Monday, March 11, 2019

SUKU MAORI DI NEW ZEALAND




           
            New Zealand (Selandia Baru) merupakan sebuah Negara kepulauan di sebelah barat daya Samudera Pasifik dan di Tenggara Australia yang terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Utara dan Pulau Selatan serta beberapa pulau kecil lainnnya dan menjadi wilayah Persemakmuran Britania. Dulunya Selandia Baru adalah kepulauan yang tidak berpenghuni dan terisolasi selama 80 miliar tahun. Dipercaya bangsa Polinesialah yang pertama kali menemukan kepulauan ini pada tahun 800an M hingga kemudian mereka dinamakan bangsa Maori. Nama Selandia Baru diberikan oleh Abel Janszoon Tasman pada tahun 1642. Pada tahun 1768 banyak bangsa Eropa yang mendatangi Selandia Baru baik yang mendatangi Selandia Baru, baik untuk berdagang, menyebarkan agama atau sekedar untuk singgah.
            Bukti arkeologis menunjukkan bahwa suku Maori bermigrasi ke New Zealand sekitar 1200 M dari Cook Island, Society Island dan Marquesas Island yang terletak di Samudera Pasifik. Tidak diketahui dengan jelas mengapa suku Maori bermigrasi ke New Zealand dan tidak ke pulau-pulau lain.
            Menurut legenda atau mitos setempat nenek moyang suku Maori yang berasal dari suatu wilayah di Polynesia memutuskan untuk berlayar untuk bermigrasi dengan kano, sejenis perahu kecil agak langsing yang memuat 2-3 orang. Penduduk pertama yang menghuni New Zealand kala itu, memenuhi kebutuhan pangan dengan berburu sepanjang garis pantai untuk mendapatkan daging dari mamalia laut. Selain itu mereka juga membuka hutan di sekitar hunian mereka dan mengumpulkan kayu untuk memasak.
            Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada akhir abad ke 18, suku Maori telah menetap dengan permanen di daerah New Zealand dan membangun budaya khas mereka sendiri. Perekonomian mereka berbeda dari satu region ke region lainnya. Pada wilayah North Island, yang memiliki tanah lebih subur dibanding di wilayah lain, pertanian kentang atau dikenal dengan kumara dalam bahasa lokal menjadi sumber bahan makanan utama mereka. Sedangkan di wilayah dekat pantai, tentu saja ikan menjadi sumber makanan keseharian mereka.
            Budaya rumah tangga yang dimiliki oleh komunitas suku Maori cukup teratur. Lelaki bertugas untuk berburu dan membajak sawah sedangkan wanitanya menyingai rerumputan, menjahit dan memasak untuk kebutuhan primer sehari-hari. Pembagian status sosial juga terlihat dalam komunitas suku Maori. Aktivitas-aktivitas sebagai contoh, bercocok tanam, memanen hasil pertanian, dan lain-lain dilakukan menurut kemampuan masing-masing individunya. Setiap individu minimal memiliki keahlian di bidang seni seperti pembuat puisi atau pujangga, pembuat tato dan carving.
            Suku Maori tinggal di sebuah desa yang dilindungi seperti sebuah benteng kecil. Orang-orang dibagi menjadi beberapa suku kecil atau iwi, tergantung nenek moyangnya masing-masing. Setiap suku kecil memiliki beberapa dan atau hapu dalam bahasa setempat. Tentunya anak laki-laki pertama mendapat perhatian dan kehormatan lebih lama dan karena akan menjadi pemimpin tertinggi suku atau dikenal dengan sebutan ariki.
            Suku Maori percaya sama seperti halnya bangsa Polinesia, termasuk adanya konsep tapu (Larangan), mana (penghargaan individual), mauri (daya hidup), utu (hari pembalasan), dan makutu (sihir). Suku maori percaya pada banyak dewa hutan, atau Tangaroa, dewa laut bangsa polinesia. Sedangkan dewa tertingginya adalah Io. Suku Maori percaya betul adanya atau yaitu roh yang akan menghukum bagi siapa saja yang berbuat jahat atau melanggar aturan.
            Kebudayan Maori adalah termasuk salah satu yang kaya dan beragam, dari tradisional hingga kontemporer. Seni tradisional seperti mengukir, menenun, kappa haka (kinerja kelompok), whaikorero (pidato), dan moko (tato), yang dipraktekkan di seluruh negeri. Praktis mengikuti jejak dari tipuna (nenek moyang) mereka, meniru teknik yang digunakan ratusan tahun lalu, namun juga mengembangkan teknik-teknik baru dan bentuk yang menarik. Hari ini budaya Maori juga termasuk seni, film, televisi, puisi, teater dan hip-hop (spoller-ukiran).
            Maori adalah budaya lisan yang kaya dengan cerita dan legenda. Kisah penciptaan Maori menggambarkan dunia yang dibentuk oleh pemisahan Ranginul (Dewa Langit) dan Papatuanuku (Dewi Bumi) oleh anak-anak mereka. Banyak ukiran Maori dan karya seni grafis menggambarkan perjuangan ini.
Penciptaan Selandia Baru dijelaskan oleh legenda Maui, dewa ini mengelola, antara lain untuk memanfaatkan matahari untuk membuat hari lebih lama lagi. Namun, klaim yang terbesar untuk ketenaran adalah memancing sebuah pulau di utara, seperti digambarkan sebagai sebuah Ika Te Maui (ikan Maui). Jika melihat dari peta udara, pulau Utara (Selandia Baru) sangat menyerupai seekor ikan. Maori percaya bagian utara dari pulau tersebut adalah bagian ekor ikan dan Welington Harbour adalah mulutnya. Maori menggambarkan Pulau Selatan sebagai Waka Maui’s (sampan) dan Stewart Island (Rakiura) sebagai punganya (jangkar).
            Bahasa yang digunakan oleh Suku Maori adalah bahasa Maori (atau Bahasa Maori dalam bahasa ini sendiri: Te Reo Maori). Bagian dari rumpun bahasa Polinesia, bahasa ini memiliki hubungan erat dengan bahasa Rarotonga (Kepulauan Cook) dan Tahiti, hubungan sedikit lebih jauh dengan bahasa Hawaii dan lebih jauh lagi dengan bahasa Samoa dan Tonga.
            Pada dasarnya Bahasa Maori hanya digunakan di Selandia Baru. Penggunanya mencapai 100.000 orang hampir semuanya keturunan Maori. Perkiraan jumlah pembicaraanya bervariasi: sensus penduduk tahun 1996 mencatat ada 10.000 orang, sementara perkiraan lain menyebutkan jumlah yang lebih rendah hingga hanya 50.000. Tingkat kemahiran orang-orang yang mengaku bisa berbahasa Maori tidak diketahui orang yang hanya bisa berbahasa Maori. Kemungkinan sedikit sekali jumlahnya, berkisar belasan orang. Tetapi, cukup banyak orang yang belajar bahasa Maori lebih dahulu sebelum bahasa Inggris, karena bahasa Maori bertahan sebagai bahasa komunitas di beberapa pemukiman terpencil di daerah Nothland, Uruwera dan East Cape. Bahasa Maori dapat dikatakan berhenti menjadi bahasa yang hidup di masyarakat sejak zaman pasca perang, ketika terjadi urbanisasi besar-besaran populasi Maori ke kota-kota.
            Sejak datangnya bangsa Maori ke Selandia Baru hingga sebelum masa kolonialisasi oleh Kerajaan Inggris, bahasa Maori adalah bahasa yang dominan di wilayah tersebut. Mulai tahun 1860-an, bahasa Maori mulai terdesak oleh bahasa Inggris, yang dibawa oleh pemukim dari Inggris yang mencakup misionaris, pencari emas dan pedagang. Di akhir abad ke-19, sistem pendidikan Inggris mulai diperkenalkan bagi seluruh penduduk Selandia Baru dan dari tahun 1880-an penggunaan bahasa Maori di sekolah dilarang. Semakin banyak orang Maori yang belajar bahasa Inggris karena keharusan dan karena prestise dan kesempatan yang didapatkan dari kemampuan berbahasa Inggris. Namun demikian, sampai masa Perang Dunia II, banyak orang Maori masih menggunakan bahasa Maori sebagai bahasa ibu. Pada zaman itu, Bahasa Maori digunakan saat beribadah di gereja, di rumah untuk pertemuan-pertemuan politik dan banyak Koran diterbitkan dalam bahasa ini.
            Bahkan hingga tahun 1930-an anggota parlemen dari kalangan Maori dirugikan karena hingga zaman itu, semua pertemuan di parlemen Selandia Baru hanya menggunakan bahasa Inggris. Dalam periode ini, jumlah pembicara bahasa Maori menurun drastis hingga pada tahun 1980an kurang dari 20% dari orang Maori bisa berbahasa Maori dengan cukup baik seperti layaknya sebagai bahasa ibu. Bahkan dari jumlah tersebut, banyak yang tidak menggunakan bahasa Maori di rumahnya lagi.
            Mulai tahun 1980an para pemimpin bangsa Maori mulai menyadari bahwa hilangnya bahasa mereka, yang dapat berakibat buruk pada identitas budaya bangsa Maori. Kebudayaan Maori yang mulai pupus dicoba diangkat melalui program-program yang salah satu bagian utamanya  adalah program penghidupan kembali bahasa Maori. Program-program tersebut antara lain gerakan Kohanga Reo yang mengajarkan bahasa Maori seak dini hingga usia sekolah. Program ini kemudian diikuti dengan pendirian Kura Kaupapa, sekolah dasar dalam bahasa Maori.  
            Tidak ada system tulisan asli bahasa Maori. Para Misionaris yang pertama kali mencoba menuliskan bahasa ini menggunakan alphabet latin sejak 1814. Pada tahun 1820 Profesor Samual Lee dari Universitas Cambridge bekerja sama dengan seorang kepala suku bernama Hongi Hika dan saudara mudanya Waikato untuk membuat sistem tulisan Maori secara sistematis. Usaha mereka mengunakan ejaan fonetis berhasil dengan sukses, dan bahasa tulis Maori tidak banyak berubah sejak saat itu.
Perubahan kecil yang dibuat kemudian hanyalah pembedaan tulisan untuk bunyi w dan wh serta penambahan macron di akhir abad ke-19, walaupun penggunaan macron secara umum baru mulai terbiasakan pada abad ke -20. Melek huruf menjadi konsep baru yang menarik yang disambut gembira oleh bangsa Maori. Para Misionaris melaporkan bahwa di tahun 1820-an orang Maori di seantero negeri saling mengajarkan baca tulis satu sama lain, menggunakan peralatan seadanya seperti daun dan arang, pahatan kayu, dan kulit binatang bila kertas tidak tersedia.  

            

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive