Pada masa sekarang ini istilah
metode selalu dihubungkan dengan masalah pendidikan yang bertujuan merubah
tingkah laku siswa, serta dapat memotivasi siswa supaya dapat berbuat sesuai
denagn tujuan pendidikan. Seorang guru menurut profesinya merubah tingkah laku
siswanya harus mengetahui beberapa tuntutan, sebagaimana dikemukakan oleh
Winarno Surachmad (1976:45) yaitu :
a.
Setiap guru menetapkan tujuan pengajaran yang
akan dicapainya.
b.
Setiap guru memilih dan melaksanakan metode
mnegajar dengan memperhitungkan kewajaran metode tersebut dibandingkan dengan metode lainnya;
c.
Setiap guru memiliki keterampilan menghasilkan
dan menggunakan alat-alat bantu pengajaran untuk memungkinkan tercapainya
tujuan dengan sebaik-baiknya;
d.
Setiap guru memiliki pengetahuan dan kemampuan
praktis untuk menilai setiap hasil pengajaran baik dari sudut siswa maupun dari
kemampuan guru itu sendiri.
Jusuf Djajadisastra (1985:13) mendefinisikan metode
sosiodrama adalah “suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan
keapda siswa untuk melakukan kegiatan memerankan peranan tertentu seperti yang
terdapat dalam kehidupan masyarakatnya atau kejadian-kejadian sosial lainnya”.
Adapun menurut oleh Roestiyah (2008:90) sosiodrama adalah mendramatisasikan
tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial
antar manusia.
Metode sosiodrama dalam
aplikasinya melibatkan beberapa siswa untuk dapat memainkan peranannya terhadap
suatu tokoh, dan di dalam memainkan peranan siswa tidak perlu menghapal naskah,
memeprsiapkan diri, dan sebagainya. Pemain hanya berpegangan pada judul dan
garis besar skenarionya dan apa yang dikatakannya. Semua diserahkan kepada
pengahayatan siswa pemeran pada saat itu. Sehingga mereka dibawa ke dalam pertistiwa seperti yang pernah terjadi, dan
mereka belajar untuk memahami dan menghayati setiap kisah agar dapat mengaplikasikan
kemudian. Hal ini sesuai dengan konsep belajar yang terdapat dalam Psikologi
Gestalt, yang sering disebut Feiid Theory
atau Insight Full Learning. “Menurut
para ahli Psikologi Gestalt, belajar terjadi jika ada pemahaman/pengertian
(insight).” (Bigg Morris L, 1976:78).
Pemahaman ini muncul apabila
seseorang setelah beberapa kali memahami suatu masalah, untuk kemudian muncul
adanya suatu kejelasan dimana terlihat adanya hubungan antara unsur-unsur yang
satu dengan yang lainnya, dipahami sangkut pautnya serta dimengerti maknanya.
Dengan demikian manusia akan belajar memahami duni sekitarnya dengan jalan
mengatur dan menyusun kembali pengetahuan-pengetahuannya menjadi suatu struktur
yasng berarti dan dapat dipahami.
Berdasar pada teori psikologi
Gestalt, maka pelaksanaan metode sosiodrama dapat membuat siswa lebih dalam
mengerti tentang suatu permasalahan sosial. Hal tersebut dikarenakan pemahaman
yang dilakukan berulangkali sebelum diaplikasikan dalam dramatisasi maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan metode sosiodrama disini menggambarkan
suatu bentuk peristiwa aktif yang didramatisasikan menggunakan garis besar
skenario. Peristiwa aktif tersebut maka akan timbul penghayatan dan pemahaman
siswa tentang peristiwa tersebut. Aspek pemahaman ini terdapat dalam komponen
Belief System setelah pemahaman dilakukan berulang-ulang maka akan timbul
reaksi yang merupakan suatu bentuk ungkapan berpikir siswa yang merasa telah
mendapat kejelasan dari hasil pemahaman tadi. Reaksi yang ditimbulkan dari
pemahaman yang dilakukan seseorang. Perbedaan reaksi tersebut dapat dilihat
dari diskusi yang dilaksanakan setelah pementasan selesai.
Keberhasilan dalam pelaksanaan
metode sosiodrama dapat dicapai dengan mengajukan judul yang baik untuk
diperankan oleh siswa. Hal ini agar siswa yang terlibat dalam peran bisa
menghayati perannya dengan baik, sebelumnya guru mengemukakan garis besar dari
skenario tersebut. Kemudian memilih kelompok siswa yang akan memerankan peran,
serta mengatur situasi tempat bersama-sama dengan siswa yang terlibat peran
tersebut.
Siswa yang tidak ikut memerankan
peran diminta supaya mendengarkan dan mengikuti dengan teliti semua
pembicaraan, tindakan-tindakan serta keputusan-keputusan yang dilakukan para
pemain. Setelah pmentasan selesai, guru mengatur diskusi untuk mengaplikasikan
apa yang dilakukan oleh siswa tadi. Agar siswa memperoleh manfaat yang besar
dari metode sosiodrama ini, haruslah diupayakan agar mereka berperan secara wajar, dalam arti
tidak dibuat-buat. Oleh karena itu jalan cerita dalam aplikasi sosiodrama tidak
tertentu menjadi ikatan yang ketat bagi siswa ketika harus memerankan perannya.
Siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan penghayatan mereka pada saat
memainkan peran dan melaksanakan diskusi.
No comments:
Post a Comment