A. Wujud Kebudayaan
1. Pengertian
Wujud Kebudayaan
Wujud merupakan sesuatu yang dapat
dilihat.[1][1] Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan
kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat,
mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa,
sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.[2][2]
Koentjaraningrat juga menerangkan
bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara budaya dan
kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berati
daya dari budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan
singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi.
Jadi, kebudayaan atau disingkat
“budaya”, menurut
Koentjaraningrat merupakan “keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Kebudayaan merupakan sebuah fungsi
transmisi, maksudnya adalah dalam kebudayaan terjadi proses peralihan/perubahan
dari suatu bentuk ke bentuk yang lain.[3][3]
2. Wujud
Kebudayaan
Wujud kebudayaan merupakan bentuk
yang dihasilkan oleh pemikiran kebudayaan. Adapun wujud kebudayaan menurut J.J.
Hoenigman, ada tiga wujud kebudayaan, yakni:
a.
Gagasan
Yaitu wujud
kebudayaan yang berupa gagasan, ide, nilai, norma, peraturan, dan lain
sebagainya. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, disentuh dan bukan barang
yang nyata. Jika gagasan ini dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
tersebut berada dalam karangan-karangan atau tulisan-tulisan. Misalnya: kitab
kuno, prasati dan lain sebagainya.
b.
Aktivitas
Yaitu
tindakan atau aktivitas manusia yang berasal dari pemikiran kebudayaan. Wujud
kedua ini sering disebut dengan sistem sosial, terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang sering berinteraksi. Sifatnya nyata, terjadi di sekeliling kita
sehari-hari, dapat diamati dan didokumentasikan. Misalnya: sistem adat, sitem
kemasyarakatan dan lain sebagainya.
c. Artefak
Yaitu wujud
fisik berupa hasil aktivitas atau karya manusia dalam masyarakat yang berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, didokumentasikan serta
sifatnya wujud konkret. Misalnya: Patung, bangunan dan lain sebagainya.[4][4]
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau
komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
3. Lembaga sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang
banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem
sosial yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang
berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa
dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada
satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut
terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
4. Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun
system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi
system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan
mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara
mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
5. Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita,
dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam
masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika
sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang
akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa
wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus
meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap
derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak
terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
6. Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi,
bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat
komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit
dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti
oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus
dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan
memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.[5][5]
B. Unsur Kebudayaan
1. Pengertian
Unsur Kebudayaan
Mengenai unsur kebudayaan, dalam
bukunya pengantar Ilmu Antropologi, Koenjtaraningrat, mengambil sari dari
berbagai kerangka yang disusun para sarjana Antropologi, mengemukakan bahwa ada
tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang
kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal.[6][6]
2. Pembagian
Unsur-Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J.
Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
a.
alat-alat teknologi.
b.
sistem ekonomi.
c.
Keluarga.
d.
kekuasaan politik
2. Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
a. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
b. organisasi
ekonomi.
c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama).
Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap
sebagai cultural universals, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,
perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor).
Ini meliputi
segala sesuatu yang berhubungan dengan kelengkapan atau peralatan hidup manusia
sehari-hari demi menunjang aktivitas kehidupan dan mencapai kesejahteraan.
Peralatan dan perlengkapan yang dimaksud meliputi pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat pabrik, alat transportasi.
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
(pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi).
Segala
sesuatu yang berkenaan dengan perekonomian dan mata pencaharian diantaranya
alat-alat pertanian, sistem jual beli, cara bercocok tanam, sistem produksi,
sistem distribusi, sistem konsumsi).
3. Sistem
kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem
perkawinan).
Yaitu cara-cara perilaku manusia
yang terorganisir secara sosial meliputi sistem kekeraban, sistem komunitas,
sistem pelapisan sosial, sistem politik.
4. Bahasa (lisan,
tulisan).
Terdiri dari bahasa lisan, bahasa
tertulis dan naskah kuno.
5. Sistem
pengetahuan.
Meliputi teknologi dan kepandaian
dalam hal tertentu, misalnya pada masyarakat petani ada pengetahuan masa tanam,
alat pertanian yang sesuai lahan, pengetahuan yang menentukan proses pengolahan
lahan.
6. Religi (sistem kepercayaan).
Berkenaan
dengan agama dan kepercayaan yang dianut dalam suatu masyarakat.
7. Kesenian.
Berkenaan
dengan hal-hal yang menurut etika dan estetika seperti: seni gambar, musik,
tari dan lainnya.[8][8]
C. Relasi Wujud dan Unsur Kebudayaan dengan Pendidikan
Dalam hal
ini, penulis dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antara wujud dan
unsur kebudayaan dengan pendidikan adalah bahwasanya dengan mempelajari wujud
dan unsur kebudayaan dapat menambah pengetahuan mengenai bentuk-bbentuk unsur
dan kebudayaan yang ada di dunia.
Di samping
itu, dengan adanya wuju kebudayaan yang meliputi benda-benda yang dapat dilihat
dan dirasakan maka dapat menambah pengetahuan hasil dari cipta, rasa dan karsa
manusia pada zaman dahulu dan berupaya menciptakan kebudayaan yang baru di masa
yang akan datang.
No comments:
Post a Comment