Tuesday, March 5, 2019

Makalah Permainan Berhitung pada Anak Sekolah Luar Biasa

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
       Upaya dalam pengembangan potensi yang dimiliki anak  dapat dilakukan berbagai cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di SDLB tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar
B.  TUJUAN
      Secara umum permainan berhitung permulaan di SDLB, untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks, selain itu permainan ini mempunyai tujuan khusus diantaranya adalah :
1.      Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan  
terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak.
2.      Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
3.      Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang
tinggi.
4.      Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
5.      Memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu
secara spontan.
C. PRINSIP-PRINSIP PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN
1. Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan
    menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang
    dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar
2. Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan
    secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari kongkrit
    ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih
    kompleks
3. Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan
    berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-
    masalahnya sendiri
4. Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan
    memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu   
    diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya
    (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak
     membahayakan
5. Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung
    seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan   
    mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.
6. Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap   
    penguasa-annya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
7. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal   
    sampai akhir kegiatan.














BAB II
                                                LANDASAN TEORI
.
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di SDLB  adalah sebagai berikut:
A. Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri, Apalagi ini
Anak-anak yang mengalami keterbatasan dalam Intelegensi di bawah rata-rata normal mereka memerlukan btahapantahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri).
B. Masa Peka Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981) perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol sampai dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering kali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
C. Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui pengalaman-pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya. Pendidikan di masa kanak kanak sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya. Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan masa kanak-kanak akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya.Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar mendasar, yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri), melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif, dan apresiatif. Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, permainan berhitung di SDLB seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu:
a. Penguasaan konsep
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa kongkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
b. Masa Transisi
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
c. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.
Selain Landasan Teori tersebut di atas ada pendapat lain tentang “Bagaimana Anak Belajar Berhitung Permulaan”. Anak belajar berhitung bukan dari mengerjakan LK (lembar kerja) tetapi dari berbagai aktivitas permainan.
Contoh:
• ketika anak menata meja, ia belajar tentang memasangkan benda yang sesuai, sendok dan garpu, gelas dan tatakannya, dan seterusnya.
• Saat anak bermain balok anak belajar tentang perbedaan dan seterusnya. Karena itu manfaatkan hari-hari dengan mengenalkan konsep berhitung melalui bermain.
Matematika merupakan proses yang terus menerus dan anak perlu tahapan dari yang konkrit ke arah yang abstrak. Tahapan tersebut meliputi :
Kongkrit :
Berikan anak material yang nyata untuk disentuh, dilihat dan diungkapkan melalui kemampuan verbal anak.
Contoh: (4 buah bola)
Visual : Perlihatkan anak pada gambar-gambar yang mewakili konsep
Contoh: (Kartu bergambar bola berjumlah 4)
Simbol : Perkenalkan symbol-simbol yang mewakili konsep
Contoh : = 4 ( Gambar daun ada 4)





BAB III
PEMBAHASAN

Agar pelaksanaan tujuan pelaksanaan dapat  diharapkan, hendaknya guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Bilangan yang mulai dipelajari oleh anak-anak adalah bilangan untuk menghitung kuantitas. Artinya bilangan itu menunjuk besarnya kumpulan benda misalnya:
Satu ------------------------ O
Dua ----------------------- OO
Tiga ------------------------OOO dst.
Bilangan ini berbeda dengan bilangan urut (bilangan ordinat), seperti: Pertama ……., kedua ........, ketiga ........ dst. Yang digunakan untuk menerangkan urutan.
Penggunaan jari dapat dilakukan untuk menyebut urutan bilangan. Oleh karena itu, marilah kita tinggalkan cara menghitung yang sekedar memperlakukan bilangan sebagai nomor urut dalam satu deretan, seperti: Satu, dua, tiga, empat.......dst.
Contoh cara mengajarkan 1 sampai 9.
Contoh : Cara mengajarkan konsep bilangan 3
Ibu: Edi, bawalah 2 buah jeruk kesini, jeruknya ada berapa anak-anak? 2 ibu guru, Edi sekarang bawa lagi 1 buah jeruk letakan dekat jeruk yang dua buah tadi, ayo kita lihat jeruk yang dibawa oleh Edi. Sekarang jeruknya ada berapa? Ada 3 bu. Yah itulah bilangan 3
Ibu: Ani, tolong ambilkan 3 buah duku, berikan kepada ibu, berapa dukunya Ani? Coba dihitung, satu........dua...........tiga. ya itulah bilangan 3, berapa anak-anak? Tiga bu guru. Sekarang Wiwin, Anto dan Diki, coba dihitung 3 ubin yang ada didepan bu guru. Ya bagus, itu bilangan 3
Ibu: Nah, sekarang anak-anak sudah tahu bilangan 3.
Catatan:
Mengajarkan bilangan 1 sampai 9 dapat menggunakan cara seperti diatas.
Konsep berhitung seperti apa yang harus dikenalkan kepada anak?

A.KONSEP PENGENALAN BERHITUNG
Pada anak usia sekolah dasar pada anak berkebutuhan khusus, matematika hanya pengalaman dan bukan penguasaan. Ikutilah konsep yang harus diperkenalkan pada anak dengan dimulai:
1. Korespondensi Satu Satu
Pertama mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana.
Contoh: satu buku, satu pensil, satu batu, dan seterusnya.
2. Pola
Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan.


3. Memilah/menyortir/klasifikasi
Anak belajar klasifikasi materi, pengelompokkan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis, warna, dan lain-lain.
4. Membilang
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka yang akan membantu pemahaman anak tentang arti sebuah angka
Contoh: 1 2 3 4 5 6 7 8……. dst
5. Makna angka dan pengenalannya
Setiap angka memiliki makna dari benda-benda atau simbol-simbol. Angka dari gambar berikut adalah:
                             = 3 bintang
6. Bentuk
Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama/tidak sama, besar-kecil, panjang-pendek.
obyek.
B. PELAKSANAAN PERMAINAN BERHITUNG
Kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di SDLB dapat dilaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi dan lambang yang terdapat di semua jalur metematika, yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran, geometri, estimasi, dan statistika.
1. Bermain pola
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyusun pola-pola yang terdapat disekitarnya secara berurutan, setelah melihat dua sampai tiga pola yang ditujukan oleh guru anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dengan kreativitasnya. Pelaksanaan bermain pola di kelompok A dan B dimulai dengan menggunakan pola yang mudah/sederhana untuk selanjutnya pola menjadi yang kompleks.
2. Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dapat mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dengan yang dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokan sesuai dengan lambang bilangan.
4. Bermain Ukuran
Anak Diharapkan dapat mengenal konsep ukuran standard yang bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, besar, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat, lidi, dan lain-lain.
5. Bermain Geometri
    Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda,
    berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda-bendayang ada  
   disekitar anak misalnya lingkaran, segitiga, bujur sangkar, segi empat, segi lima,
    segi enam, setengah lingkaran, bulat telur (oval).
6. Bermain Estimasi (Memperkirakan)
    Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (estimasi)      
    sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang. Selain    
    itu anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yg akan dihadapi
     - Perkiraan waktu misalnya:
     • Berapa hari biji tumbuh?
     • Berapa lama kita makan?
     • Berapa lama anak dapat memantulkan bola?
     • Berapa ketukan gambarnya selesai?
    - Perkiraan luas, misalnya: berapa keping untuk menutupi meja?
    - Perkiraan jumlah, misalnya: berapa jumlah ikan yang ada dalam aquarium?
7. BERMAIN POLA
    Guru mengajak anak untuk melakukan 2 pola tepuk tangan yaitu tepuk tangan  
    didepan dada 1 kali, disamping telinga kiri 1 kali, disamping telinga kanan 1
    kali. Demikian seterusnya sampai beberapa kali.
   - Anak diberi kesempatan untuk menciptakan 3 pola dalam bentuk lain.
8. BERMAIN MANIK-MANIK
    Guru menjelaskan tentang cara menyusun pola dengan manik-manik yang  
    dironce, misalnya bulat, segi empat, bulat, segi empat….dst.
    - Anak diberi manik-manik berbagai bentuk untuk meronce.
    - Anak mulai meronce dengan manik-manik.
9. BERMAIN KLASIFIKASi
    Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri
    tertentu, misal: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis dan lain-lain.

10. BERMAIN KARTU
      Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda
      benda sampai 5 (anak tidak disuruh menulis)
      Apabila anak-anak banyak yang sudah dapat mengenal angka 1 – 5
      maka kartu dapat disediakan dengan nomor yang lebih besar 1 – 10.
      Sebelum bermain kartu, kegiatan dimulai dengan menghitung benda
      langsung, seperti menghitung kancing lalu letakkan kartu angka di
      sebelahnya.















BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Usia pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak, termasuk berhitung. Permainan berhitung di SDLB tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengem-bangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Buku ini merupakan contoh pengembangan pembelajaran permainan berhitung permulaan, sehingga dimungkinkan guru dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan kondisi guru, anak didik, sarana prasarana, dan kondisi lingkungan setempat, dan sebagai bahan rujukan penyusunan Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) dan Satuan Kegiatan Harian (SKH).
Dengan demikian guru Sekolah Luar Biasa dapat melaksanakan model pembelajaran ini, guru Sekolah Luar Biasa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih baik, terarah, sesuai dengan yang dikehendaki Kurikulum TK 2004. Masukan, saran, dan koreksi dari semua pihak akan dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan buku ini
DAFTAR PUSTAKA
Gallahue (1998) tentang 5 tingkatan dalam belajar gerak
Drs. Mudjito AK., M.Si.Konsep pengembangan gerak motorik kasar/halus
Dra. Hj. T. Sutjihati Somntri, M.Si., Psi [2005] Buku Psikologi Anak Luar Biasa



No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive