Setiap doktrin dan filsafat
kehidupan tentu didasarkan pada kepercayaan, evaluasi tentang kehidupan, dan
interpretasi serta analisis tentang alam semesta. Cara berpikir sebuah mazhab
tentang kehidupan dan alam semesta dianggap sebagai dasar dari segenap
pemikiran mazhab itu. Dasar ini disebut konsepsi mazhab itu tentang alam
semesta.
Semua agama, sistem sosial, mazhab
pemikiran dan filsafat sosial didasarkan pada konsepsi tertentu tentang alam
semesta. Semua sasaran yang dibeberkan sebuah mazhab, cara dan metode untuk
mencapai sasaran itu, merupakan akibat wajar dari konsepsi mazhab tersebut
tentang alam semesta.
Menurut para filosof, ada dua macam
kearifan: kearifan praktis dan kearifan teoritis. Yang dimaksud dengan kearifan
teoritis adalah mengetahui apa yang ada seperti adanya. Sedangkan kearifan
praktis adalah mengetahui bagaimana semestinya kita hidup. “semestinya” ini
merupakan hasil logis dari “bagaimana itu”, khususnya “bagaimana itu” yang
menjadi pokok bahasan filsafat metafisis.
Konsepsi dan Persepsi tentang Alam Semesta
Jadi kita tidak boleh
mengacaukan konsepsi tentang alam semesta dengan persepsi indera tentang alam
semesta. Konsepsi tentang alam semesta mengandung arti kosmogoni (asal usul
alam semesta, teori tentang ini---pen) dan ada kaitannya dengan masalah
identifikasi. Tidak seperti persepsi indera, yang lazim dimiliki manusia dan
makhluk hidup lainnya, identifikasi hanya dimiliki oleh manusia. Karena itu, konsepsi
tentang alam semesta juga hanya dimiliki oleh manusia. Konsepsi ini bergantung
pada pemikiran dan pemahamannya.
Dari sudut pandang persepsi indera
tentang alam semesta, banyak binatang yang lebih maju ketimbang manusia, karena
binatang memiliki indera-indera tertentu yang tidak dimiliki manusia---seperti
misalnya burung memiiki indera radar---atau indera binatang, meskipun dimiiki
oleh binatang dan juga manusia, lebih tajam daripada indera yang dimiliki
manusia, seperti misalnya mata elang, indera penciuman anjing dan semut, dan
indera pendengaran tikus. Manusia lebih unggul daripada binatang karena manusia
memiliki konsepsi yang mendalam tentang alam semesta. Binatang hanya melihat
alam, namun manusia dapat menafsirkannya juga.
Apa identifikasi itu? Bagaimana
hubungan antara persepsi dan identifikasi? Unsur-unsur apa saja selain
unsur-unsur persepsional yang menjadi bagian dan identifikasi? Bagaimana
unsur-unsur ini masuk ke dalam identifikasi dan mana? Bagaimana mekanisme
identifikasi? Bagaimana standar untuk menetapkan mana identifikasi yang benar
dan mana identifikasi yang salah? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang perlu
dibahas sendiri dalam tulisan tersendiri. Sekarang kami tidak dapat
membahasnya. Namun demikian, tentu saja mempersepsi sesuatu itu beda dengan
mengidentifikasikannya. Banyak orang melihat pemandangan, namun sedikit saja
yang dapat menafsirkannya, dan tafsiran mereka ini juga sering berbeda-beda.
Beragam Konsepsi tentang Alam Semesta
Pada umumnya ada tiga macam konsepsi
tentang alam semesta atau identifikasi tentang alam semesta, atau dengan kata
lain interpretasi manusia tentang alam semesta. Sumber interpretasi ini adalah
tiga hal: ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama. Maka dapat dikatakan bahwa ada
tiga macam konsepsi tentang alam semesta: konsepsi ilmiah, konsepsi filosofis,
dan konsepsi religius.
Konsepsi Ilmiah tentang Alam Semesta
Sekarang
mari kita lihat bagaimana dan sejauh mana ilmu pengetahuan membantu kita
membentuk pendapat. Ilmu pengetahuan didasarkan pada dua hal: teori dan
eksperimen. Untuk mengetahui dan menafsirkan fenomena, maka yang mula-mula
terbersit di benak ilmuwan adalah teori. Kemudian, dengan berdasarkan teori,
dia melakukan eksperimen di laboratorium. Jika teori itu dibenarkan oleh
eksperimen, maka teori itu diterima sebagai prinsip ilmiah, dan akan terus
absah sampai ada teori baru yang lebih baik dan lebih komprehensif yang
dikuatkan oleh eksperimen. Bila teori baru yang lebih komprehensif muncul, maka
teori lama jadi tidak absah.
Begitulah ilmu pengetahuan menemukan sebab dan akibat melalui eksperimen.
Kemudian ilmu pengetahuan mencoba lagi menemukan sebab dari sebab itu dan
akibat dari akibat itu. Proses ini berlangsung sepanjang mungkin. Ada banyak
keuntungan dan kerugian dari kerja ilmiah, karena ilmu pengetahuan didasarkan
pada eksperimen praktis. Keuntungan terbesar dari temuan ilmu pengetahuan
adalah temuan tersebut khusus sifatnya.
Ilmu pengetahuan dapat memberi
manusia banyak informasi tentang sesuatu. Juga dapat memberikan pengetahuan
tentang selembar daun. Kemudian, karena memperkenalkan manusia dengan hukum
tertentu yang mengatur sesuatu, maka ilmu pengetahuan mampu membuat manusia
dapat mengendalikan dan memanfaatkan sesuatu, dan dengan demikian ilmu
pengetahuan memajukan industri dan teknologi.
Kendatipun ilmu pengetahuan dapat
memberikan beribu-ribu hal tentang sesuatu, namun karena pengetahuan yang
diberikan oleh ilmu pengetahuan sifatnya khusus, maka ruang lingkupnya pun
terbatas. Eksperimen membatasinya. Ilmu pengetahuan dapat melangkah maju selama
dimungkinkan membuat eksperimen. jelaslah, ilmu pengetahuan tidak dapat
melakukan eksperimen atas segenap alam semesta dan segenap aspeknya. Upaya ilmu
pengetahuan untuk mengetahui sebab dan akibat hanyalah pada tingkat tertentu,
dan selanjutnya sampailah ilmu pengetahuan pada tahap “tidak tabu”. Ilmu
pengetahuan adalah laksana lampu sorot, yang hanya menerangi area yang
terbatas. Di luar area itu, ilmu pengetahuan tak dapat meneranginya. Tak dapat
dilakukan eksperimen untuk masalah-masalah seperti apakah alam ini ada awal dan
akhirnya, apakah kedua sisi alam ini tidak ada batasnya? Kalau ilmuwan
menghadapi masalah ini, sadar atau tidak sadar, agar dapat memberikan pendapat
tentang masalah ini, sadar atau tidak sadar, agar dapat memberikan pendapat
tentang masalah ini dia berpaling kepada filsafat. Menurut ilmu pengetahuan,
alam ini merupakan sebuah buku purba, yang halaman pertama dan halaman
terakhirnya sudah hilang. Awal dan akirnya tidak diketahui. Alasannya adalah
bahwa konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam ini merupakan hasil dari
pengetahuan tentang bagian, bukan tentang keseluruhan, ilmu pengetahuan
memberikan informasi tentang posisi beberapa bagian alam semesta, bukan tentang
ciri dan sifat keseluruhan alam semesta. Konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam
semesta versi ilmuwan adalah seperti konsepsi tentang gajah dari orang-orang
yang dalam gelap meraba-raba gajah. Orang yang memegang telinga gajah mengira
bahwa gajah itu seperti kipas, orang yang memegang kaki gajah mengira bahwa
gajah itu seperti pilar, dan orang yang memegang punggung gajah mengira bahwa
gajah itu seperti panggung.
Kekurangan lain yang ada pada
konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam semesta adalah konsepsi tersebut tidak
dapat menjadi dasar bagi ideologi, karena dari segi praktisnya, yaitu segi
memperlihatkan realitas seperti adanya dan segi membuat orang mempercayai
karakter realitas alam semesta, ilmu pengetahuan berubah. Menurut ilmu
pengetahuan, ciri-ciri alam ini berubah-ubah dari hari ke hari, karena ilmu
pengetahuan didasarkan pada perpaduan teori dan eksperimen, bukan didasarkan
pada kebenaran rasional yang jelas. Teori dan eksperimen hanya memiliki nilai
temporer. Karena itu, konsepsi ilmu pengetahuan tentang alam ini berubah-ubah
dan tidak layak untuk dijadikan dasar iman. Iman memerlukan dasar yang lebih
konstan atau cukup permanen.
Konsepsi ilmu pengetahuan tetang
alam semesta—mengingat keterbatasannya yang diakibatkan oleh alat-alat ilmu
pengetahuan (teori dan eksperimen)----tak mampu menjawab sejumlah pertanyaan,
yang jawaban pastinya penting sekali bagi ideologi. Pertanyaannya adalah: dari
mana asal alam semesta ini? Ke mana tujuan alam semesta ini? Dari segi waktu,
apakah alam ini ada awal dan akhirnya? Bagaimana posisinya dari segi tempat?
Apakah eksistensinya, pada umumnya, baik dan bermakna? Apakah alam ini diatur
oleh norma dan hukum yang tak berubah-ubah dan esensial, atau hal seperti itu
tak ada? Apakah alam semesta pada umumnya merupakan unit yang hidup dan sadar,
atau apakah manusia saja yang merupakan kekecualian yang kebetulan? Dapatkah
sesuatu yang ada menjadi tidak ada, atau sesuatu yang tak ada menjadi ada?
Mungkinkah atau mustahilkah mengembalikan sesuatu yang tidak ada? Mungkinkah
penciptaan kembali alam semesta dan sejarah dan segenap perinciannya, bahkan
setelah bermiliar-miliar tahun? Yang lebih besar itu unitas atau multiplisitas?
Apakah alam semesta terbagi menjadi alam material dan alam non material, dan
apakah alam material merupakan bagian kecil dan alam secara keseluruhan? Apakah
alam ini mendapat panduan yang benar dan cerdas, atau apakah alam ini lemah dan
buta? Apakah manusia dan alam ini keadaannya saling memberi dan menerima?
Apakah alam semesta ini memperlihatkan reaksi terhadap perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia? Apakah ada kehidupan yang abadi setelah kehidupan fana
ini? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan serupa.
Ilmu pengetahuan tidak memberikan
jawaban untuk semua pertanyaan ini, karena ilmu pengetahuan tidak dapat
melakukan eksperimen tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. Yang dapat dijawab
oleh ilmu pengetahuan hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang terbatas dan
tertentu. Ilmu pengetahuan tak dapat memberikan gambaran umum tentang alam
semesta. Untuk lebih jelasnya, kami berikan contoh.
Seseorang boleh jadi memiliki
pengetahuan tertentu tentang sebuah kota besar. Dia mungkin tahu secara
terperinci satu bagian dan kota tersebut, dan mungkin dapat menggambarkan
jalan-jalan besar dan kecil di kota tersebut, dan bahkan rumah-rumah di kota
tersebut. Orang lain mungkin juga tahu secara terperinci bagian lain dari kota
itu, dan orang ketiga, keempat dan kelima mungkin tahu bagian-bagian lain dari
kota itu. Kalau dikumpulkan informasi dari mereka semua, mungkin diperoleh
informasi yang memadai mengenai setiap bagian dari kota itu. Namun akankah
informasi ini memadai untuk memiliki gambaran yang utuh mengenai kota itu?
Misal, dapatkah diketahui bentuk kota itu: apakah bundar, persegi empat, atau
bentuknya seperti daun? Jika menyerupai daun, lantas daun pohon apa? Bagaimana saling
hubungan di antara berbagai area dari kota itu? Mobil jenis apa yang
menghubungkannya? Apakah kota itu pada umumnya indah atau jelek? Jadi jelaslah
semua informasi ini tak dapat diperoleh.
Jika menginginkan informasi seperti
itu, dan misalnya ingin tahu bentuk kota itu, atau ingin tahu apakah kota itu
indah atau jelek, maka perlu naik pesawat udara untuk memperoleh pemandangan
seutuhnya dari udara mengenai kota itu. Seperti telah disebutkan, ilmu
pengetahuan tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang diperlukan
untuk membentuk konsepsi mengenai alam semesta. Juga tak dapat memberikan
gambaran yang utuh mengenai alam semesta.
Terlepas dari semua ini, nilai
konsepsi ilmu pengetahuan mengenai alam semesta bersifat praktis dan teknis,
bukan teoretis, sedangkan ideologi dapat didasarkan pada nilai teoretis saja.
Kalau realitas alam seperti yang digambarkan oleh ilmu pengetahuan, itu tentu
akan meruapkan nilai teoretis ilmu pengetahuan. Nilai praktis dan teknis ilmu
pengetahuan terletak pada fakta bahwa terlepas dari apakah ilmu pengetahuan
menggambarkan atau tidak menggambarkan realitas, ilmu pengetahuan memberikan
kemampuan kepada manusia untuk menunaikan tugas yang bermanfaat. Industri dan
teknologi modern memperlihatkan nilai praktis ilmu pengetahuan. Sungguh
menakjubkan, di dunia yang modern ini, sementara nilai teknis dan praktis ilmu
pengetahuan meningkat, nilai teoretisnya justru merosot.
Mereka yang tidak mengetahui persis
peran ilmu pengetahuan mungkin beranggapan bahwa selain kemajuan praktis ilmu
pengetahuan tak dapat sangkal, ilmu pengetahuan juga telah mencerahkan hati
nurani manusia dan telah meyakinkan manusia mengenai realitas seperti yang
digambarkan oleh ilmu pengetahuan. Namun faktanya tidaklah demikian.
Dari pembahasan terdahulu jelaslah
bahwa ideologi membutuhkan konsepsi tentang alam yang (1) dapat menjawab
pertanyaan penting mengenai alam semesta sebagai keseluruhan, bukan hanya
bagian dari alam semesta: (2) dapat menjadi konsepsi yang abadi dan andal,
bukan konsepsi yang sifatnya untuk sementara waktu; dan (3) dapat memiliki
nilai teoretis dan nilai realistis juga, bukan semata-mata nilai praktis dan
nilai teknis saja. Jadi, juga jelas bahwa konsepsi ilmu pengetahuan tentang
alam, sekalipun memiliki hal-hal lain yang dapat dipercaya, tidak memiliki
ketiga syarat ini.
Konsepsi Filosofis Mengenai Alam Semesta
Meskipun konsepsi filosofis mengenai
alam semesta tidak seksama dan sespesifik konsepsi ilmu pengetahuan, namun
konsepsi filosofis didasarkan pada sejumlah prinsip yang jelas dan tak dapat
disangkal lagi oleh akal. Prinsip-prinsip ini logis, sifatnya umum, dan
komprehensif. Karena kuat dan konstan, maka prinsip-prinsip ini memiliki
keuntungan. Konsepsi filosofis mengenai alam semesta bebas dari
ketidakkonstanan dan keterbatasan seperti itu, dua hal yang terdapat dalam
konsepsi ilmu pengetahuan. Konsepsi filosofis mengenai alam semesta mennjawab
semua masalah yang menjadi sandaran ideologi. Prinsip ini mengidentifikasikan
bentuk dan ciri utuh dari alam semesta.
Baik konsepsi ilmu pengetahuan
maupun konsepsi filosofis merupakan mukadimah untuk aksi, namun dengan dua cara
yang berbeda. Konsepsi ilmu pengetahuan merupakan mukadimah untuk aksi karena
konsepsi ini membuat manusia mampu mengendalikan alam dan membawa perubahan
pada alam. Manusia, melalui sarana ilmu pengetahuan, dapat memanfaatkan alam
untuk kepentingannya. Konsepsi filosofis merupakan mukadimah untuk aksi,
artinya adalah bahwa konsepsi ini menentukan jalan hidup yang dipilih manusia.
Prinsip ini mempengaruhi reaksi manusia terhadap pengalamannya berhubungan
dengan alam. Prinsip ini menentukan sikapnya, dan memberinya pandangan tertentu
mengenai alam semesta. Prinsip ini memberikan ideal kepada manusia, atau
mencabut ideal dan manusia. Prinsip ini memberikan makna kepada kehidupannya,
atau menariknya ke arah hal-hal yang sepele dan tak masuk akal. Itulah sebabnya
kami katakan bahwa ilmu pengetahuan tak dapat memberikan konsepsi tentang alam
yang dapat menjadi dasar bagi ideologi, sementara filsafat dapat.
Konsepsi Religius Mengenai Alam Semesta
Kalau setiap paparan pandangan
total tentang alam semesta dianggap sebagai konsepsi filosofis, dengan tidak
mempertimbangkan apakah sumber konsepsi ini perkiraan, pemikiran, atau wahyu
dan alam gaib, maka konsepsi religius dan filosofis bidangnya sama. Namun jika
sumbernya dipertimbangkan, maka konsepsi filosofis dan religius mengenai alam
semesta tak syak lagi merupakan dua hal yang berbeda.
Dalam agama-agama tertentu seperti
Islam, konsepsi religius tentang alam semesta mengambil warna filosofis atau
argumentatif, dan merupakan bagian integral dari agama itu sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan yang diangkat oleh agama didasarkan pada pemikiran dan
hujah. Dengan demikian, konsepsi Islam mengenai alam semesta bersifat rasional
dan filosofis. Selain dua nilai konsepsi filosofis, yaitu abadi dan
komprehensif, konsepsi religius tentang alam semesta, tak seperti konsepsi
ilmah dan filosofis murni, memiliki satu lagi nilai, yaitu menyucikan
prinsip-prinsip konsepsi alam semesta.
Kalau diingat bahwa
ideologi---selain membutuhkan keyakinan bahwa prinsip-prinsip yang dipandang
suci oleh ideologi itu abadi dan tak dapat diganggu gugat---membutuhkan
keyakinan dan ketaatan kepada mazhab pemikiran, maka jelaslah bahwa basisnya
bisa cuma konsepsi alam semesta yang memiliki warna religius itu. Dari
pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa konsepsi tentang alam semesta
dapat menjadi dasar dari ideologi kalau saja konsepsi itu memiliki
keseimbangan, pemikiran luas yang filosofis dan kesucian prinsip-prinsip
religius.
Bagaimana Menilai Ideologi?
Ideologi dapat dianggap sempurna
kalau: (1) dapat dibuktikan dan diungkapkan secara logis, dengan kata lain
dapat dipertahankan secara logika maupun intelektual; (2) memberikan makna
kepada kehidupan dan menghapus gagasan yang tak ada artinya dari pikiran; (3)
membangkitkan semangat; (4) mampu menyucikan tujuan manusia dan tujuan sosial;
dan (5) membuat manusia bertanggung jawab.
Jika ideologi dapat dipertahankan
secara logika, maka mulus jalannya ideologi itu untuk diterima secara
intelektual. Dan karena tak ada kekacauan mengenainya, maka aksi yang
disarankannya pun jadi mudah. Ideologi yang membangkitkan semangat membuat
mazhabnya menarik dan memberikan kehangatan dan kekuatan kepada mazhabnya. Penyucian
tujuan mazhab yang dilakukan oleh ideologi mazhab tersebut, memudahkan penganut
mazhab ini untuk berkorban demi kepentingan prinsip atau tujuan mazhab
tersebut. Kalau mazhab tidak menyebutkan bahwa tujuannya suci, maka mazhab
tersebut tidak dapat mewujudkan rasa cinta kepada prinsipnya dan rasa berkorban
untuk kepentingan prinsipnya, juga tak mungkin ada jaminan bahwa mazhab seperti
itu akan sukses. Pertanggungjawaban manusia yang disebutkan oleh konsepsi alam
semesta membuat orang memiliki dedikasi kepada hati nuraninya dan membuat orang
bertanggung jawab terhadap dirinya maupun masyarakat.
Konsepsi Tauhid tentang Alam Semesta
Semua karakteristik dan kualitas
yang mutlak harus dimiliki oleh sebuah konsepsi yang baik tentang alam semesta,
dimiliki oleh konsepsi tauhid. Konsepsi tauhid merupaka satu-satunya konsepsi
yang memiliki semua karakteristik dan kualitas ini. Konsepsi tauhid merupakan
kesadaran akan fakta bahwa alam semesta ada berkat suatu kehendak arif, dan
bahwa sistem alam semesta ditegakkan di atas rahmat dan kemurahan hati dan
segala yang baik. Tujuannya adalah membawa segala yang ada menuju
kesempurnaannya sendiri. Konsepsi tauhid artinya adalah bahwa alam semesta ini
“sumbunya satu” dan “orbitnya satu”. Artinya adalah bahwa alam semesta ini
“dari Allah” dan “akan kembali kepada Allah”.
Segala wujud di dunia ini harmonis,
dan evolusinya menuju ke pusat yang sama. Segala yang diciptakan tidak ada yang
sia-sia, dan bukan tanpa tujuan. Dunia ini dikelola dengan serangkaian sistem
yang pasti yang dikenal sebagai “hukum (sunnah) Allah”. di antara makhluk yang
ada, manusia memiliki martabat yang khusus, tugas khusus, dan misi khusus.
Manusia bertanggung jawab utuk memajukan dan menyempurnakan dirinya, dan juga
bertanggung jawab untuk memperbarui masyarakatnya. Dunia ini adalah sekolah.
Allah memberikan balasan kepada siapa pun berdasarkan niat dan upaya
konkretnya.
Konsepsi tauhid tentang dunia ini
mendapat dukungan dari logika, ilmu pengetahuan dan argumen yang kuat. Setiap
partikel di alam semesta ini merupakan tanda yang menunjukkan eksistensi Allah
Maha Arif lagi Maha Mengetahui, dan setiap lembar daun pohon merupakan kitab
yang berisi pengetahuan spiritual.
Konsepsi tauhid mengenai alam
semesta memberikan arti, semangat dan tujuan kepada kehidupan. Konsepsi ini
menempatkan manusia di jalan menuju kesempurnaan yang selalu ditujunya tanpa
pernah berhenti pada tahap apapun. Konsepsi tauhid ini memiliki daya tarik
khusus. Konsepsi ini memberikan vitalitas dan kekuatan kepada manusia, menawarkan
tujuan yang suci lagi tinggi, dan melahirkan orang-orang yang peduli. Konsepsi
ini merupakan satu-satunya konsepsi tentang alam semesta yang membuat tangung
jawab manusia terhadap sesamanya menjadi memiliki makna. Juga merupakan
satu-satunya konsepsi yang menyelamatkan manusia dari terjungkal ke jurang
kebodohan.
Konsepsi Islam tentang Alam Semesta
Konsepsi Islam tentang alam semesta
merupakan konsepsi tauhid. Islam membawakan tauhid dalam bentuknya yang paling
murni. Dari sudut pandang Islam, tidak ada yang seperti Allah, dan tidak ada
yang menyamai-Nya:
Tidak ada yang serupa dengan-Nya
(QS. asy-Syûrâ: 11)
Independensi Allah mutlak sifatnya.
Segala sesuatu bergantung pada-Nya, namun Dia tak bergantung pada apa dan siapa
pun:
Kamulah yang membutuhkan Allah. dan
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Fâthir: 15)
Allah melihat dan mengetahui segala
sesuatu. Dia mampu melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya:
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. asy- Syûrâ: 12) Dia mampu melakukan segala sesuatu (QS. Al-Hajj: 26)
Allah ada dimana-mana. Setiap
tempat, entah di atas langit atau di kedalaman bumi, memiliki hubungan yang
sama dengan-Nya. Ke arah mana pun kita menghadap, kita menghadap Allah:
Ke mana pun kamu berpaling, di
situlah wajah Allah. (QS. al-Baqarah: 115)
Allah mengetahui isi hati kita. Dia
mengetahui segala niat dan tujuan kita.
Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. (QS. Qâf:
16)
Allah lebih dekat dengan manusia
daripada urat lehernya:
Kami lebih dekat dengannya daripada
urat nadinya.(QS. Qâf: 16)
Allah memiliki segala sifat yang
baik dan bebas dari segala kekurangan:
Allah memiliki Nama-nama Teragung.
(QS. Al-A’râf: 180)
Allah bukanlah organisme material,
dan tak dapat dilihat dengan mata:
Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu. (QS.
Al-An’am: 103)
Dari sudut pandang tauhid dan
konsepsi Islam tentang alam semesta, alam semesta merupakan ciptaan dan diurus
oleh kehendaknya dan perhatian Allah. Jika Allah sekejap saja tidak memberikan
perhatian, maka seluruh alam semesta pasti binasa seketika itu juga. Alam
semesta ini diciptakan tidak sia-sia atau bukan untuk senda-gurau. Dalam
penciptaan manusia dan dunia tersirat banyak keuntungan. Segala yang diciptakan
tidak sia-sia. Sistem yang ada pada alam semesta adalah sistem yang paling baik
dan paling sempurna. Sistem ini memanifestasikan keadilan dan kebenaran, dan
didasarkan pada serangkaian sebab dan akibat. Setiap akibat merupakan
konsekuensi logis dari sebab, dan setiap sebab melahirkan akibat yang khusus.
Takdir Allah mewujudkan sesuatu melalui sebab khususnya saja, dan serangkaian
sebablah yang merupakan takdir Allah untuk sesuatu.
Kehendak Allah selalu beekerja di
alam semesta dengan bentuk hukum atau prinsip umum. Hukum Allah tidak berubah.
Bila terjadi perubahan, maka selalu sesuai dengan hukum. Baik dan buruk di alam
semesta ini berkaitan dengan perilaku manusia sendiri dan perbuatannya sendiri.
Perbuatan baik dan buruk, selain mendapat balasan di akhirat, mendapat reaksi
juga di alam semesta ini. Evolusi bertahap merupakan hukum Allah. Alam semesta
ini merupakan tempat bagi perkembangan manusia.
Takdir Allah berlaku untuk alam
semesta. Manusia ditakdirkan oleh takdir Allah untuk merdeka dan bertanggung
jawab. Manusia adalah tuan bagi nasibnya sendiri. Manusia memiliki martabat
khususnya. Manusia tepat untuk menjadi khalifah Allah. Dunia ini dan akhirat
hanya merupakan dua tahap yang saling berkaitan seperti menanam benih dan
panen, karena yang dipanen adalah yang ditanam. Dua tahap tersebut dapat pula
disamakan dengan dua periode: periode anak-anak dan periode usia lanjut. Karena
periode usia lanjut merupakan akibat dari periode anak-anak.
No comments:
Post a Comment