja.
22. Menggunakan
pengendalian secara fisik
Metode ini hanya dapat digunakan jika segala
teknik untuk mempengaruhi anak telah dilakukan dan menemui kegagalan. Sewaktu
menggunakan paksaan secara fisik, orang tua harus tetap tenang dan teguh.
Tunjukkan ketetapan hati dan bukan permusuhan. Hindari suara teriakan dan
tatapan mata yang melotot. Jelaskan alasan menggunakan paksaan fisik, yaitu
orang tua telah memberi peringatan akan konsekuensi-konsekuensinya tetapi anak
melanggarnya terus.
2.1.3 Penerapan
Pengembangan Moral di Lembaga PAUD
Anak dapat mengalami
perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalamanan bekenaan dengan
moralitas. Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk
memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku (Suyanto, 2005: 67).
Mengingat moralitas merupakan factor penting dalam kehidupan manusia maka
manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi
perkembangan moralnya.
Perkembangan moral anak tidak
terlepas dari lingkungan di luar rumah. Menurut Goleman (1997) dan Megawangi
(2004) dalam Aisyah dkk. (2007: 8.41 – 8.42), bahwa lingkungan sekolah berperan
dalam pengembangan moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga
pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pada taman
kanak-kanak. Menurut Schweinhart (Aisyah dkk., 2007: 8.42), pengalaman yang
diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada
pada perkembangan anak selanjutnya.
Di lembaga pendidikan formal
anak usia dini, peran pendidik dalam pengembangan moral anak sangat penting.
Oleh karena itu, menurut Megawangi (Aisyah, 2007: 8.45), pendidik harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1)
Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang,
adil, dan hormat.
2)
Memberikan perhatian khusus secara individual
agar pendidik dapat mengenal secara baik anak didiknya.
3)
Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh
panutan.
4)
Membetulkan perilaku yang salah pada anak didik.
Dalam kaitannya dengan penerapan
pengembangan moral di lembaga PAUD, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
program ini akan dapat dilaksanakan dengan banyak alternatif. Mulai dari
program terintegrasi, program sisipan, ataupun program khusus. Contoh penerapan
pengembangan moral dan nilai-nilai agama bagi anak usia dini dapat diwujudkan
dalam berbagai macam variasi kegiatan berikut :
1.
Kegiatan rutin sehari-hari (bersalaman dengan
guru, dan teman saat datang ke sekolah)
2.
Menyapa dengan salam keselamatan pada pagi hari,
siang hari, sore hari dan saat waktu tertentu
3.
Bermain bersama di luar kelas dengan membiasakan
budaya antre saat menggunakan mainan bergantian
4.
Belajar membantu teman dengan meminjamkan barang
atau mainan yang dibutuhkan teman
5.
Berdoa sebelum melakukan segala sesuatu
6.
Memanfaatkan metode bercerita dan mendongeng
sebagai wahana penanaman moral kepada anak secara tersembunyi
7.
Memanfaatkan buku cerita dengan penekanan
pengenalan nilai moral kehidupan
8.
Memanfaatkan peringatan keagamaan dan
melibatkannya sebagai momentum untuk mendekatkan dan memberi pengalaman nyata
kepada anak dalam penanaman moral dan nilai-nilai agama.
2.2. Aplikasi
Penanaman Nilai-Nilai Cinta Lingkungan
2.2.1. Hakikat
Aplikasi Penanaman Cinta Lingkungan
Terdapat suatu kondisi tempat
kehidupan manusia yang menyenangkan, penuh pesona, memancing pertanyaan dan
dapat dinikmati. Alam dunia dan seisinya adalah lingkungan terbesar bagi
manusia termasuk anak usia dini. Pengalaman dan pengetahuan baru akan mudah di
peroleh anak apabila mendapatkan kesempatan menikmati lingkungan di sekitar
hidupnya.
Dari lingkungan anak akan mampu
menangkap banyak pengetahuan dan pengalaman nyata dan berbagai kesempatan untuk
bertanya tentang alam lingkungan dan sekitarnya. Anak usia dini masih peka
terhadap sesuatu karena didorong oleh rasa keingintahuannya (curiocity) yang tinggi.
Sebagai makhluk sosial, manusia
sejak dini perlu diperkenalkan hakikat lingkungan disekitar hidupnya. Sesuai
dengan julukkan zoon politicon, manusia memiliki kecenderungan untuk
bergaul dan saling bergantung dengan sesama. Pengertian yang demikian harus
diperkenalkan kepada seluruh anak usia dini agar memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang baik bahwa segala sesuatu yang ada diluar dirinya adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh dirinya, itulah hakikat lingkungan.
Salah satu unsur yang erat
kaitannya dengan masalah lingkungan adalah memperhatikan hal – hal terdekat
dengan diri anak.mulailah mengenalkan hakikat lingkungan anak dengan dirinya
sendiri, keluarga, tanaman, binatang, pekerjaan, kendaraan, sampai berbagai
peristiwa anak yang mungkin belum pernah dialami anak. Ruang lingkup tersebut
sesuai dengan pola pikir (mindset) anak yang akan mudah mengenal dan memahami
apabila dialami yang terdekat dengan dirinya.
Cinta dalam konteks ini adalah
cinta terhadap lingkungan sekitar kita. Cinta yang terpelihara akan memunculkan
sikap dan perilaku yang penuh kasih sayang terhadap siapapun dan
apapun. Tidak setiap orang mampu melakukan itu meski setiap orang
memiliki cinta dalam hatinya. Hal yang membedakan adalah proses penanaman cinta
dalam konteks pendekatan pendidikan.
Pendidikan anak usia dini adalah
gerbang pertama dan utama yang memberikan kontribusi (sumbangan) pada
pembentukan fondasi karakter manusia. Keterlibatan pendidik bagi anak usia dini
sangat mempengaruhi bagaimana anak memperoleh nilai dan arti cinta lingkungan.
Dasar perhatian, cinta dan kasih
sayang baik dari orang tua maupun orang di sekitar akan berdampak baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan, jika sebaliknya akan berdampak buruk bagi anak.
Kontak fisik dapat menimbulkan
pengaruh positif terhadap perkembangan kejiwaan anak di kemudian hari.
Kesepakatan bersama antara
menteri Negaara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Kep
07/MNLH/06/2005 – Nomor 05/VI/KB/2005 tentang pembinaan dan pengembangan
pendidikan lingkungan hidup yang di tandatangani pada 3 juni 2005 di Jakarta.
Tujuan dari kesepakatan bersama yaitu :
1.
Kerjasama diantara kedua belah pihak.
2.
Pengetahuan dan pemahaman mengenai wawasan
lingkungan hidup kepada peserta didik dan masyarakat.
3.
Mutu sumber daya manusia sebagai pelaksana
pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup.
Ruang lingkup kesepakatan bersama :
1.
Koordinasi dalam penyusunan program pendidikan
lingkungan hidup jangka pendek, menengah dan panjang.
2.
Pengembangan pendidikan lingkungan hidup sebagai
wadah / sarana menciptakan perubahan perilaku manusia yang berbudaya
lingkungan.
3.
Peningkatan pendidikan lingkungan hidup pada
semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
4.
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di bidang
pendidikan lingkungan hidup.
5.
Peningkatan peran serta untuk berpartisipasi
dalam pendidikan lingkungan hidup.
Tidak saja berkaitan erat dengan
lingkungan dalam arti fisik, namun juga perlu ditingkatkan dalam kesadaran
setiap manusia untuk peduli dengan orang di sekitar. Seiring berjalannya waktu
anak usia dini akan mengenal berbagai hal dari lingkungan :
1. Cinta Lingkungan
disekitar Diri Sendiri
Pemahaman diri sendiri di mulai dari kemampuan penerimaan
jenis kelamin, peran dan fungsi perbedaan kelamin, mendorong anak untuk
memerankan hakikat dirinya sendiri. Secara progresif diharapkan anak mampu
melakukan berbagai aktivitas sebagai wujud tanggung jawab pribadi, seperti
melakukan kebiasaan yang akhirnya akan menjadi kebiasaan rutinsebagai wujud
dari cinta lingkungan disekitar dirinya. Dan dapat dikaitkan dengan tema “Diri
Sendiri/aku”.
2. Cinta Lingkungan
disekitar keluarga
Keluarga adalah institusi perdana yang akan membentuk
kehandalan sebuah masyarakat kecil. Dalam dunia pendidikan, sebagian besar
presentase pembentukan karakter dan kehidupan anak di tentukan oleh pola asuh
keluarga. Apabila keluarga mendidik anak dengan penuh kasih sayang maka
pastilah seluruh anggota keluarga akan mencintai lingkungan di sekitar
keluarga, dan dapat di kaitkan dengan tema “diri sendiri/Keluarga”.
3. Cinta Lingkungan
disekitar tanaman
Global warning &
climates change (pemanasan global & perubahan iklim), fenomena
alam yang berkaitan erat dengan kelestarian alam ini sangat mendunia sehingga
anakpun mengenalnya. Upaya penyadaran diri dan bukti kecintaan terhadap
lingkungan alam, sejak awal anak didekatkan pada tanaman / tumbuhan, sangat
baik diperkenalkan kepada anak dalam wujud mengenalkan berbagai tanaman, cara
menanam, merawat, menyiram, memupuk, fungsi dan manfaat menanam dan
menjaganya yang akan memberikan pengetahuan betapa pentingnya tanaman. Manusia
memiliki tingkat kesadaran yang tinggi yaitu menjaganya dari hal apapun.
Pengembangan nilai moral cinta lingkungan di sekitar tanaman dikaitkan dengan
tema “Lingkunganku/tanaman”.
4. Cinta Lingkungan
disekitar binatang
Selain menciptakan manusia Allah juga menciptakan tumbuhan,
gunung, tata surya dan binatang.kesadaran untuk melestarikan binatang tentu
dapat dijadikan wahana edukasi, seperti mengunjungi tempat pemerahan sapi,
peternakan unggas, dan sebagainya. Dari pendekatan fieldtrip ini anak akan menjadikan kesan mendalam dari apa yang
mereka lihat. Cinta lingkungan disekitar binatang dapat dikaitkan dengan tema
“Lingkunganku/Bintang”
5. Cinta Lingkungan
disekitar pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dimiliki seseorang
yang sesuai dengan keahliannya. Pendekatannya dapat dimulai dengan berbagai
macam pekerjaan. Cinta lingkungan disekitar pekerjaan dikaitkan dengan tema
“pekerjaan/profesi”.
6. Cinta Lingkungan
disekitar kendaraan
Berkendaraan adalah kebutuhan bagi setiap orang, aktivitas
yang begitu banyak saat ini kehidupan manusia menjadikan antara kendaraan dan
aktivitas hidup ridak dapat dipisahkan, sehingga masalah polusi udarapun muncul
dimana – mana. Permasalahan ini patut kita kenalkan terhadap anak didik kita.
Cinta lingkungan disekitar kendaraan dikaitkan dengan tema “Transportasi”.
7. Cinta Lingkungan
disekitar lingkungan hidup
Pendidikan lingkungan hidup bagi anak usia dini sama artinya
dengan mengenalkan mereka terhadap berbagai hal yang ada dialam.pendidikan
lingkungan hidup harus mempertimbangkan lingkungan sebagai totalitas alami dan
buatan, bersifat teknologi dan sosial. Pendidikan lingkungan hidup harus
mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisiplin dengan menarik ciri / isi
spesifik dari disiplin ilmu sehingga memungkinkan pendekatan yang holistik dan
perspektif yang seimbang yang dapat dilakukan dengan cara :
a)
Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama
b)
Secara eksplisit (memmpertimbangkan /
memperhitungkan)
c)
Meningkatkan kemampuan peserta didik.
d)
Menghubungkan (relating) kepekaan terhadap
lingkungan hidup.
e)
Membantu peserta didik untuk menemukan
(discover) gejala dan penyebab masalah lingkungan.
f)
Memberikan tekanan mengenai kompleksitas masalah
lingkungan.
Beberapa hal yang patut direnungkan :
1) Pendidikan Lingkungan
Hidup dalam Buku Catatan
Pendidikan Lingkungan Hidup dan kependudukan dimasukkan
dalam pendidikan formal, yang dilakukan secara terintregasi dengan mata ajaran
yang telah ada.
2) Pendidikan Lingkungan
Hidup : bahan dasar yang dilupakan
Puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah
dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan Lingkungan Hidup
memasukkan aspek efektif yaitu tingkah laku nilai dan komitmen untuk membangun
masyarakat yang berkelanjutan. Beberapa cara untuk menyelesaikan masalah;
berkomunikasi.
Inti dari 3 pilar yaitu :
a.
Pilar ekonomi, menekankan pada perubahan sistem
ekonomi agar semakin ramah lingkungan
b.
Pilar sosial, menekankan pada upaya pemberdayaan
masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
c.
Pilar lingkungan, menekankan pada pengelolaan
SDA dan lingkungan yang berkelanjutan.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan diatas :
a)
Aspek afektif
b)
Aspek kognitif
c)
Aspek sosial
d)
Aspek sensori motorik
e)
Aspek lingkungan
3) Pendidikan Lingkungan
Hidup : terjerumus diurang pembebanan baru
Sebagai ruang dari peningkatan kapasitas anak bangsa,
dimulai dengan cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan
potensi.
4) Pendidikan Lingkungan
Hidup : duduk diam dan bercerminlah
2.2.2 Pendekatan
dan Metode Pendidikan Lingkungan Hidup
Sebagai sebuah upaya untuk
mengubah cara pandang dan perilaku segenap komponen masyarakat agar memiliki
kepedulian dan kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya kelestarian
lingkungan, kegiatan pendidikan lingkungan hidup memerlukan metode atau
pendekatan yang tepat sesuai dengan karakteristik persoalan dan kelompok
sasaran yang dihadapi. Di bawah ini terdapat beberapa pendekatan atau metode
yang umum digunakan dalam proses belajar mengajar.
1. Pendekatan Tatap
Muka
Meliputi metode ceramah, diskusi, studi kasus dan ekskursi.
Yaitu metode pembelajaran yang menekankan pentingnya pemahaman terhadap kondisi
riil.
2. Pendekatan
nontatap muka
Yaitu instruktur / pengajar / narasumber tidak bertemu
dengan para peserta.
3. Metode
Pembelajaran
Didasarkan kelompok umur :
a. Umur 7 – 8, 11 – 12 tahun
(setingkat SD) menggunakan logika dalam memecahkan masalah
b. Metode yang disarankan yaitu aktivitas
dan permainan untuk mengajarkan konsep.
2.2.3. Teknik
– teknik Dasar Presentasi Dalam Pendidikan Lingkungan Hidup
Perlu diingat bahwa sebuah
presentasi tidak hanya membawa misi untuk :
1.
Memberi informasi
2.
Memberi ilustrasi
3.
Memutuskan suatu materi
4.
Mendiskusikan suatu materi
Akan tetapi, lebih penting lagi
bahwa presentasi membawa misi untuk dapat:
1.
Membangkitkan antusiasme audiens (anak usia dini
khususnya)
2.
Melakukan persuasi (bujukan)
3.
Membuat audiens mampu mengajukan pertanyaan
4.
memotivasi
Oleh karena itu, dalam sebuah
penyajian presentasi kita patut mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
1.
Pentingnya menciptakan suasana yang tepat dan
membawakan sikap yang tepat pada saat menyajikan dan sifat presentasi
2.
Tepat, menyesuaikan gaya untuk menyajikan
presentasi.
3.
Melakukan persiapan sebelum presentasi.
4.
Memahami metode penyampaian data.
5.
Pendekatan profesional terhadap penggunaan alat
– alat bantu audiovisual.
6.
Penggunaan bahasa secara terkendali dan
terencana (ucapan jelas dan ringkas).
2.3 Aplikasi
Penanaman Nilai-Nilai Cinta Tanah Air
2.3.1 Hakikat
Aplikasi Penanaman Nilai-Nilai Cinta Tanah Air
Rasa cinta tanah air adalah rasa
kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang
dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat dimana ia tinggal. Yang
tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah
airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat
atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam
dan lingkungan.
Cinta Tanah Air
merupakan pengalaman dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara, syarat-syarat pembelaan negara diatur dalam Undang - Undang.
Kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya berbakti kepada negara dan
kesediaan berkorban membela negara.
Oleh karena itu, rasa
cinta tanah air perlu ditumbuh kembangkan dalam jiwa setiap individu sejak usia
dini yang menjadi warga dari sebuah negara atau bangsa agar tujuan hidup
bersama dapat tercapai. Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta
tanah air adalah dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui
proses pendidikan. Rasa bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan
memberikan pengetahuan dan dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya yang
kita miliki bersama. Oleh karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya
dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga
yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah air.
Salah
satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan
menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses pendidikan. Rasa
bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan
dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh
karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai
sebuah alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi
munculnya rasa cinta tanah air.
2.3.2 Mempertebal
Cinta Tanah Air
Peningkatan kesadaran masyarakat
akan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah sarana untuk membangkitkan semangat
nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan dengan senantiasa
memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa serta bernegara dalam kehidupan
bermasyarakat. Kehendak bangsa untuk bersatu dalam wadah negara kesatuan
republik Indonesia merupakan syarat utama dalam mewujudkan nasionalisme. Dengan
demikian, tidak pada tempatnya untuk mempersoalkan perbedaan suku, agama, ras,
budaya dan golongan. Kehendak untuk bersatu sebagai suatu bangsa memiliki konsekuensi
siap mengorbankan kepentingan pribadi demi menjunjung tinggi nilai-nilai
persatuan dan kesatuan. Tanpa adanya pengorbanan, mustahil persatuan dan
kesatuan dapat terwujud. Malah, sebaliknya hal itu akan dapat menimbulkan
perpecahan. Inilah yang telah dibuktikan bangsa Indonesia dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan.
Di samping
itu, perlu dikembangkan semangat kebanggan dan kebangsaan dalam tiap individu
rakyat Indonesia. Kebanggaan yang harus dikembangkan adalah kebanggaan yang
dapat dirasakan oleh seluruh bangsa sehingga kehendak untuk bersatu masih tetap
berakar dalam hati sanubari. Di sisi lain semangat kebangsaan dalam suatu
bangsa yang terbangun sejak zaman kemerdekaan lalu masih tetap relevan dengan
dunia masa kini. Bagi Indonesia, rumusan paham kebangsaan telah tercantum
dengan jelas dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
2.3.3 Menanamkan
Sikap Cinta Tanah Air dan Berwarganegara
Perwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus kita laksanakan di
lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di manapun kita
berada. Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita dapat mewujudkan sikap
dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat yang merugikan
diri sendiri atau masyarakat. Sebagai generasi mudak kita juga harusnya dapat
berperan seperti para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Para pahlawan
berani mengorbankan diri karena mereka mencintai tanah airnya. Mereka mencintai
rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.
Rasa cinta tanah air
bisa diwujudkan dengan berbagai macam cara. antara lain adalah:
1. Sebagai pelajar kita harus bertanggung
jawab. Dengan belajar sungguh – sungguh dan tekun.
2. Mencintai produk-produk dalam negeri.
Karena sekarang ini banyak sekali produk asing. Untuk itu sebagai warga negara
yang cinta tanah air tetap mencintai produk dalam negeri.
3. Bangga sebagai bangsa Indonesia.
Kebanggaan itu antara lain diwujudkan dengan menggunakan bahasa Indonesia,
mencintai dan mempertahankan budaya Indonesia.
4. Upacara setiap hari senin dan hari –
hari besar Negara.
Mengenang kembali jasa
pahlawan/pejuang kemerdekaan dan melakukan intropeksi pada diri kita mengenai
kontribusi yang diberikan untuk mengisi kemerdekaan, merupakan cara yang dapat
kita lakukan sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai rasa cinta Tanah Air dalam
memaknai kemerdekaan. Mengenang jasa pejuang kemerdekaan bukan hanya mengetahui
sejarah perjuangan mereka. Kita harus bisa menjadikan perjuangan mereka sebagai
motivasi untuk berjuang memberikan sesuatu yang terbaik bagi bangsa Indonesia.
Cara memaknai
kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan susah payah oleh pahlawan kemerdekaan
dengan membuktikan rasa cinta Tanah Air kita, yaitu dengan ikut berpartisipasi
dalam kegiatan negara, mencintai produk dalam negeri, dan belajar dengan tekun.
2.3.4 Cinta Tanah Air
Dengan Cara Melestarikan Budaya
Budaya Indonesia memang memiliki
nilai yang unik dan dapat menggugah ketertarikan dari warga mancanegara di
belahan dunia. Namun sayangnya budaya yang beraneka ragama ini tidak banyak
dicintai oleh warganya sendiri. Terbukti, warga kita lebih tertarik budaya
luar.
Salah satu sikap yang dapat kita
tunjukan bahwa kita cinta tanah air adalah dengan melestarikan budaya di tanah
air-nya, dan di bawah ini saya akan membahas tentang cara melestarikan suata
budaya yang terdapat disuatu negara, khususnya negara kita tercinta negara
Republik Indonesia. Saat ini banyak sekali budaya kita yang diakui oleh negara
– negara lain, sekarang saatnya kita untuk menjaga dan melestarikan budaya
Indonesia.
Kebudayaan merupakan cermin dari
suatu bangsa, dimana kebudayaan suatu bangsa dapat dikenal oleh seluruh
dunia, tinggal bagaimana kita melestarikan suatu kebudayaan yang kita miliki
sekarang, jaman moderenisasi tidak harus menggilas kebudayaan yang sudah ada
yang menjadi kebanggaan kita dari dulu, tapi bagaimana jika tren moderenisasi
yang harus mengikuti kebudayaan kita, itu yang harus dipikirkan bersama oleh
semua pihak. Indonesia sudah sangat dikenal dengan berbagi kebudayaan-nya,
karena Indonesia memiliki beragam suku yang juga memiliki beragam kebudayaan
yang berbeda – beda dari setiap suku. Kebudayaan merupakan hasil karya seni
yang indah dan mengagumkan, sesuatu yang dapat merangangsang panca indra dan
dapat membuat kita takjub akan keindahan seni. Kebudayaan di Indonesia sangat
beraneka ragam, hampir disetiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda.
Di Indonesia kebudayaan dapat
terbagi menjadi beberapa karya seni, seperti Tarian, Pakaian adat, Makanan khas
dan masih banyak lagi. Di daerah jawa banyak dihuni oleh suku jawa, namun
setiap daerah di jawa juga memiliki kebudayaan yang berbeda tapi agak mirip.
Seperti seni tarian, pakaian adat dan makanan Khas daerah masing – masing. Di
daerah Sumatra juga memiliki banyak kebudayaan pada setiap daerahnya, dan
begitu juga di daerah – daerah di Indonesia lainnya. “Bagaimana usaha kita
untuk melestarikan budaya tersebut?”, itulah yang harus sama – sama kita
fikirkan dan harus kita lakukan, banyak kebudayaan kita yang diakui oleh Negara
– Negara tetangga. “apakah kita rela?”, jawabannya tentu tidak, maka dari itu
kita harus tetap melestarikan budaya kita. Janaganlah kita terlena dan
mengikuti budaya luar, yakinlah dengan budaya kita sendiri dan jangan gengsi
dengan budaya yang kita miliki.
2.3.5 Peran Guru
Dalam Pengembangan Moral dan Penanaman Nilai-Nilai Cinta Lingkungan dan Tanah
Air
Menurut Puji Triwidodo (2008),
ada indikasi bahwa anak didik Indonesia saat ini kurang memiliki minat terhadap
pendidikan moral dalam pembelajaran di sekolah. Ini merupakan problem besar
bagi bangsa. Masa depan bangsa berada di tangan generasi muda, khususnya
pelajar. Mereka adalah harapan kita. Sudah sepantasnya energi dan perhatian
kita curahkan kepada pelajar demi terwujudnya masa depan bangsa yang memiliki
ketahanan nasional yang tangguh.
Menurut Taufik Abdullah, mantan
ketua LIPI, krisis nasionalisme yang dialami bangsa Indonesia merupakan hasil
sebuah proses kompleks sejarah kepemimpinan nasional yang memberikan dampak
pada jiwa-jiwa rakyatnya. Ancaman dan hambatan pelajar dalam menumbuhkembangkan
rasa cinta tanah air adalah lingkungan dan globalisasi. Mereka adalah digital
native, lahir dan besar di era digital. Mereka lahir di masa yang memanjakan
fisik dan mobilitas seseorang, yaitu pelajaran mengenai tugas dan kewajibannya
sebagai warga Negara dianggap sebuah hal yang membosankan.
2.3.6 Pelaksanaan
Pendidikan Cinta Tanah Air
Anak memiliki minat untuk
mengetahui banyak hal, bahkan sangat responsif dengan apapun yang seyogyianya
dia harus respon. Momentum ini seharusnya kita kelola dengan berbagai program.
Salah satu diantaranya adalah memberikan pembelajaran tentang pendidikan cinta
tanah air Indonesia.
Sikap cinta tanah air harus
ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar dapat menjadi manusia yang dapat
menghargai bangsa dan negaranya misalnya dengan upacara sederhana setiap hari
Senin dengan menghormat bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya,
dan mengucapkan Pancasila. Meskipun lagu Indonesia Raya masih sulit dan panjang
untuk ukuran anak usia dini, tetapi dengan membiasakan mengajak menyanyikannya
setiap hari Senin, maka anak akan hafal dan bisa memahami isi lagu.
Kegiatan lain yang dapat
dilakukan adalah memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau
pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan
menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat,
mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat,
mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran.
Dalam kurikulum, guru dapat
memasukkan tema “Negaraku”. Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah
bagaimana konseptual tersebut dapat lebih efektif mencapai sasaran yang
diharapkan. Bukan hanya selesai mencapai target, tetapi bagaimana dampak
pengiring kelak dikemudian hari dapat terefleksikan dalam kepribadian anak
didik sepanjang hayatnya.
Menciptakan kedamaian bangsa
adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air. Sehingga suatu saat nanti, dan
saat tumbuh dewasa mereka dapat menghargai betapa pentingnya mencintai tahan
air ini, negeri ini, khusnya bagi bangsa dan negara, dan bisa berwarganegara
dengan baik, mempunyai rasa cinta yang tinggi terhadap negaranya, dan sekaligus
bisa mengharumkan bangsa dan negaranya. Diharapkan bahwasaanya menjadi manusia
yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. dan tidak terpelosok ke dalam lubang salah
slama ini, banyak sekali saat ini kejadian - kejadian yang mencengangkan bagi
kita, yang menurtnya tidak layak menjadi layak, ini dikarnakan mempunyai
pengetahuan yang kurang cukup baik di dalam lingkungan sekitar oleh karna itu
kita harus bisa menanamkan rasa cinta tanah air.
Yang
tidak kalah menariknya adalah menanamkan rasa cinta tanah air melalui lagu.
Dengan menyanyi apalagi jika diiringi dengan musik, anak akan merasa senang,
gembira, serta lebih mudah hafal dan memahami pesan yang akan disampaikan guru.
Jika lagu wajib nasional dianggap masih terlalu sulit untuk anak, maka guru
bisa menciptakan lagu sendiri yang sesuai untuk anak usia dini. Guru diberikan
kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya di sekolah termasuk dalam menciptakan
lagu. Lagu untuk anak usia dini biasanya dengan kalimat yang sederhana, mudah
diucapkan, mudah dipahami dan dihafalkan. Lagu sebaiknya yang bernada riang
gembira, karena hal ini akan merangsang perkembangan otak anak, anak terbiasa
untuk selalu riang dalam bekerja, cepat dalam menghadapi dan memutuskan
masalah, tidak cepat putus asa. Sedangkan jika tujuannya hanya untuk
memperdengarkan musik pada anak, bisa dengan lagu atau instrumen musik yang
lebih halus dan tenang. Misalnya, lagu Kebangsaan Indonesia Pusaka, Syukur,
Tanah Air dan Bagimu Negeri.
Di tahapan
pendidikan anak usia dini banyak hal yang dapat kita lakukan dalam pelaksanaan
pendidikan cinta tanah air Indonesia yaitu:
1.
Menyusun program sekolah berbasis karakter
kebangsaan
2.
Menyusun program kurikulum lokal dengan
memperkaya muatan lokal dari seluruh provinsi yang ada di Republik Indonesia
3.
Menyusun program dari setiap satuan mingguan dan
harian yang terintegrasi dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia
4.
Memanfaatkan setiap event peringatan hari-hari nasional
dengan optimal
5.
Membiasakan hidup bangga sebagai bangsa
Indonesia
6.
Mendekatkan anak didik dengan karya-karya anak
bangsa Indonesia
7.
Mengunjungi berbagai produk/karya anak bangsa
8.
Menggunakan produk/karya anak bangsa Indonesia
9.
Membuat berbagai penampilan siswa yang
bermisikan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia
10. Membiasakan
menghafal dan menyanyikan lagu-lagu karya anak bangsa, semangat patriotism dan
nasionalisme Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN
Pengembangan moral anak usia dini
dilakukan agar terbentuk perilaku moral. Pembentukan perilaku moral pada anak,
khususnya pada anak usia dini memerlukan perhatian serta pemahaman terhadap
dasar-dasar serta berbagai kondisi yang mempengaruhi dan menenytukan perilaku
moral.
Sikap cinta tanah air perlu ditanamkan
sejak usia dini, agar sebagai generasi penerus bangsa dapat mewujudkan sikap
dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan menghindari
penyimpangan-penyimpangan sosial yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai
kebudayaan Indonesia. karena peyimpangan dapat merugikan diri sendiri tapi juga
dapat merugikan masyarakat bahkan negara. Karena nilai-nilai kebudayaan begitu
pula dengan semangat persatuan dan kesatuan kita yang juga perlu ditanamkan
sejak dini. Perwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus kita laksanakan
di lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di manapun kita
berada. Semangat persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat harus dijaga guna
mempererat tali persaudaraan, saling melindungi, perdamaian dan kenyamanan pun
akan terjaga. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu menjunjung tinggi
nilai-nilai kebudayaan dan norma-normanya. Karena nilai-nilai kebudayaan bangsa
mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan negara
DAFTAR PUSTAKA
Lilis Suryani dkk. (2008) Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan
Dsar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: 2005.
Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suyanto, S. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan
Tinggi.
Wantah, Maria J. (2005) Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral
pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi.
No comments:
Post a Comment