Wednesday, March 13, 2019

TUJUAN PENDIDIKAN




            Tatkala orang mendesain pendidikan, maka ia harus memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan pada dasarnya ditentukan oleh pandangan hidup (way of life) orang yang mendesain pendidikan itu. Program pendidikan 100% ditentukan oleh rumusan tujuan.

Manusia Terbaik Sebagai Tujuan Pendidikan

            Tujuan pendidikan sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan semua manusia, termasuk anak keturunannya, menjadi manusia yang baik. Sampai di sini tidaklah ada perbedaan antara seseorang dengan orang lain. Perbedaan akan muncul tatkala merumuskan ciri-ciri manusia yang baik itu.
            Kualitas baik seseorang ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila pandangan hidupnya berupa agama, maka manusia yang baik adalah manusia yang baik menurut agamanya. Bila pandangan hidupnya sesuatu mazhab filsafat, maka manusia yang baik itu adalah manusia yang baik menurut filsafatnya itu. Bila pandangan hidupnya berupa warisan nilai dari nenek moyang, maka manusia yang baik itu adalah manusia yang baik menurut pandangan nenek moyangnya itu.
            Dari sinilah muncul perbedaan-perbedaan tentang tujuan pendidikan. Tatkala membuat rumusan terjadilah “perdebatan” berkepanjangan. Penganut agama menginginkan tujuan pendidikan negara dirumuskan berdasarkan agamanya; orang filsafat menginginkan tujuan pendidikan negara ditentukan oleh ajaran filsafatnya; penganut warisan nenek moyang demikian juga.
            Dari rumusan ini akan muncul tujuan pendidikan menurut masing-masing negara. Katakanlah ada satu rumusan tujuan pendidikan dalam satu negara. Apakah itu merupakan jaminan dalam negara itu tidak ada orang yang menginginkan rumusan yang lain? Tentu ada, karena filsafat negara belum tentu diyakini oleh semua warga negara. Gejala ini jelas kelihatan tatkala wakil-wakil rakyat negara itu merumuskan tujuan pendidikan negaranya. Akhirnya apa yang terjadi? Yang terjadi ialah rumusan tujuan pendidikan negara ditetapkan dengan voting wakil rakyat. Ini berarti rumusan itu tidak benar-benar disepakati oleh seluruh warga negara.
            Menghadapi perbedaan-perbedaan pendapat itu kita harus mengambil sikap demokratis. Artinya, biarkan rumusan itu, dukung pelaksanaan rumusan itu, demi beroperasinya negara, dengan syarat rumusan itu tidak menyimpang jauh sehingga mengancam keberlangsungan negara tersebut

Karakteristik Lulusan Yang Diharapkan

            Cirinya cukup dua saja yaitu (1) mampu hidup tenang dan (2) produktif dalam kehidupan bersama. Cukup dua ciri itu saja: hidup tenang dan produktif. Jika dirinci lebih jauh maka kita akan memiliki tiga ciri saja sebagai berikut ini.
            Pertama, badan sehat serta kuat. Sehat ialah tidak sakit, jelasnya tidak penyakitan. Ini diperlukan agar tenang dan mampu produktif. Kuat ialah kemampuan otot dan non-otot dalam menyelesaikan pekerjaan. Ini penting agar dapat berproduksi maksimal. Kedua, otaknya cerdas serta pandai. Cerdas artinya pinter. Cirinya yang paling mudah dikenali ialah ia mampu menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat; juga salah satu ciri orang pinter ialah ia jarang memerintah atau menyuruh orang lain. Ukuran yang biasa digunakan ialah intelligence quotient (IQ). IQ tidak dapat ditingkatkan, tetapi dapat dilatih agar aktual efektif. Tugas pendidikan ialah melatihnya.
            Ketiga, lulusan mesti beriman kuat. Sulit dibayangkan seseorang akan mudah hidup tenang bila ia tidak beriman. Mungkin saja banyak kesulitan yang dihadapinya tidak mengganggunya bila masalah itu dapat ia rasionalkan, dapat diselesaikan dengan IQ-nya yang tinggi. Tetapi akan banyak masalah yang pasti ia tidak akan mampu merasionalkannya. Pada bagian inilah ia memerlukan iman yang kuat.
            Keimanan yang kuat akan memberikan kemampuan mengendalikan diri yang tinggi. Banyak orang yang tidak tenang hidupnya hanya gara-gara kurang mampu mengendalikan diri.
            Karakteristik berikut merupakan rincian lebih lanjut dari tiga karakter tadi. Pertama, lulusan harus berdisiplin tinggi. Disiplin tinggi akan muncul bila ada iman yang kuat dan pengetahuan mencukupi tentang itu.
            Kedua, lulusan harus memiliki sifat jujur. Sifat ini merupakan salah satu turunan dari hati yang penuh iman. Jujur barulah terwujud bila orang mampu jujur terhadap diri sendiri; seseorang mampu jujur terhadap orang lain belumlah dapat dijadikan jaminan bahwa ia jujur.
            Ketiga, lulusan harus kreatif. Hanya orang yang kreatif yang mampu melakukan inovasi. Orang yang kreatif dengan sendirinya inovatif selalu tidak puas dengan status quo. Orang ini selalu gelisah, maka ia selalu mencari.
            Keempat, lulusan harus ulet. Intinya ialah tidak mudah putus asa. Kelima, lulusan harus berdaya saing tinggi. Pada aspek psikologis, lulusan harus percaya diri yang tinggi. Keenam, lulusan harus mampu hidup berdampingan dengan orang lain. Ketujuh, lulusan harus demokratis. Kedelapan, lulusan harus menghargai waktu. Kesembilan, lulusan harus memiliki kemampuan pengendalian diri yang tinggi.

Pendidikan Berorientasi Kompetensi

            Pendidikan yang berorientasi penguasaan kompetensi (yang sering disebut KBK) agaknya perlu memahami beberapa konsep berikut. Pertama, kompetensi yang akan dicapai ialah kompetensi lembaga (seperti kompetensi tamatan SMP, SMA), bukan kompetensi setiap mata pelajaran. Kedua, sebenarnya, ada atau tidak ada program pendidikan berorientasi kompetensi (KBK), bila pengajaran dilakukan dengan benar, hasilnya akan sama dengan pendidikan berorientasi kompetensi; jika pendidikan dilakukan dengan benar, maka KBK tidaklah diperlukan. Ketiga, inti kompetensi ialah kemampuan. Kemampuan itu, secara umum ialah kemampuan menjalani hidup. Karena itu definisi pendidikan berorientasi kompetensi (KBK) ialah pendidikan menuju life skill (keterampilan menjalani hidup).
            Sebenarnya ada teori yang sangat sederhana dan hasil pendidikannya pasti berupa penguasaan kompetensi. Teorinya: bila setiap topik atau tema pelajaran atau sesuatu program diajarkan teorinya lewat tatap muka, lantas teori itu dipraktikumkan, lalu teori itu dipraktekkan, maka pasti teori itu dikuasai sampai tingkat kompeten.

Penguasaan Kompetensi

            Percaya diri itu baru muncul bila seseorang memiliki kemampuan yang pasti. Kemampuan yang pasti inilah yang disebut kompetensi itu. Apa percaya diri? Percaya diri, sekurang-kurangnya percaya diri yang dimaksud disini ialah sifat sanggup bersaing. Untuk mudahnya: percaya diri ialah berani bersaing. Jadi, syarat mampu bersaing ialah adanya percaya diri; syarat percaya diri antara lain ialah memiliki kompetensi.

Masyarakat Madani

Pengertian Masyarakat Madani

            Kata “Madani” seakar dengan kata “madinah” dalam bahasa Arab. “Madinah” dalam bahasa Arab artinya “kota” dalam bahasa Indonesia. Jadi, “masyarakat madani” adalah masyarakat kota. Kata “masyarakat kota” akan mudah dipahami bila dilawankan dengan “masyarakat rimba”. Masyarakat madani ialah masyarakat yang punya hukum dan anggota masyarakatnya taat hukum.

Masyarakat Madinah pada Masa Rasulullah

            Tatkala Rasulullah memasuki kota Madinah hukum yang berlaku di sana lebih kurang dapat dikatakan hukum adat yang diadatkan oleh para pemimpin kabilah. Kabilah-kabilah itu masing-masing mengunggulkan kabilahnya. Hegemoni antarkabilah sering terjadi dan penyelesaiannya sering kali melalui peperangan antarkabilah. Hukum ini mirip dengan “hukum rimba”.
            Tindakan beliau pertama ialah mempersaudarakan dua kelompok besar yaitu kelompok Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari kota Makkah) dan kelompok Anshar (yaitu penduduk kota Madinah).
            Tindakan Rasulullah SAW yang kedua ialah mengeratkan persaudaraan di antara kabilah-kabilah tadi menuju keharmonisan pergaulan. Tindakan Rasulullah selanjutnya ialah menerapkan hukum yang diajarkan Allah secara lebih luas.
            Jadi, Rasulullah mengubah hukum yang berlaku di Madinah dari “hukum rimba” menjadi “hukum kota”. Mungkin penerapan “hukum kota” di Madinah pada zaman Rasulullah ini dapat dijadikan kunci untuk memahami efisiensi masyarakat madani.

Unsur-Unsur Utama Masyarakat Madani

            Ada tiga unsur penting dalam membangun masyarakat madani, yaitu :
  • adanya hukum yang manusiawi,
  • adanya masyarakat yang taat hukum, dan,
  • adanya penegak hukum.

Langkah Mewujudkan Masyarakat Madani

            Langkah Pertama, membuat hukum yang manusiawi. Hukum yang manusiawi ialah hukum yang sesuai dengan hakikat manusia. Kebutuhan manusia yang paling asasi dalam hubungan bermasyarakat ialah keadilan.
            Langkah Kedua, menciptakan masyarakat yang taat hukum. Cara yang paling utama dalam menciptakan masyarakat taat hukum ialah melalui pendidikan, terutama sekali pendidikan formal yaitu sekolah.
            Langkah Ketiga, ialah adanya penegak hukum. Secara sederhana penegak hukum yang dimaksud ialah orang dan/atau lembaga yang mampu menghukum pelanggar hukum berdasarkan hukum.                        

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive