Anak tunagrahita merupakan salah
satu tingkatan dari ketunagrahitaan. Anak tunagrahita sedang disebut juga
imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut
Skala Weschler (WISC). Anak terbelakang mental sedang bisa mencapai
perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun.
Tunagrahita adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah
rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing dikenal dengan istilah mental reterdation, mentally reterded,
mental deficiency, dan mental
defective, dan lain-lain (T. Sutjihati, 2007:102).
Istilah-istilah tersebut sering
digunakan sebagai “label” terhadap mereka yang mempunyai kesulitan dalam
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep-konsep dan keterampilan
akademik meliputi membaca, menulis, dan menghitung angka-angka (Bandi, 2005:2).
Menurut Kaufman dan Halahan untuk
memahami anak tunagrahita ada baiknya kita telaah definisi tentang anak yang
dikembangkan oleh AAMD (America
Association of Mental Deficiency) sebagai berikut : “Keterbelakangan mental
menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai
ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan
(T. Sutjihati, 2007:104).
Ada beberapa pengukuran tes
intelegensi untuk menentukan klasifikasi ketunagrahitaan diantaranya dengan
menggunakan skala Binet dan Wechler. Di bawah ini digambarkan secara jelas
klasifikasi Tunagrahita berdasarkan ranking skor IQ.
Tabel
2.1 Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Derajat Keterbelakangannya
Tingkat
Ketidakmampuan
|
Berdasarkan
Skor IQ Binet
|
Berdasarkan
Skor IQ Wechler
|
Mild (Ringan)
Moderate (Sedang)
Severe (Berat)
Profound (Sangat Berat)
|
68-52
51-36
25-20
Kurang dari 19
|
69-55
54-40
39-25 ekstrapolated
Kurang dari 24-ektrapolated
|
(Sumber Blake dalam Sutjihati, 2007:108)
Anak tunagrahita sedang disebut
juga imbesil yaitu mereka yang memiliki IQ 51-36 menurut Skala Binet dan 54-40
menurut Skala Weschler (WISC). Anak terbelakang mental sedang bisa mencapai
perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dilatih untuk
mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living), serta melakukan
fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya.
Umumnya perkembangan pada anak
tunagrahita sedang sangat lambat, sehingga mereka dapat dikatakan memerlukan
pengawasan berkelanjutan sepanjang hidupnya serta mereka membutuhkan penanganan
dengan tepat sesuai tahap perkembangan yang telah mereka capai. Anak
tunagrahita sedang umumnya terjadi kurangnya keseimbangan dan koordinasi
motorik, pada segi emosi mereka cenderung mudah marah, mudah terpengaruh dan
kurang mempunyai dorongan. Hal-hal tersebut memiliki hubungan sebab akibat
dengan rendahnya tingkat kecerdasan yang mereka miliki, selaras dengan pendapat
Efendi (2009:96 “…..kelemahan kecerdasan
disamping berakibat pada kelemahan fungsi kognitif, juga berpengaruh pada sikap
dan keterampilan lainnya”. Karakteristik yang pada umumnya tampak pada anak
tunagrahita sedang sebagaimana digambarkan oleh Astati (2001:7)
a.
segi fisik
keadaan fisik
tunagrahita sedang tidak sebaik penyandang tunagrahita ringan. Mereka mengalami
kurang keseimbangan, kurang koordinasi gerak sehingga ada diantara mereka yang
mengalami keterbatasan dalam bergerak
b.
segi kecerdasan
kelompok ini mencapai
kecerdasan yang sama dengan anak normal yang berusia 7 atau 8 tahun
Anak tunagrahita sedang
dikategorikan sebagai anak tunagrahita mampu latih dengan ciri-ciri yang dapat
diidentifikasikan diantaranya dapat mempelajari tentang perawatan dirinya dalam
berpakaian, ke toilet, makan, membersihkan diri dan rumahnya dan keterampilan
lain yang dapat membuat mereka tidak selalu membutuhkan orang tuanya atau orang
lain bagi kelangsungan hidupnya sehari-hari. Dapat belajar dan bergaul dengan
anggota keluarganya dan tetangga dekatnya, membantu melakukan pekerjaan rutin
di sekitar lingkungan rumahnya. Pada umumnya tidak dapat diharapkan belajar
menguasai keterampilan membaca dan menulis dan berhitung secara sempurna.
Mereka mampu berbicara dengan keterampilan berbahasa yang sederhana. Namun
mereka pada dasarnya masih memerlukan perawatan, pengawasan dan dukungan
bantuan sepanjang hayatnya.
Mengacu pada keterangan di atas,
bisa disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita sedang memiliki perbedaan
dengan anak normal sehingga lemah dalam segi fisik dan motorik, kurang mampu
menarik kesimpulan dari yang dibicarakannya, sulit berpikir abstrak, cenderung
menarik diri, kurang percaya diri, dan dapat melakukan pekerjaan yang sifatnya
sederhana.
No comments:
Post a Comment