TidakSetiap orang mampu
melakukan kritik terhadap suatu karya seni teater.Hanya orang-orang yang
memiliki kemampuan dan konsisten di bidangnyalah yang bisa membuat kritikan
secara objektif.
Menurut H.B Jassin, untuk
menjadi seorang kritikus apalagi kritikus seni harus memiliki kemampuan dan
pengetahuan khusus, antara lain berbakat seniman, berjiwa seniman, berjiwa
besar, serta berpengalaman. Seorang kritikus dalam melakukan tugasnya selalu
menggunakan kepekaan untuk mengetahui, menemukan, memaparkan, menjelaskan dan
memahami karya teater.
Tidak berbeda dengan H.B
Jassin, Berry Andhika juga mensyaratkan hal-hal tertentu dalam mengkritik hasil
karya seni. Menurutnya,tingkat kepakaran seorang kritikus menurut keahlian dan
persyaratan tersendiri, sehingga bobot penilaian yang dilakukannya cukup
meyakinkan bagi para pembaca. Bekal atau perlengkapan yang harus dimiliki
kritikus seni sehingga penilaiannya berbeda dengan orang kebanyakan, sebagai
berikut:
1. Seorang
kritikus harus mempunyai cita rasa seni yang terbuka, artinya mempunyai
kapasitas mengahargai kreativitas artistic yang sangat beragam.
Mengapresiasikan dengan baik karaya seni yang eksis di berbagai tempat dan
zaman.
2. Seorang
kritikus memerlukan studi formal di lembaga tinggi kesenian, khususnya tentang
sejarah kesenian dan sejarah kebudayaan.
3. Seorang
kritikus harus berpengalaman mengamati dan menghayati seni secara orisinal,
baik di studio, gedung pertunjukan, sanggar, maupun di museum. Pengalaman
otentik ini diperlukan, sebab sukar dan mustahil mendapat pengalaman otentik
dari slide, buku atau reproduksi karya seni belaka.
4. Seorang
kritikus harus mampu secara imajinatif merekapitulasi faktor teknik karya seni,
sehingga mengetahui bagaimana proses pembuatan karya yang menjadi objek
kritiknya.
5. Seorang
kritikus perlu mengetahui benar peristilahan seni, style seni, fungsi seni,
opini penting para seniman dan pakar estetika secara periodic, disamping
memahami konteks sosial dan kebudayaan yang melatar belakangi kreasi seorang
seniman.
6. Seorang
kritikus harus paham betul pebedaan antara niat artistic dengan hasil atau
penyampaian artistic, sehingga dia mampu meluhat senjangan antar keduanya.
Niat, amanat, pernyataan, atau nilai yang ingin dekspresikan seniman tidak
selalu persis terungkap dalam hasil kreasi seninya.
7. Seorang
kritikus harus mampu melawan bias atau simpati terhadap karya seniman tersebut
yang dikenalnya secara pribadi. Sebaliknya, mampu pula secara ojektif dan penuh
kearifan mengakuo keunggulan seorang seniman, meskipun seniman tersebut berbeda
pendapat. Dengan kata lain perbedaan pendapat tidak mempengaruhi penilaian
objektif seorang kritikus.
8. Seorang
kritikus harus harus memiliki kesadaran kritis. Hal ini berkaitan dengan karya
seni yang berbeda itu. Sikap netral dan demokratis adalah basis kearifan
penilaina seni.
9. Seorang
kritikus seni profesional harus memiliki temperamen judisial, dalam praktiknya
ini berarti kemampuan menilai seni dengan cara yang tidak tergesa-gesa.
Aktivitas menilai seni memerlukan bukti dan kesaksian akurat. Diperlukan waktu
untuk mencerap berbagai kesan, asosiasi, sensasi, yang diberikan karya seni.
Hal ini diperlukan agar kritikus dapat secara hati-hati dan cermat menganalisis
dan manafsirkan nilai kerya seni dengan bujaksana dan cerdas.
No comments:
Post a Comment