Cushway (2002 : 126-133) membagi pelatihan menjadi dua
macam yaitu pelatihan di tempat kerja (on-the job training) dan
pelatihan di luar tempat kerja (off-the job training).
Pelatihan
di tempat kerja (on-the job training) tehniknya adalah :
1. Demonstrasi
Caranya, peserta diberi
contoh oleh pegawai yang telah berpengalaman bagaimana mengerjakan suatu tugas
atau sejumlah tugas dan kemudian ditinggal supaya peserta melanjutkannya.
Masalah utama dari bentuk pelatihan ini adalah, jika operator yang
mendemonstrasikan sesuatu tugas memiliki kebiasaan buruk atau telah gaga1 untuk
memahami sebagian dari pekerjaan, maka kebiasaan buruk dan kesalahpahaman ini
cenderung diteruskan ke peserta. Demikian juga setiap sikap tentang organisasi
atau setiap jalan pintas ilegal dalam metode kerja, juga cenderung disampaikan.
Bagaimanapun, mungkin
ini cara yang paling mudah, cepat, dan biayanya paling efektif, serta
memungkinkan partisipan belajar tentang pekerjaan, asal dikontrol dengan benar.
2. Melatih
Melatih beda dengan
demonstrasi, yaitu lebih cenderung mengatur staf dari pada sebagai alat untuk
memberikan instruksi detail secara langsung. Partisipan diberi penunjang dan
petunjuk yang bersifat umum, dengan tujuan membantu individu untuk mengajar
diri mereka sendiri dan memastikan individu mendapatkan pengetahuan, keahlian,
dan pengalaman yang perlu. Bentuk pelatihan ini khususnya sesuai untuk
pekerjaan manajerial dan profesional, dari merupakan bagian dari pengembangan
suatu kultur kinerja.
3. Pelatihan dengan cara mengerjakan sendiri
Didasarkan pada
penemuan metode cara belajar bahwa cara belajar yang paling efektif adalah
apabila partisipan harus menemukannya sendiri. Pendekatan ini sangat memerlukan
kejelasan tentang apa yang diperlukan partisipan untuk melaksanakan tanggung
jawabnya secara efektif, menentukan dimana dapat diperoleh informasi, dan kemudian
memberikan partisipan garis besar informasi yang diperlukan dan mungkin
membentuk proyek yang didasarkan pada ini semua. Ini merupakan bagian dari
program terencana dengan laporan teratur kepada seseorang, misalnya manajer
lini karyawan, yang bertanggung jawab memantau kemajuan dan menyediakan
bantuan.
4. Rotasi kerja dan pengalaman yang terencana
Rotasi kerja adalah
pemindahan atau pergeseran karyawan ke pekerjaan lain dalam suatu periode,
untuk memungkinkan kepada mereka mendapatkan keahlian baru yang lebih luas. Ini
sangat sesuai untuk organisasi modern, dimana struktur yang lentur berarti
adanya kebutuhan yang lebih besar dari karyawan untuk lebih fleksibel dan
memiliki lebih banyak keahlian. Juga
sangat berguna untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik diantara
bagian-bagian yang berbeda dalam organisasi Pengalaman terencana cenderung gagal
bila partisipan tiba-tiba dibuang di dalam suatu departemen tanpa
pemberitahuan, dan manajer harus mencarikan sesuatu untuk menghabiskan waktu
mereka. Ini menjadi pengalaman yang tidak mengenakkan bagi kedua pihak karena
partisipan merasa tidak terima dan biasanya diberi tugas yang tidak diinginkan
atau tidak berarti, dengan manajer yang marah karena harus diseret dari
pekerjaannya hanya untuk menemukan sebentuk terapi kerja. Program seperti ini
harus benar-benar direncanakan, dengan tujuan yang disetujui, pemantauan
perkembangannya, dan konsultasi penuh dengan para manajer yang terlibat.
5. Pelatihan yang berdasarkan teknologi
Pelatihan yang
berdasarkan teknologi mengacu kepada setiap teknik dari belakang meja yang
memungkinkan individu untuk bekerja melalui program pelatihan dengan
menggunakan program komputer interaksi, video, atau compact disc. Aplikasi
seperti ini cenderung semakin kuat karena computer yang menggunakan basis
system multimedia berkembang dan kebutuhan akan pelatihan computer disadari.
Pelatihan di luar
tempat kerja (off-the job training) memiliki beberapa teknik antara lain
:
1. Ceramah
Setiap orang telah
mengenal ceramah, sebagai salah satu cara yang paling umum dalam menyampaikan
pengetahuan, terutama untuk tujuan pendidikan. Setiap orang mungkin ingat
hambatan utamanya, yaitu mempertahankan siswa untuk jangka waktu tertentu.
Ingatan akan waktu berjam-jam yang harus dibuang untuk mencoba tetap sadar,
sedang penceramah yang kaku terus saja menerangkan subyek yang tidak menarik,
adalah bagian dari pengalaman semua orang. Masalah utama ceramah mungkin karena
cara ini satu arah, dengan sedikit interaksi antara penceramah dengan siswanya.
Mungkin karena alasan inilah, banyak penolakan untuk menggunakan bentuk
pelatihan ini.
2. Studi kasus
Studi kasus adalah
kisah atau gambaran secara singkat, seiring berdasarkan kegiatan nyata, yang
digunakan untuk membantu mendiagnosis penyelesaian suatu masalah. Cara ini dapat
diguanakan untuk mengajar partisipan pertanyaan macam apa yang pantas untuk
ditanyakan dan faktor apa saja yang perlu diperhitungkan. Pada salah satu
pendekatan studi kasus, para peserta hanya diberi sebagian informasi yang
diperlukan untuk membuat keputusan, dan terserah kepada mereka untuk menyadari
bahwa lebih banyak info yang diperlukan dan harus ditanyakan kepada pengajar.
Pada pendekatan studi kasus yang lain, disebut metode insiden, studi kasus
hanya terdiri atas kalimat singkat yang menggambarkan suatu insiden yang
terjadi dan partisipan meresponnya.
3. Permainan peran
Dalam permainan peran (role playing) partisipan
mempertimbangkan masalah dengan cara yang sama dengan studi kasus, tetapi di
sini sejumlah orang memainkan peran yang berbeda. Biasanya individu diberi
penjelasan singkat tentang peran apa yang harus mereka mainkan. Nilai dari
pelatihan ini adalah : dapat memberikan wawasan dari sudut pandang berbeda.
4. Grup diskusi
Grup diskusi yang aktif
sangat bernilai untuk mengungkapkan berbagai pandangan tentang topik tertentu,
dan sifatnya yang partisipatif biasanya membuat para peserta betah.
5. Pusat pengembangan
Pusat pengembangan
merupakan varian dari pusat penilaian psikometri, diskusi grup, latihan in-tray, dan sebagainya diguanakan
oleh sejumlah orang di pusat pelatihan untuk menilai keahlian, kompetensi, dan
pengetahuan mereka, juga kesesuaian mereka untuk pengaruh tertentu. Pusat
pengembangan membawa pusat penilaian setapak lebih maju dan berusaha untuk
mendorong mereka mengembangkan potensi melalui rencana pengembangan yang
berdasarkan tingkah-laku
6. Dinamika grup
Dinamika grup merujuk
ke seluruh teknik yang di desain untuk memperbaiki efektivitas grup dan
berdasarkan penelitian ilmiah tentang tingkah-laku.
7. Belajar melalui tindakan
Belajar dengan melakukan
tindakan dikembangkan oleh Revans, berdasarkan bahwa prinsip cara
belajar yang paling baik adalah dengan mengerjakannya. Pendekatan ini, terutama
ditujukan untuk manajer, menghadapkan seseorang pada masalah nyata yang
memerlukan reaksi mereka. Mereka mungkin diharuskan untuk menyelesaikan masalah
yang sudah mereka kenal dalam situasi yang mereka kenal.
8. Proyek
Merancang proyek untuk
mengembangkan pengetahuan dan keahlian riset seseorang adalah sesuatu yang
dapat dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan kerja. Demikian juga proyek
tersebut bisa untuk individu maupun tim. Bila dilakukan dalam tim, ada tambahan
manfaat berupa pembentukan tim dan pengembangan keahlian kooperatif. Idealnya,
proyek harus merupakan sesuatu yang bernilai praktis bagi organisasi, jika
tidak partisipan tidak akan merasa ikut memilikinya. Dan karena nilai
praktisnya terhadap organisasi maka cara ini merupakan penggunaan waktu yang
produktif.
9. Permainan bisnis
Permainan bisnis atau
latihan dapat bermacam-macam bentuk tetapi biasanya terdiri atas tim pemain
yang saling berlawanan, yang merupakan simulasi dari situasi hidup nyata atau
sesuatu yang agak abstrak. Pada permainan tertentu, dimana ada sejumlah varian,
tim dianjurkan untuk mendapatkan nilai dengan cara mengadakan negosiasi. Sering
kali hasilnya dapat dimanipulasi oleh pengajar untuk memberikan sesuatu yang
tampak seperti keuntungan yang tidak adil kepada satu tim atau tim yang lain.
Permainan ini dapat menjadi demonstrasi tentang seberapa lancar suatu negosiasi
berjalan, juga seberapa mudah identitas grup dibentuk (dan dirusak) oleh
keadaan sekelilingnya. Masalah utamanya, permainan ini hanya dianggap
permainan, tidak lebih, meskipun kadang-kadang emosi dapat menjadi tinggi
sepanjang permainan tersebut.
10. Pelatihan di tempat terbuka
Akhir-akhir ini ada
peningkatan penggunaan pelatihan di tempat terbuka, dengan alasan bahwa
pelatihan luar ruangan yang meletakkan mereka dalam situasi menantang akan
membantu membentuk mereka dalam kepemimpinan dan keahlian tim. Tentunya hal ini
merupakan pengalaman yang berguna bagi beberapa orang, namun secara
keseluruhan, bentuk ini mungkin tidak terbukti manfaatnya.
Berikut
ini metode-metode pelatihan dan pengembangan yang diklasifikasikan berdasarkan
tempat penyelenggaraannya dan berdasarkan sasaran dan kemampuan yang
dikembangkan menurut pendapat Wahyudi
(2002 : 147-148) metode
pelatihan dan pengembangan berdasarkan tempat penyelenggaraanya :
On
The Job
· Job
instruction
· Apprenticeship
training
· Job
rotation
· Understudy
· Multiple
management
Off
The Job
· Vestibule
training
· Role
playing
· Sensitivity
training
· Transactional
analysis
· Business
game
· In-basket
method
·
Demonstrasi dan pemberian contoh
·
Simulasi
·
Bimbingan dan penyuluhan
·
Kuliah dan konpresi
·
Studi kasus
Metode
pelatihan dan pengembangan berdasarkan sasaran kemampuan yang dikembangkan :
Kemampuan Tentang Pekerjaan/Jabatan/
Organisasi
·
On the job training
·
Vestibule training
·
Apprenticeship training
·
Understudy
·
Job rotation
·
Multiple Management
·
Demonstrasi dan pemberian contoh
·
Simulasi
Kemampuan Tentang Pola Sikap I Pandangan I Perilaku
·
Role playing
·
Sensitivity training
·
Transactional analysis
·
Business game
·
In-basket method
·
Bimbingan dan penyuluhan
·
Kuliah dan konferensi
·
Studi kasus
Terlepas
dari berbagai metode yang ada, apapun bentuk metode yang dipilih oleh
perusahaan, metode tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip seperti yang
diungkapkan oleh Gomes (2002 : 208) sebagai berikut :
1)
Memotivasi para peserta pelatihan untuk
belajar keterampilan yang baru.
2)
Memperlihatkan keterampilan-keterampilan
yang diinginkan untuk dipelajari.
3)
Harus konsisten dengan isi (misalnya,
dengan menggunakan pendekatan interaktif untuk mengajarkan
keterampilan-keterampilan interpersonal).
4)
Memungkinkan partisipasi aktif.
5)
Memberikan kesempatan berpraktek dan
perluasan keterampilan
6)
Memberikan feedback mengenai performansi
selama pelatihan.
7)
Mendorong adanya pemindahan yang positif
dari pelatihan ke pekerjaan
8)
Harus efektif dari segi biaya.
No comments:
Post a Comment