Wednesday, March 6, 2019

Jenis Hubungan Sosial dalam Bentuk Interaksi Sosial


Rounded Rectangle: Fokus
Proses asosiatif mencerminkan gerak pendekatan atau penyatuan
            Pada prinsipnya bentuk proses interaksi sosial ada dua macam, yakni proses interaksi sosial yang berbentuk asosiatif dan proses interaksi sosial yang berbentuk disosiatif.
1. Proses Interaksi Sosial Asosiatif
            Pada interaksi ini mengidentifikasikan adanya gerak pendekatan atau penyatuan. Proses interaksi sosial asosiatif cenderung menciptakan persatuan dan meningkatkan solidaritas di antara masing-masing anggota kelompok.
a. Kerja Sama atau Kooperasi
Rounded Rectangle: Fokus
Kerja sama adalah bentuk interaksi  yang pokok
            Kerja sama adalah bergabungnya individu-individu atau sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama yaitu kerukunan, bargaining, kooptasi, dan joint venture.
1)      Kerukunan
Kerukunan mencakup gotong royong dan tolong menolong.
2)      Bargaining
Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
3)      Kooptasi (Cooptation)
Kooptasi, yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi. Kooptasi merupakan salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan terhadap stabilitas organisasi yang bersangkutan.
4)      Koalisi (Coalition)
Koalisi, yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan sama. Karena maksud utamanya adalah untuk mencapai tujuan bersama maka sifatnya adalah kooperatif.
5)      Joint Venture
Joint Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Contoh Joint Venture, yaitu pertambangan dan perhotelan.
      Beberapa hal yang menyebabkan bertambah kuatnya kerja sama, antara lain adalah
1)      adanya orientasi yang sama;
2)      adanya bahaya atau ancaman dari luar;
3)      ketersinggungan berkaitan dengan hal-hal yang tertanam kuat dalam kelompok;
4)      mencari keuntungan;
5)      semata-mata menolong.
b. Akomodasi (Accomodation)
            Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yang menunjuk pada suatu keadaan dan menunjuk pada suatu proses.
1)      Menunjuk pada suatu keadaan
Akomodasi, artinya adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-per orang atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
2)      Menunjuk pada suatu proses
Akomodasi artinya usaha manusia untuk meredakan pertentangan atau konflik guna mencapai kestabilan.
            Jadi akomodasi adalah suatu interaksi ke arah terciptanya kesepakatan yang dapat diterima kedua belah poihak yang tengah bersengketa. Tanpa akomodasi dan kesediaan berakomodasi, dua pihak yang berselisih paham tersebut tidak akan mungkin bekerja sama untuk selama-lamanya.
            Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan. Dengan demikian, pihak lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Tujuan akomodasi, antara lain sebagai berikut :
1)      mengurangi pertentangan antara orang-per orang atau kelompok akibat perbedaan paham;
2)      mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer;
3)      memungkinkan terjadinya kerja sama antar kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis;
4)      mengupayakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.
Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu pemaksaan, kompromi, arbitrase, mediasi, konsiliasi, toleransi, ajudikasi, dan stalemate.
1)      Pemaksaan (Coercion)
Pemaksaan ialah suatu bentuk akomodasi yang berlangsung dengan cara pemaksaan sepihak baik langsung (fisik) mauun tidak langsung (psikologis). Pemaksaan seperti itu hanya mungkin terjadi apabila kedua belah pihak yang tengah berakomodasi memiliki kedudukan sosial dan kekuatan yang tidak seimbang sehingga salah satu pihak berada dalam posisi lemah.
            Contoh pemaksaan, antara lain perbudakan
2)      Kompromi (Compromise)
Kompromi ialah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3)      Arbitrase (Arbitartion)
Arbitrasi ialah suatu cara mencapai kompromi karena pihak-pihak yang bertikai tidak dapat menyelesaikan sendiri pertentangan itu. Keputusan yang disampaikan pihak ketiga tersebut bersifat mengikat.
4)      Mediasi (Mediation)
Mediasi ialah menyelesaikan pertentangan (konflik) dengan mengundang pihak ketiga yang netral. Tugas utama pihak ketiga adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga adalah sebagai penasihat.



5)      Konsiliasi (Conciliation)
Konsiliasi adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama.
Contohnya, lembaga tripat, yaitu panitia tetap yang khusus bertugas menyelesaikan persoalan perburuhan, di dalamnya terdapat wakil perusahaan, wakil buruh, dan wakil departemen tenaga kerja.
6)      Toleransi (Toleransi)
Toleransi juga sering dinamakan Tolerant-Participation. Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.
7)      Ajudikasi (Adjudication)
Ajudikasi ialah penyelesaian perkara atau sengketa melalui pengadilan.
8)      Stalemate
Stalemate merupakan suatu bentuk akomodasi dengan pihak-pihak yang bertentangan berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal itu karena pihak-pihak yang bertentangan mempunyai kekuatan seimbang.
c. Asimilasi (Assimilation)
            Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara beberapa orang atau kelompok.
1)      Syarat Munculnya Asimilasi
Asimilasi timbul apabila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi, yaitu :
a)      adanya kelompok – kelompok manusia yang berbeda kebudayaan;
b)      orang perorangan sebagai warga kelompok saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama;
c)      kebudayaan-kebudayaan dari kelompok saling menyesuaikan diri.
2)      Interaksi Sosial yang menyebabkan Asimilasi
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif).

a)      Interaksi sosial bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain.
Contoh interaksi sosial yang bersifat suatu pendekatan yaitu seorang siswa yang jujur, pandai, dan baik tidak akan mungkin dapat bergaul bersama rekannya yang licik dan nakal di sekolah.
b)      Interaksi sosial tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan. Halangan atau pembatasan itu seperti halangan unntuk melakukan perkawianan campuran. Selain itu, halangan atau pembatasan untuk memasuki lembaga-lembaga pendidikan tertentu.
c)      Interaksi sosial bersifat langsung dan primer.
Interaksi sosial bersifat langsung dan primer, misalnya interaksi untuk membentuk sebuah organisasi multilateral atau bilateral akan terhalang oleh adanya kesukaran melakukan interaksi langsung dan primer antarnegara yang bersangkutan.
d)     Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola asimilasi tersebut.
Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, artinya stimulans dan tangapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangkan.
Misalnya, perlu pertemuan rutin antaranggota kelompok atau organisasi demi tercapainya suatu asimilasi khususnya antara anggota baru dan lama.
3)      Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Asimilasi
Asimilasi dapat terjadi apabila ada faktor-faktor pendorong sebagai berikut :
a)      Toleransi
Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia yang memiliki kebudayaan berbeda dengan kebudayaan sendiri hanya mungkin tercapai dalam suatu akomodasi. Apabila toleransi mampu mendorong terjadinya komunikasi maka dapat mempercepat asimilasi.
b)      Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi. Adanya kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda akan mempercepat proses asimilasi.
c)      Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
Sikap saling menghargai kebudayaan yang didukung oleh masyarakat yang masing-masing mengakui kelemahan dan kelebihannya. Apabila ada prasangka maka hal demikian itu akan menjadi penghambat berlangsungnya proses asimilasi.
d)     Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
Hal ini misalnya diwujudkan dengan memberikan kesempatan yang sama bagi golongan minoritas untuk memperoleh pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan penggunaan tempat-tempat rekreasi.
e)      Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
Pengetahuan berlainan akan lebih mendekatkan masyarakat pendukung kebudayaan yang satu dengan lainnya. Pengenalan yang mendalam dan luas terhadap kebudayaan-kebudayaan khusus (subgroups) menjadi pendukung masing-masing kebudayaan tersebut.
f)       Perkawinan campuran
Perkawinan campuran (amalgamation) merupakan faktor yang paling menguntungkan bagi lancarnya proses asimilasi. Hal itu terjadi apabila seorang warga dari golongan tertentu menikah dengan warga golongan lain.
4)      Faktor-Faktor Penghambat Asimilasi
Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi, antara lain :
a)      terisolasinya kebudayaan suatu golongan tertentu di dalam masyarakat;
b)      kurangnya pengetahuan suatu golongan tertentu mengenai kebudayaan golongan lain di dalam masyarakat;
c)      perasaan takut kepada kekuatan kebudayaan kelompok lain yang dirasakan oleh warga suatu kelompok tertentu;
d)     perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada golongan atau kelompok lainnya;
e)      perbedaan ciri badaniah antar kelompok.
d. Akulturasi
            Akultrasi merupakan suatu proses di mana kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur kebudayaan asing yang berbeda. Unsur-unsur kebudayaan  asing ini lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
            Ada unsur kebudayaan yang mudah dan ada pula yang sukar diterima oleh masyarakat dalam proses akulturasi.
1)      Unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima
Unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dalam proses akulturasi, antara lain sebagai berikut.
a)      Unsur kebudayaan kebendaan, seperti peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Misalnya, traktor untuk membajak sawah, penggiling padi, blender dan komputer.
b)      Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar misalnya televisi dan radio.
c)      Unsur-unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, misalnya kesenian dan pakaian.
2)      Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima
Unsur kebudayaan yang sulit diterima dalam proses akulturasi, antara lain sebagai berikut.
a)      Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi dan falsafah hidup.
b)      Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
Misalnya masalah makanan pokok. Makanan pokok sebagian besar masyarakat Indoensia adalah nasi. Hal ini akan sukar sekali diubah dengan makanan pokok yang lain misalnya roti atau jagung.
Rounded Rectangle: Fokus
Proses interaksi sosial disosiatif mencerminkan gerak perbenturan atau perpecahan
2. Proses Interaksi Sosial Disosiatif
            Proses sosial disosiatif cenderung menciptakan perpecahan dan merenggangkan solidaritas diantara anggota kelompok.
            Bentuk dan coraknya tentu saja akan bervariasi, tergantung keadaan budaya masyarakat yang bersangkutan.
            Proses-proses interaksi sosial disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu persaingan, kontravensi dan pertentangan.
a.       Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dengan ciri individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan.
Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni persaingan yang bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersifat pribadi terjadi jika orang perorangan atau individu secara langsung bersaing.
Adapun persaingan yang bersifat kelompok dapat terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Tipe-tipe persaingan tersebut menghasilkan beberapa bentuk persaingan,antara lain persaingan ekonomi, persaingan kedudukan dan peran, persaingan kebudayaan dan persaingan ras.
1)      Persaingan Ekonomi
Persaingan di bidang ekonomi timbul karena terbatasnya persediaan yang ada apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2)      Persaingan kebudayaan
Persaingan kebudayaan, misalnya persaingan yang terjadi ketika kebudayaan Barat yang dibawa oleh orang-orang Belanda pada akhir abad ke-15 berhadapan dengan kebudayaan Indonesia.
3)      Persaingan Kedududukan dan peran
Kondisi ini terjadi karena di dalam diri seseorang dan kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang.

4)      Persaingan Ras
Persaingan ras sebenarnya juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut hanya merupakan suatu perlambang adanya kesadaran dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan.
Beberapa fungsi dari persaingan, antara lain sebagai berikut.
1)                 Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.
2)                 Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang ada pada suatu masa menjadi pusat perhatian dan tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3)                 Merupakan alat seleksi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta pesanan yang sesuai dengan kemampuannya.
4)                 Alat untuk menyaring para pekerja sehingga akan menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
b.      Kontravensi (Contravention)
Kontravensi terutama ditandai oleh adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan. Sikap tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
1)      Bentuk-Bentuk Kontravensi
Bentuk-bentuk kontravensi ada lima, yakni kontravensi umum, kontravensi sederhana, kontravensi intensif, kontravensi rahasia, dan kontravensi statis.
a)      Kontravensi Umum
Kontravensi umum meliputi perbutan-perbuatan, seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.


b)      Kontravensi sederhana
Kontravensi sederhana dapat berupa perbuatan menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah dan melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain.
c)      Kontravensi Intensif
Kontravensi intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus, dan mengecewakan pihak-pihak lain.
d)     Kontravensi Rahasia
Kontravensi rahasia, misalnya mengumumkan rahasia pihak lain dan perbuatan khianat.
e)      Kontravensi Statis 
Kontavensi statis, misalnya mengejutkan lawan atau membingungkan pihak lawan.
2)      Tipe-tipe Kontravensi
Ada tiga tipe kontravensi, yakni kontravensi generasi dalam masyarakat, kontravensi seksual, dan kontravensi parlemen.
a)      Kontavensi Generasi dalam Masyarakat
Kontravensi generasi dalam masyarakat lazim terjadi karena adanya perubahan-perubahan yang begitu cepat. Contohnya, pola-pola hubungan antara orang tua dan anak-anaknya. Meningkatnya usia dan kedewasan anak menyebabkan terjadinya suatu sikap keragu-raguan terhadap pendirian orang tua yang dianggap kolot dan kuno. Sementara itu, orang tua yang telah terikat tradisi, tidak begitu saja akan dapat menerima perubahan-perubahan dalam masyarakat.
b)      Kontravensi Seksual
Kontravensi seksual terutama menyangkut hubungan suami dan istri dalam keluarga. Nilai-nilai masyarakat dewasa ini cenderung untuk menempatkan suami dan istri pada kedudukan dan peranan yang sejajar. Akan tetapi, kadang-kadang masih timbul keragu-raguan terhadap para wanita, terutama menyangkut kemampuan, mengingat latar belakang sejarah dan kedudukan wanita pada umumnya.
c)      Kontravensi Parlemen
Kontravensi parlemen berkaitan dengan golongan mayoritas dan golongan minoritas dalam masyarakat, antara lain menyangkut hubungan dalam legislatif, keagamaan, dan pendidikan.
c.       Rounded Rectangle: Fokus
Pertentangan atau pertikaian adalah proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan disertai ancaman atau kekerasan
Pertentangan atau Pertikaian (Conflict)
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial. Misalnya, perbedaan unsur-unsur kebudayaan, ciri-ciri badaniah, emosi, dan pola-pola perilaku.
Perasaan itu biasanya berwujud amarah dan rasa benci yang menyebabkan dorongan untuk melukai, menyerang pihak lain, menekan bahkan menghancurkan individu atau kelompok yang menjadi lawan.
1)      Sebab-sebab terjadinya pertentangan atau konflik
Penyebab terjadinya pertentangan antara lain perbedaan antarindividu antarkelompok, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial.
a)      Perbedaan antarindividu
Perbedaan pendirian dan perasaan antara individu satu dengan individu yang lain mungkin akan melahirkan bentrokan di antara mereka.
b)      Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kebudayaan menyebabkan perbedaan kepribadian antara individu satu dengan lainnya.
c)      Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan dapat terjadi baik antarindividu maupun kelompok. Wujud perbedaan kepentingan diantaranya dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial.
d)     Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
2)      Bentuk pertentangan atau konflik
a)      Pertentangan pribadi
Pertentangan pribadi artinya konflik yang terjadi antara dua orang.
b)      Pertentangan rasial
Pertentangan yang terjadi antara ras yang satu dengan ras lainnya, seperti diskriminasi ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan yang disebut Politik apartheid.
c)      Pertentangan antarkelas sosial
Pertentangan antarkelas sosial terjadi antara kelas satu dengan kelas yang lain dalam masyarakat.
d)     Pertentangan politik
Biasanya konflik ini menyangkut kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat atau negara yang berdaulat.
e)      Pertentangan internasional
Konflik yang terjadi antarnegara dan disebabkan perbedaan kepentingan. Contohnya konflik yang terjadi di Irak.
3)      Akibat Pertentangan
Pertentangan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.
a)      bertambah kuatnya rasa solidaritas antara sesama anggota;
b)      goyah atau retaknya kesatuan kelompok;
c)      hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia;
d)     adanya perubahan kepribadian para individu;

e)      adanya akomodasi.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive