Saturday, December 9, 2017

Rangsang Auditif, Visual, Kinestetik, Gagasan dan Peraba Tari Kreatif


Jika kita perhatikan sejarah tentang siswa sekolah pada beberapa abad yang lalu memperoleh pengajaran, ternyata di berbagai tempat caranya hampir sama. Pertama, guru atau orangtua mengatakan sesuatu,siswa duduk manis mendengarkan Guru. [Duduk] Kedua, anak mendengar,mengulang dan menghafal perkataan Gurunya. [Dengar] Ketiga, Guru memberi contoh yang kemudian ditiru oleh anak.[Catat].
Seiring dengan perkembangan zaman, cara (metode) mengajar pun mengalami perubahan, yaitu dengan ditemukan cara baru yang lebih efektif dan mengaktifkan anak didik. Jika dengan cara baru tersebut, guru merasa lebih berhasil dibandingkan dengan cara yang lama, dengan sendirinya sejak saat itu mereka mengajar dengan cara yang baru tersebut.
Howard Gardner (dalam Buku Quantum Learning karya De Porter, Bobbi, & Mike Hernacki) menyatakan bahwa seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya.
Ketika menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa (active learning). Siswa sebagai pembelajar dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Bangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa beraktivitas secara optimal, misal mata siswa digunakan untuk mengamati, tangan siswa bergerak, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya. Merujuk pada konsep konstruktivisme pendidikan, keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh seberapa mampu mereka membangun pengetahuan dan pemahaman tentang suatu materi pelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang mereka alami sendiri.
Menurut pendapat Malouf, Doug (2000) bahwa orang akan belajar secara optimal kalau dia ikut berpartisipasi. Tugas pengajar untuk memikirkan aktivitas apa yang paling optimal, menarik, dinamis dan relatif lebih kecil resikonya. Malouf (2000) mengajukan 3 tahap format bahan ajar untuk pembelajar : (1) Tahap pemberian informasi Sebelum diberi dialog, pengajar mempersiapkan kerangka berpikir pembelajar, dengan memberikan latar belakang situasi atau mengajukan pertanyaan- pertanyaan pra-dialog. Hal ini bisa dihubungkan dengan budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia. Tahap pemberian Informasi,Asher (1966) mengatakan : “pembelajaran melalui pancaindera penglihatan lebih efisien dan bertahan lebih lama dalam ingatan dibandingkan dengan pendengaran”.
Dengan pertimbangan di atas, pengajar mengombinasi pemberian penjelasan melalui audio dengan benda-benda konkrit, gambar, gerakan fisik dan ekspresi emosi. (2) Tahap peragaan, Asher (1966) percaya bahwa kondisi yang optimal untuk belajar adalah, bagaimana pembelajar pertama-tama diperkenalkan dengan bahan ajar. Menurutnya, keterampilan menebak sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan lamanya bertahan dalam ingatan. Implikasinya, jangan berikan terjemahan atau arti langsung kepada pembelajar, tapi biarkan mereka memprosesnya secara mendalam dan menebaknya melalui konteks. (3) Tahap pelaksanaan, Sesudah pemahaman terjadi, pembelajar diharapkan bisa memproduksi secara terbatas melalui aktivitas yang sederhana. Sesudah itu bisa mengaplikasikannya dalam situasi yang lebih majemuk.
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk tari kreativitas yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan yang cukup mendukung atau kondusif untuk memberikan rangsang auditif, visual, kinestetik, gagasan dan peraba tidak meniru atau mencontoh karya orang lain. Seorang kritikus dari Amerika Serikat, yaitu John Martin dalam bukunya yang berjudul “The Modern Dance”, mengemukakan bahwa gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia (Soedarsono, 1987). Landasan elemen dasar dari tari adalah gerak, gerak yang diterapkan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan bentuk yang diungkapkan manusia agar dapat dinikmati dengan rasa. Susane K. Langer dalam bukunya yang berjudul “Problem of Art”, mengemukakan bahwa gerak-gerak ekspresif ialah gerak-gerak yang indah, yang dapat menggetarkan perasaan manusia. Sedang gerak indah adalah gerak yang destilir dan mengandung ritme tertentu. Kata indah identik dengan bagus, yang dapat memberikan kepuasan batin manusia (Soedarsono, 1987).
Salah satu hal yang sering dilupakan oleh para guru adalah bahwa setiap anak dengan latar belakang berbeda mempunyai keunikan tersendiri dalam belajar. Mereka mempunyai cara masing-masing dalam memperoleh dan mengolah informasi. Gaya inilah yang disebut dengan gaya belajar (learning style).Banyak ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda dalam memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum, menurut Bobby DePotter terdapat dua benang merah yang disepakati tentang gaya belajar ini. Pertama adalah cara seseorang menyerap informasi dengan mudah, yang disebut sebagai modalitas, dan kedua adalah cara orang mengolah dan mengatur informasi tersebut.
Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditory, Kinestethic. (1) Visual ; Modalitas ini menyerap citra terkait dengan belajar tari melalui visual, warna, gambar, peta, diagram.
Model pembelajar tari secara visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata. Beberapa ciri dari pembelajar tari secara visual di antaranya adalah: Mengingat apa yang dilihat dari tarian, Rapi dan teratur gerak tarian, penampilan tarian, dalam hal pakaian ataupun penampilan keseluruhan teliti terhadap detail. (2) Auditori ; Model pembelajar tari secara auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap musik tarian yang ia dengarkan. Ciri-ciri orang-orang auditorial, di antaranya adalah: Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan, Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara, Suka musik dan bernyanyi, Tidak bisa diam dalam waktu lama.(3) Kinestetik ; Model pembelajar tarian secara kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri pembelajar kinestetik, di antaranya adalah: Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak, Menanggapi perhatian fisik, Suka menggunakan berbagai peralatan dan media, Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, Belajar melalui praktek, Menghafal dengan cara berjalan dan melihat, Banyak menggunakan isyarat tubuh, Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, Menyukai permainan dan olah raga.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive