Thursday, December 30, 2021

SASARAN AKHLAK

 


Akhlak juga mempunyai sasaran dimana akhlak tersebut harus dijalankan, aspek-aspek sasaran akhlak yakni :

1.      Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah yakni pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Illah (Tuhan, yang didahulukan) selain Allah SWT, dzat yang Maha Esa, dzat yang Maha suci atas semua sifat-sifat terpuji-Nya, tidak ada satupun yang dapat menandingi ke-Esaan-Nya, jangankan manusia, malaikatpun tidak ada yang menjangkau hakikat-Nya.

Malaikatpun berucap : “Maha Suci Engkau Wahai Allah, kami tidak mampu memuji-Mu, Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu”. Teramati semua bahwa semua makhluk menyucikan-Nya dari segala kekurangan dan menyertakan pujian kepada-Nya. Itulah sebabnya mengapa al-Qur’an mengajarkan kita untuk menyucikan-Nya juga memerintahkan kepada kita semua untuk berserah diri kepada Allah karena segala yang bersumber dari Allah adalah baik, benar dan sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun.

Di sini saya akan menyampaikan beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kepada Allah, yakni :

1)            Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS.An-Naml (27): 93)

2)            Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang terpilih (QS Ash-Shaffat [37]: 159-160).

3)            Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka (QS Asy-Syura [42]: 5).

4)            Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya (QS Ar-Ra'd [13]: 13).

5)            Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan Allah) sambil memuji-Nya (QS Al-Isra' [17]: 44).

6)            (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung). (QS. Al-Muzzammil (73): 9)

7)            Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (QS Al-Baqarah: 216).

8)            Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, itu dan (kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa' [4]: 79).

9)            Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai, dan bukan (jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah [1]: 7).

Sudah jelas digambarkan bahwa begitu mulianya dzat Allah, oleh karena itu kita sebagai umat-Nya adalah keharusan untuk menjalankan kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya juga kesadaran bahwa petunjuk jalan kebaikan adalah bersumber dari Allah.

2.      Akhlak kepada Orang Tua

Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan oleh ajaran islam. Bahkan berdosa kepada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya tidak hanya di akhirat akan tetapi di dunia juga.

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:

a.         patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali yang bertentangan dengan perintah Allah

b.         ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya

c.         lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan

d.        merendahkan diri di hadapannya

e.         berterima kasih

f.          berdoa untuk mereka.

Anak wajib patuh kepada kedua orang tua, selama orang tua tidak mengajak syirik untuk menyekutukan Allah, hal ini ditegaskan pada firman Allah yang artinya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada orang tua ibu bapaknya, ibunya telah mengandung dalam keadaan yang lemah bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu, dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadaKulah engkau kembali, dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku suatu yang tidak ada pengetahuan dengan itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah kepadanya di dunia dengan baik. (QS. Lukman : 23).

Begitu pentingnya kita untuk berbakti kepada orang tua, Allah telah memposisikan ini setelah perintah manusia untuk tidak menyekutukan Allah sehingga berbuat baik kepada orang tua berada di bawah satu tingkat setelah perintah tauhid (monoteisme).

3.      Akhlak kepada Sesama Manusia

Beberapa ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kita kepada sesama manusia sebagaimana berikut :

1)        Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).

2)        Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]: 27).

3)        Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk (Al-Hujurat [49]: 11-12).

4)        Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri, dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara itu adalah suara keledai (QS. Luqman : 31-18)

Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain hendaknya kita harus menjaga kesopanan, tutur kata yang lembut dan tidak menyakiti seperti sebutan Al-Muhsin yaitu orang yang memiliki harga diri, berkata benar, lemah lembut, juga seorang muslim yang mengikuti petunjuk-petunjuk akhlak Al-qur’an.

 

 

4.      Akhlak kepada Lingkungan

Arti dari lingkungan disini meliputi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Ini berarti manusia harus bisa menjaga, mengayomi, memelihara serta membimbing agar setiap makhluk tercapai tujuan atas penciptaanya. Sebagaimana contoh islam tidak membenarkan mengambil buah yang belum masak, memetik bunga yang belum mekar, karena hal ini tidak memberi kesempatan makhluk hidup untuk mencapai tujuan penciptaanya. Dalam hal ini manusia harus dituntut untuk menjaga kelangsungan lingkungan kita dan tidak melakukan kerusakan karena setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Sebagaimana ayat al-Qu’an menjelaskan :

“Telah tampak kerusakan di daratan dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS. Ar-Rum : 41)

alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan keadilan.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive