Terdapat
banyak pendekatan untuk pelatihan. Jenis-jenis pelatihan yang dapat digunakan
di dalam organisasi menurut Simamora
(1997 : 349-351) terdiri
dari :
1.
Pelatihan Keahlian-Keahlian (skills training)
Merupakan pelatihan
yang kerap dijumpai di dalam organisasi-organisasi. Program pelatihannya
relatif sederhana ; kebutuhan atau kekurangan diidentifikasi melalui penilaian
yang jeli. Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga didasarkan pada
sasaran-sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2.
Pelatihan Ulang (retraining)
Adalah subset pelatihan
keahlian-keahlian. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada karyawan
keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk mengejar tuntutan-tuntutan yang
berubah dari pekerjaan-pekerjaan mereka.
3.
Pelatihan Fungsional Silang (cross functional training)
Pada dasarnya,
organisasi-organisasi telah mengembangkan fungsi-fungsi kerja yang
terspesialisasi dan deskripsi-deskripsi pekerjaan yang rinci. Sungguhpun begitu
organisasi-organisasi dewasa ini lebih baik menekankan keahlian banyak hal dari
pada spesialisasi. Melatih karyawan dalam bermacam-macam fungsi, dengan
demikian, menjadi semakin popular. Melibatkan pelatihan karyawan-karyawan untuk
melakukan operasi-operasi dalam bidang-bidang lainnya selain dari pekerjaan
yang ditugaskan. Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan fungsional silang,
sebagai contoh :
a)
Rotasi pekerjaan dapat digunakan untuk
memberikan suatu perspektif yang lebih luas kepada manajer dalam satu bidang
fungsional.
b)
Departemen-departemen dapat saling
bertukar pegawainya untuk periode waktu tertentu sehingga setiap pegawai
mengembangkan suatu pemahaman mengenai kegiatan-kegiatan departemen lainnya.
c)
Pelatihan-pelatihannya adalah rekan
sejawat, karyawan-karyawan berprestasi yang bertindak sebagai internal
on-the-job trainers dapat membantu para karyawan mengembangkan
keahlian-keahlian dalam bidang operasi lainnya.
4.
Pelatihan Tim
Dewasa ini terdapat
tekanan menguat terhadap kinerja tim (team
performance). Tim manajemen, tim riset, dan satuan tugas temporer merupakan
karakteristik yang lazim dalam banyak organisasi. Tim adalah sekelompok individu
yang bekerja bersama demi tujuan bersama. Tujuan
bersama inilah yang
sesungguhnya menentukan sebuah tim, dan jika anggota tim mempunyai
tujuan-tujuan yang bertentangan atau konflik, efisiensi keseluruhan unit
kemungkinan akan terganggu. Terdapat dua prinsip umum mengenai komposisi tim.
Pertama, keseluruhan kinerja sebuah tim sangat
tergantung pada keahlian individu-individu anggotanya. Oleh karenanya,
pelatihan dan pengembangan individu tetaplah penting. Tetapi pelatihan individu
hanyalah sebagai solusi, maka dari itu interaksi diantara anggota-anggota tim
haruslah diberikan perhatian. Interaksi inilah yang membuat pelatihan tim
menjadi unik, interaksi selalu menggunakan beberapa bentuk simulasi, dan ha1
ini selalu terfokus apada interaksi anggota tim, perlengkapan, dan prosedur
kerja.
Kedua, manajer dari kelompok kerja yang efektif cenderung
memantau kinerja anggota timnya secara teratur dan mereka memberikan umpan
balik yang sering terhadapnya. Memuaskan kedua prinsip ini ke dalam pelatihan
tim (team training) dan manajer mereka akan menyebabkan kinerja
keseluruhan tim yang lebih baik.
5. Pelatihan
Kreativitas (creativity training)
Adalah didasarkan pada asumsi bahwa kreativitas
dapat dipelajari. Terdapat beberapa cara untuk mengajarkan kreativitas, yang
semuanya berusaha membantu orang-orang memecahkan masalah-masalah dengan
kiat-kiat baru. Salah satu rancangan yang lazim dipakai adalah brainstorming,
dimana para partisipan diberikan
peluang untuk mengeluarkan-gagasan-gagasan sebebas mungkin. Setelah jumlah
gagasan dianggap cukup banyak, maka para partisipan tersebut diminta memberikan
penilaian-penilaian rasional dari segi biaya dan kelaikan. Kreativitas biasanya
dianggap mempunyai dua tahap ; imajinatif dan praktis. Teknik brainstorming yang
diikuti oleh pertimbangan rasional dari opsi-opsi yang dihasilkannya adalah
memenuhi kedua tahap tersebut.
No comments:
Post a Comment