Jika kita perhatikan sejarah tentang siswa
sekolah pada beberapa abad yang lalu memperoleh pengajaran, ternyata di
berbagai tempat caranya hampir sama. Pertama, guru atau orangtua mengatakan
sesuatu,siswa duduk manis mendengarkan Guru. [Duduk] Kedua, anak
mendengar,mengulang dan menghafal perkataan Gurunya. [Dengar] Ketiga, Guru
memberi contoh yang kemudian ditiru oleh anak.[Catat].
Seiring dengan perkembangan zaman, cara
(metode) mengajar pun mengalami perubahan, yaitu dengan ditemukan cara baru
yang lebih efektif dan mengaktifkan anak didik. Jika dengan cara baru tersebut,
guru merasa lebih berhasil dibandingkan dengan cara yang lama, dengan
sendirinya sejak saat itu mereka mengajar dengan cara yang baru tersebut.
Howard Gardner (dalam Buku Quantum Learning karya De Porter, Bobbi, & Mike Hernacki) menyatakan bahwa seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya.
Howard Gardner (dalam Buku Quantum Learning karya De Porter, Bobbi, & Mike Hernacki) menyatakan bahwa seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya.
Ketika menciptakan situasi pembelajaran yang
aktif dan bermakna bagi siswa (active learning). Siswa sebagai pembelajar
dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan
mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Bangun situasi
pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa beraktivitas secara
optimal, misal mata siswa digunakan untuk mengamati, tangan siswa bergerak,
kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa
aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya.
Merujuk pada konsep konstruktivisme pendidikan, keberhasilan belajar siswa
ditentukan oleh seberapa mampu mereka membangun pengetahuan dan pemahaman
tentang suatu materi pelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang mereka alami
sendiri.
Menurut pendapat Malouf, Doug (2000) bahwa
orang akan belajar secara optimal kalau dia ikut berpartisipasi. Tugas pengajar
untuk memikirkan aktivitas apa yang paling optimal, menarik, dinamis dan
relatif lebih kecil resikonya. Malouf (2000) mengajukan 3 tahap format bahan
ajar untuk pembelajar : (1) Tahap pemberian informasi Sebelum diberi dialog,
pengajar mempersiapkan kerangka berpikir pembelajar, dengan memberikan latar
belakang situasi atau mengajukan pertanyaan- pertanyaan pra-dialog. Hal ini
bisa dihubungkan dengan budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia. Tahap
pemberian Informasi,Asher (1966) mengatakan : “pembelajaran melalui pancaindera
penglihatan lebih efisien dan bertahan lebih lama dalam ingatan dibandingkan
dengan pendengaran”.
Dengan pertimbangan di atas, pengajar mengombinasi
pemberian penjelasan melalui audio dengan benda-benda konkrit, gambar, gerakan
fisik dan ekspresi emosi. (2) Tahap peragaan, Asher (1966) percaya bahwa
kondisi yang optimal untuk belajar adalah, bagaimana pembelajar pertama-tama
diperkenalkan dengan bahan ajar. Menurutnya, keterampilan menebak sangat
penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan lamanya bertahan dalam ingatan.
Implikasinya, jangan berikan terjemahan atau arti langsung kepada pembelajar,
tapi biarkan mereka memprosesnya secara mendalam dan menebaknya melalui
konteks. (3) Tahap pelaksanaan, Sesudah pemahaman terjadi, pembelajar
diharapkan bisa memproduksi secara terbatas melalui aktivitas yang sederhana.
Sesudah itu bisa mengaplikasikannya dalam situasi yang lebih majemuk.
Kondisi yang memungkinkan seseorang
menciptakan produk tari kreativitas yang bermakna ialah kondisi pribadi dan
kondisi lingkungan yang cukup mendukung atau kondusif untuk memberikan rangsang
auditif, visual, kinestetik, gagasan dan peraba tidak meniru atau mencontoh
karya orang lain. Seorang kritikus dari Amerika Serikat, yaitu John Martin
dalam bukunya yang berjudul “The Modern Dance”, mengemukakan bahwa gerak adalah
pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia (Soedarsono,
1987). Landasan elemen dasar dari tari adalah gerak, gerak yang diterapkan
dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan bentuk yang diungkapkan manusia
agar dapat dinikmati dengan rasa. Susane K. Langer dalam bukunya yang berjudul
“Problem of Art”, mengemukakan bahwa gerak-gerak ekspresif ialah gerak-gerak
yang indah, yang dapat menggetarkan perasaan manusia. Sedang gerak indah adalah
gerak yang destilir dan mengandung ritme tertentu. Kata indah identik dengan
bagus, yang dapat memberikan kepuasan batin manusia (Soedarsono, 1987).
Salah satu hal yang sering dilupakan oleh
para guru adalah bahwa setiap anak dengan latar belakang berbeda mempunyai
keunikan tersendiri dalam belajar. Mereka mempunyai cara masing-masing dalam
memperoleh dan mengolah informasi. Gaya inilah yang disebut dengan gaya belajar
(learning style).Banyak ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda dalam
memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum, menurut Bobby DePotter terdapat
dua benang merah yang disepakati tentang gaya belajar ini. Pertama adalah cara
seseorang menyerap informasi dengan mudah, yang disebut sebagai modalitas, dan
kedua adalah cara orang mengolah dan mengatur informasi tersebut.
Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditory, Kinestethic. (1) Visual ; Modalitas ini menyerap citra terkait dengan belajar tari melalui visual, warna, gambar, peta, diagram.
Model pembelajar tari
secara visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata.
Beberapa ciri dari pembelajar tari secara visual di antaranya adalah: Mengingat
apa yang dilihat dari tarian, Rapi dan teratur gerak tarian, penampilan tarian,
dalam hal pakaian ataupun penampilan keseluruhan teliti terhadap detail. (2)
Auditori ; Model pembelajar tari secara auditori adalah model di mana seseorang
lebih cepat menyerap musik tarian yang ia dengarkan. Ciri-ciri orang-orang
auditorial, di antaranya adalah: Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan,
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara, Suka
musik dan bernyanyi, Tidak bisa diam dalam waktu lama.(3) Kinestetik ; Model
pembelajar tarian secara kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi
melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri pembelajar kinestetik, di antaranya
adalah: Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak, Menanggapi perhatian
fisik, Suka menggunakan berbagai peralatan dan media, Menyentuh orang untuk
mendapatkan perhatian mereka, Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar,
Belajar melalui praktek, Menghafal dengan cara berjalan dan melihat, Banyak
menggunakan isyarat tubuh, Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, Menyukai
permainan dan olah raga.
Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditory, Kinestethic. (1) Visual ; Modalitas ini menyerap citra terkait dengan belajar tari melalui visual, warna, gambar, peta, diagram.
No comments:
Post a Comment