BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH
Upaya dalam pengembangan potensi yang
dimiliki anak dapat dilakukan berbagai
cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di SDLB tidak
hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental
sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara
menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Permainan
berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh
kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan
dasar
B. TUJUAN
Secara umum permainan berhitung permulaan
di SDLB, untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada
saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada
jenjang selanjutnya yang lebih kompleks, selain itu permainan ini mempunyai
tujuan khusus diantaranya adalah :
1.
Dapat berpikir logis dan
sistematis sejak dini, melalui pengamatan
terhadap benda-benda kongkrit,
gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak.
2.
Dapat menyesuaikan dan melibatkan
diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam kesehariannya
memerlukan keterampilan berhitung.
3.
Memiliki ketelitian,
konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang
tinggi.
4.
Memiliki pemahaman konsep
ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu
peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
5.
Memiliki kreatifitas dan
imajinasi dalam menciptakan sesuatu
secara spontan.
C.
PRINSIP-PRINSIP PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN
1.
Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan
menghitung benda-benda atau pengalaman
peristiwa kongkrit yang
dialami melalui pengamatan terhadap alam
sekitar
2.
Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan
secara bertahap menurut tingkat
kesukarannya, misalnya dari kongkrit
ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari
sederhana ke yang lebih
kompleks
3.
Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan
berpartisipasi dan dirangsang untuk
menyelesaikan masalah-
masalahnya sendiri
4.
Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan
memberikan rasa aman serta kebebasan bagi
anak. Untuk itu
diperlukan alat peraga/media yang sesuai
dengan benda sebenarnya
(tiruan), menarik dan bervariasi, mudah
digunakan dan tidak
membahayakan
5.
Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung
seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika
memungkinkan
mengambil contoh yang terdapat di
lingkungan sekitar anak.
6.
Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap
penguasa-annya yaitu tahap konsep, masa
transisi dan lambang.
7.
Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal
sampai akhir kegiatan.
BAB II
LANDASAN
TEORI
.
Beberapa teori
yang mendasari perlunya permainan berhitung di SDLB adalah sebagai berikut:
A. Tingkat
Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget,
menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya
belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun
psikis.selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari
anak itu sendiri, Apalagi ini
Anak-anak yang
mengalami keterbatasan dalam Intelegensi di bawah rata-rata normal mereka
memerlukan btahapantahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang
kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang
besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya
(persepsinya sendiri).
B. Masa Peka
Berhitung Pada Anak
Perkembangan
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan
masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap,
untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat
terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan
berhitung yang optimal.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981) perkembangan intelektual
pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol sampai dangan pra-sekolah
(4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering kali disebut sebagai “masa
peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa
50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun kemudian
mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
C. Perkembangan
Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Hurlock (1993)
mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak
dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti
terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya
diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Piaget
juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang
lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama pengalaman
kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui pengalaman-pengalaman
aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya. Pendidikan di masa kanak
kanak sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat
pendidikan selanjutnya. Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana
belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan masa
kanak-kanak akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya.Hal
ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan
berhitung, tetapi merupakan cara belajar mendasar, yang meliputi kegiatan yang
dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan
konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri), melatih kedisiplinan, keberminatan,
spontanitas, inisiatif, dan apresiatif. Sejalan dengan beberapa teori yang
telah dikemukakan di atas, permainan berhitung di SDLB seyogyanya dilakukan
melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu:
a. Penguasaan
konsep
Pemahaman dan
pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa kongkrit,
seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
b. Masa Transisi
Proses berfikir
yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang
yang abstrak, di mana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk
lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan
kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru
menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak
dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan
bentuk lambang dari angka satu itu.
c. Lambang
Merupakan
visualisasi dari berbagai konsep. misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep
bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk
menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep
bentuk.
Selain Landasan
Teori tersebut di atas ada pendapat lain tentang “Bagaimana Anak Belajar
Berhitung Permulaan”. Anak belajar berhitung bukan dari mengerjakan LK (lembar
kerja) tetapi dari berbagai aktivitas permainan.
Contoh:
• ketika anak
menata meja, ia belajar tentang memasangkan benda yang sesuai, sendok dan
garpu, gelas dan tatakannya, dan seterusnya.
• Saat anak
bermain balok anak belajar tentang perbedaan dan seterusnya. Karena itu
manfaatkan hari-hari dengan mengenalkan konsep berhitung melalui bermain.
Matematika
merupakan proses yang terus menerus dan anak perlu tahapan dari yang konkrit ke
arah yang abstrak. Tahapan tersebut meliputi :
Kongkrit :
Berikan anak
material yang nyata untuk disentuh, dilihat dan diungkapkan melalui kemampuan
verbal anak.
Contoh: (4 buah
bola)
Visual : Perlihatkan
anak pada gambar-gambar yang mewakili konsep
Contoh: (Kartu
bergambar bola berjumlah 4)
Simbol : Perkenalkan
symbol-simbol yang mewakili konsep
Contoh : = 4 (
Gambar daun ada 4)
BAB III
PEMBAHASAN
Agar pelaksanaan tujuan pelaksanaan
dapat diharapkan, hendaknya guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Bilangan yang
mulai dipelajari oleh anak-anak adalah bilangan untuk menghitung kuantitas.
Artinya bilangan itu menunjuk besarnya kumpulan benda misalnya:
Satu
------------------------ O
Dua -----------------------
OO
Tiga
------------------------OOO dst.
Bilangan ini
berbeda dengan bilangan urut (bilangan ordinat), seperti: Pertama ……., kedua
........, ketiga ........ dst. Yang digunakan untuk menerangkan urutan.
Penggunaan jari
dapat dilakukan untuk menyebut urutan bilangan. Oleh karena itu, marilah kita
tinggalkan cara menghitung yang sekedar memperlakukan bilangan sebagai nomor
urut dalam satu deretan, seperti: Satu, dua, tiga, empat.......dst.
Contoh cara
mengajarkan 1 sampai 9.
Contoh : Cara
mengajarkan konsep bilangan 3
Ibu: Edi,
bawalah 2 buah jeruk kesini, jeruknya ada berapa anak-anak? 2 ibu guru, Edi
sekarang bawa lagi 1 buah jeruk letakan dekat jeruk yang dua buah tadi, ayo kita
lihat jeruk yang dibawa oleh Edi. Sekarang jeruknya ada berapa? Ada 3 bu. Yah
itulah bilangan 3
Ibu: Ani, tolong
ambilkan 3 buah duku, berikan kepada ibu, berapa dukunya Ani? Coba dihitung,
satu........dua...........tiga. ya itulah bilangan 3, berapa anak-anak? Tiga bu
guru. Sekarang Wiwin, Anto dan Diki, coba dihitung 3 ubin yang ada didepan bu
guru. Ya bagus, itu bilangan 3
Ibu: Nah,
sekarang anak-anak sudah tahu bilangan 3.
Catatan:
Mengajarkan
bilangan 1 sampai 9 dapat menggunakan cara seperti diatas.
Konsep berhitung seperti apa yang harus dikenalkan kepada anak?
A.KONSEP
PENGENALAN BERHITUNG
Pada
anak usia sekolah dasar pada anak berkebutuhan khusus, matematika hanya
pengalaman dan bukan penguasaan. Ikutilah konsep yang harus diperkenalkan pada
anak dengan dimulai:
1.
Korespondensi Satu Satu
Pertama
mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana.
Contoh:
satu buku, satu pensil, satu batu, dan seterusnya.
2.
Pola
Pola
merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu
memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola
yang berurutan.
3.
Memilah/menyortir/klasifikasi
Anak
belajar klasifikasi materi, pengelompokkan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran,
jenis, warna, dan lain-lain.
4.
Membilang
Menghafal
bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka yang akan membantu pemahaman
anak tentang arti sebuah angka
Contoh:
1 2 3 4 5 6 7 8……. dst
5.
Makna angka dan pengenalannya
= 3 bintang
6.
Bentuk
Anak
dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama/tidak sama, besar-kecil,
panjang-pendek.
obyek.
B. PELAKSANAAN
PERMAINAN BERHITUNG
Kemampuan
yang diharapkan dalam permainan berhitung di SDLB dapat dilaksanakan melalui
penguasaan konsep, transisi dan lambang yang terdapat di semua jalur
metematika, yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran, geometri,
estimasi, dan statistika.
1.
Bermain pola
Anak diharapkan dapat
mengenal dan menyusun pola-pola yang terdapat disekitarnya secara berurutan,
setelah melihat dua sampai tiga pola yang ditujukan oleh guru anak mampu
membuat urutan pola sendiri sesuai dengan kreativitasnya. Pelaksanaan bermain
pola di kelompok A dan B dimulai dengan menggunakan pola yang mudah/sederhana
untuk selanjutnya pola menjadi yang kompleks.
2.
Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dapat
mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk
pasangannya sesuai dengan yang dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru.
3.
Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu
mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dengan
jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokan sesuai dengan
lambang bilangan.
4.
Bermain Ukuran
Anak
Diharapkan dapat mengenal konsep ukuran standard yang bersifat informal atau
alamiah, seperti panjang, besar, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah,
antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat, lidi, dan lain-lain.
5.
Bermain Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan
menyebutkan berbagai macam benda,
berdasarkan
bentuk geometri dengan cara mengamati benda-bendayang ada
disekitar anak misalnya lingkaran, segitiga,
bujur sangkar, segi empat, segi lima,
segi enam, setengah lingkaran, bulat telur
(oval).
6.
Bermain Estimasi (Memperkirakan)
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan
memperkirakan (estimasi)
sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu,
luas jumlah ataupun ruang. Selain
itu anak terlatih untuk mengantisipasi
berbagai kemungkinan yg akan dihadapi
- Perkiraan waktu misalnya:
• Berapa hari biji tumbuh?
• Berapa lama kita makan?
• Berapa lama anak dapat memantulkan bola?
• Berapa ketukan gambarnya selesai?
- Perkiraan luas, misalnya: berapa keping
untuk menutupi meja?
- Perkiraan jumlah, misalnya: berapa jumlah
ikan yang ada dalam aquarium?
7. BERMAIN POLA
Guru mengajak anak untuk melakukan 2 pola
tepuk tangan yaitu tepuk tangan
didepan dada 1 kali, disamping telinga kiri
1 kali, disamping telinga kanan 1
kali. Demikian seterusnya sampai beberapa
kali.
- Anak diberi kesempatan untuk menciptakan 3
pola dalam bentuk lain.
8.
BERMAIN MANIK-MANIK
Guru menjelaskan tentang
cara menyusun pola dengan manik-manik yang
dironce, misalnya bulat, segi empat, bulat,
segi empat….dst.
- Anak diberi manik-manik berbagai bentuk
untuk meronce.
- Anak mulai meronce dengan manik-manik.
9. BERMAIN
KLASIFIKASi
Mengelompokkan
benda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri
tertentu, misal: menurut warna, bentuk, ukuran,
jenis dan lain-lain.
10.
BERMAIN KARTU
Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda
benda sampai 5 (anak tidak disuruh
menulis)
Apabila anak-anak banyak yang sudah dapat
mengenal angka 1 – 5
maka kartu dapat disediakan dengan nomor
yang lebih besar 1 – 10.
Sebelum bermain kartu, kegiatan dimulai
dengan menghitung benda
langsung, seperti menghitung kancing lalu
letakkan kartu angka di
sebelahnya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Usia pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak, termasuk berhitung.
Permainan berhitung di SDLB tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja,
tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam
pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika
diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari terutama konsep bilangan yang merupakan
juga dasar bagi pengem-bangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk
mengikuti pendidikan dasar.
Buku ini merupakan contoh pengembangan pembelajaran
permainan berhitung permulaan, sehingga dimungkinkan guru dapat mengembangkan
sendiri sesuai dengan kondisi guru, anak didik, sarana prasarana, dan kondisi
lingkungan setempat, dan sebagai bahan rujukan penyusunan Satuan Kegiatan
Mingguan (SKM) dan Satuan Kegiatan Harian (SKH).
Dengan demikian guru Sekolah Luar Biasa dapat
melaksanakan model pembelajaran ini, guru Sekolah Luar Biasa dapat melaksanakan
kegiatan pembelajaran lebih baik, terarah, sesuai dengan yang dikehendaki
Kurikulum TK 2004. Masukan, saran, dan koreksi dari semua pihak akan
dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan buku ini
DAFTAR
PUSTAKA
Gallahue
(1998) tentang 5 tingkatan dalam belajar gerak
Drs.
Mudjito AK., M.Si.Konsep pengembangan gerak motorik kasar/halus
Dra.
Hj. T. Sutjihati Somntri, M.Si., Psi [2005] Buku Psikologi Anak Luar Biasa
No comments:
Post a Comment