Wednesday, March 13, 2019

Pembinaan Profesionalisme Guru


Pembinaan profesionalisme guru adalah merupakan sebuah keniscayaan (sesuatu yang harus dilakukan). Hal itu sangat perlu dan harus dilakukan karena berbagai alas an, dintaranya: Tidak bisa dimungkiri banyak guru, dengan berbagai alasan dan latar belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga tidak jarang yang mengingat terhadap tujuan pendidikan yang menjadi kewajiban dan tugas pokok mereka. Seringkali kesejahteraan yang kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru untuk menyepelekan tugas utama yaitu mengajar sekaligus mendidik siswa.
Guru hanya sebagai penyampai materi yang berupa fakta-fakta kering yang tidak bermakna karena guru menang belajar lebih dulu semalam daripada siswanya. Terjadi ketidaksiapan dalam proses Kegiatan Pembelajaran ketika guru tidak memahami tujuan umum pendidikan. Bahkan ada yang mempunyai kebiasaan mengajar yang kurang baik yaitu tiga perempat jam pelajaran untuk basa-basi bukan apersepsi -red- dan seperempat jam untuk mengajar. Suatu proporsi yang sangat tidak relevan dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Guru menganggap siswa hanya sebagai pendengar setia yang tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya. 
Banyak kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan umum pendidikan yang menyangkut kebutuhan siswa dalam belajar, keperluan masyarakat terhadap sekolah dan mata pelajaran yang dipelajari. Guru memasuki kelas tidak mengetahui tujuan yang pasti, yang penting demi menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi luntur ketika yang dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah dalam pengalaman. Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan. Jarang pula yang secara rutin pergi ke perpustakaan untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan.
Kebiasaan membeli buku menjadi suatu kebiasaan yang mustahil dilakukan karena guru sudah merasa puas mengajar dengan menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang berupa soal serta sedikit ringkasan materi.
Dapat dilihat daftar pengunjung di perpustakaan sekolah maupun di perpustakaan umum, jarang sekali guru memberi contoh untuk mengunjungi perpustakaan secara rutin. Lebih banyak pengunjung yang berseragam sekolah daripada berseragam PSH. Kita masih harus "Khusnudhon" bahwa dirumah mereka berlangganan koran harian yang siap disantap setiap pagi. Tetapi ada juga kekhawatiran bahwa yang lebih banyak dibaca adalah berita-berita kriminal yang menempati peringkat pertama pemberitaan di koran maupun televisi. Sedangkan berita-berita mengenai pendidikan, penemuan-penemuan baru tidak menarik untuk dibaca dan tidak menarik perhatian. Kebiasaan membaca saja sulit dilakukan apalagi kebiasaan menulis menjadi lebih mustahil dilakukan. Ini adalah realita dilapangan yang patut disesalkan. 
Sarana dan prasarana penunjang pelajaran yang kurang memadai, terutama di daerah terpencil. Tetapi hal ini tidak bisa dijadikan alasan bahwa dengan sarana yang minimpun dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar mendaptkan hasil yang bagus. Terkadang kita juga harus memakai prisip ekonomi yang ternyata dapat membawa kemajuan. Yang sering dijumpai adalah sudah ada sarana tetapi tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 
Peta dunia hanya dipajang di depan kelas, globe atau bola dunia dibiarkan berkarat tidak pernah tersentuh, buku-buku pelajaran diperpustakaan dimakan rayap alat-alat praktek di laboratorium hanya tersimpan rapi alamari tidak pernah dipergunakan. Media pengajaran yang sudah ada jangan dibiarkan rusak atau berkarat gara-gara disimpan. Lebih baik rusak karena digunakan untuk praktek siswa. Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam pemakaian sarana dan media yang ada demi peningkatan mutu pendidikan. Sekolah juga tidak harus bergantung pada bantuan dari pemerintah mengingat kebutuhan masing-masing sekolah tidaklah sama. 
Tuntutan berbagai kompetensi sebagaimana disebutkan di atas mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. Semua hal yang disebutkan diatas merupakan hal yang dapat menunjang terbentuknya kompetensi guru. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Keluaran yang bermutu dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari dampak pengiring, yakni di masyarakat.
Selain itu, salah satu unsur pembentuk kompetensi profesional guru adalah tingkat komitmennya terhadap profesi guru dan didukung oleh tingkat abstraksi atau kemampuan menggunakan nalar. 
a)    Guru yang rendah tingkat komitmennya, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut;
b)   Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan siswanya hanya sedikit.
c)    Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya sedikit. 
d)   Perhatian utama guru hanyalah jabatannya. 
Sebaliknya, guru yang mempunyai tingkatan komitmen tinggi, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut : 
a)    Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi. 
b)   Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya banyak. 
c)    Banyak bekerja untuk kepentingan orang lain. 
Tingkat kesejahteraan guru yang kurang mengakibatkan banyak guru yang malas untuk berprestasi karena disibukkan mencari tambahan kebutuhan hidup yang semakin berat. Anggaran pendidikan minimal 20 % harus dilaksanakan dan diperjuangkan unutk ditambah karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup suatu bangsa. Apabila tingkat kesejahteraan diperhatikan, konsentrasi guru dalam mengajar akan lebih banyak tercurah untuk siswa. 
Berdasarkan berbagai kondisi objektif yang cenderung kurang kondusip dan menguntungkan bagi pengembangan guru maka upata pembinaan profesionalisme guru merupakan sebuah keharusan. Pembinaan guru pada dasarnya dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan diri secara pribadi dan mandiri (self advanced) dan oleh pihak lain dalam berbagai bentuknya. Pembinaan tersebut dapat juga dilakukan dalam bentuk pre services training (pendidikan dan pelatihan sebelum guru bertugas sebagai guru) dan dalam bentuk in cervices training (pendidikan dan pelatihan setelah guru bertugas sebagai guru). 


1.        Pembinaan Guru melalui precervices training
Mutlak dilakukan ketika awal menjadi guru adalah memahami tujuan umum pendidikan, mamahami karakter siswa dengan berbagai perbedaan yang melatar belakanginya. Sangatlah penting untuk memahami bahwa siswa balajar dalam berbagai cara yang berbeda, beberapa siswa merespon pelajaran dalam bentuk logis, beberapa lagi belajar dengan melalui pemecahan masalah (problem solving), beberapa senang belajar sendiri daripada berkelompok.
Dalam konteks ini peranan lembaga pendidikan guru sangat menentukan. Guru yang telah memanfaatkan kesempatan selama pendidikan sebelum ia diangkat menjadi guru untuk membangun berbagai kompetensi yang dipersyaratkan akan sangat menentukan professional tidaknya ia kelak ketika sudah menjadi guru. 
2.        Pembinaan Guru melalui incervices training 
Guru yang professional adalah guru yang tidak pernah merasa puas dan cukup dengan apa yang ia miliki dan lakukan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Ia akan senantiasa meningkatkan dan menyempurnakan diri dan kemampuannya sebagai seorang guru. Sesungguhnya banyak cara untuk melakukan hal itu, baik yang dilakukan secara mandiri maupun bersama-sama dengan pihak lain. Berbagai kegiatan itu di antaranya melalui: 
a)    Program pemberdayaan kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata pelajaran
b)   Forum Ilmiah Guru 
c)    Program pelatihan inovasi baru dalam Proses Belajar Mengajar 
d)   Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah 
e)    Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah 
f)    Melakukan penelitian tindakan kelas 
g)   Magang 
h)   Mengakses berita aktual dari media 
i)     Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi 
Menggalang kerjasama dengan teman seprofesi 

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive