Bab IV Krisis Ekonomi
A. Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur
Transmisi Dampaknya
Suatu perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis ekonomi. Dilihat
dari proses terjadinya, krisis ekonmi mempunyai dua sifat yang berbeda.
Pertama, krisis ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada
tanda-tanda sebelumnya, yang umum disebut goncangan ekonomi tak terduga.
Seperti kenaikan harga minyak pada tahun 1974, kenaikan harga minyak tersebut
disebut sebagai krisis minyak. Sedangkan bagi indonesia yang saat itu masih
menjadi salah satu pengekspor minyak di dunia, peristiwa tersebut merupakan
suatu keuntungan besar (oil bloom) bagi pemerintah.
1. Krisis Produksi
Krisis ini termasuk tipe krisis
ekonomi yang bersumber dari dalam negeri. Krisis tersebut bisa dalam bentuk
penurunan produksi domestik secara mendadak dari sebuah komoditas pertanian,
misalnya padi/beras. Penurunan produksi tersebut berakibat langsung pada
penurunan tingkat pendapatan rill dari para petani dan buruh tani padi.
Selanjutnya jika pemerintah disebuah provinsi yang mengalami penurunan produksi
padi tidak melakukan impor padi untuk mengkompensasi kekuranagn beras di pasar
lokal akibat penuruan produksi tersebut, maka akan terjadi kelebihan permintaan
terhadap padi di provinsi tersebut, dan sesuai dengan mekanise pasar maka,
harga beras di provinsi tersebut akan melonjak tinggi yang berakhir dengan laju
inflasi yang tinggi.
2. Krisis Perbankan
Damapk langsung atau fase dari efek krisis perbankan adalah
kesempatan kerja dan pendapatan yang menurun di subsektor keuangan tersebut.
Pada fase kedua krisis perbankan merembet ke perusahaan-perusahaan yang sangat
tergantung pada sektor perbankan dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi.
perusahaan-perusahaan tersebut sedang mengalami kekurangan dana atau bangkrut,
atau perusahaan masih bisa mendapatkan kredit tetapi dengan tingkat suku bunga
pinjaman (R) yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada saat perbankan dalam
keadaan normal.
3. Krisis Nilai Tukar
Suatu perubahan kurs dari sebuah
mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS yang dianggap krisis apabila kurs
dari mata uang tersebut megalami penurunan atau depresiasi yang sangat besar
yang prosesnya mendadak atau berlangsung terus-menerus yang membentuk sebuah
tern yang meningkat (rupiah per satu doalr AS ). Dampak langsung dari perubahan
tersebut adalah pada ekspor dan impor. Paling tidak, menurut teori konvensional
mengenai perdagangan inernasional, depresiasi nilai tukar dari suatu mata uang
terhadap misalnya dolar AS yang membuat daya saing harga dar produk-produk
buatan negara dari mata uang tersebut membaik, yang selanjutnya membuat volume
ekspornya meningkat.
4. Krisis Perdagangan
Dalam ekspor jasa, suatu krisis
bisa terjadi jika jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke dalam negeri
menurun secara drastis, atau jumlah pengiriman uang ke Indonesia dari tenaga
kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri mengalami pengurangan secara
signifikan. Dalam hal impor, suatu kenaikan harga dunia yang signifikan atau
suatu penurunan secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar dari persediaan
dunia untuk suatu komoditas yang di perdagangkam di pasar global dapat menjadi
suatu krisis ekonomi yang serius bagi negara-negara importir jika komoditas itu
sangat krusial, misalnya beras, atau minyak yang juga sering merupakan
komoditas-komoditas kunci bagi masyarakat miskin.
5. Krisis Modal
Suatu pengurangan modal di dalam
negeri dalam jumlah besar atau penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri
akan menjadi sebuah krisis ekonomi bagi banyak negara miskin di dunia, seperti
di Afrika dan Asia Tengah yang ekonomi mereka selama ini sangat tergantung pada
ULN atau hibah internasional. Suatu pelarian modal, baik yang berasal dari
sumber dalam negeri maupun modal asing, terutama investasi asing jangka pendek
( uang panas ), dalam jumlah yang besar dan seacara menadadak bisa menjelma
menjadi sebuah krisis besar bagi ekonomi dari negara-negarayang sangat
memerlukan modal investasi.
Proses mulai dari larinya mdal ke luar negeri hingga menjadi
sebuah krisis ekonomi sangat sederhana, dana investasi di dalam negeri
berkurang, investasi menurun ,kegiatan produksi dan tingkat produktivitas
menurun, pertumbuhan ekonomi merosot, jumlah angkatan kerja yang bisa bekerja
berkurang, tingkat pendapatan rill menurun dan pada akhirnya, tingkat
kemiskinan bertambah. Di sisi lain, suatu pelarian modal dalam jumlah besar
akan menyebabkan depresiasi nilai tukar mata uang dari negara bersangkutan.
B.
Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis
Sebuah krisis ekonomi bisa
memiliki jalur-jalur pertama, kedua dan ketiga sekaligus, tergantung pada tipe
krisis tersebut. Juga dalam sebuah krisis ekonomi yang mempengaruhi lebih dari
satu sektor ekonomi, sebuah jalur transmisi bisa masuk kategori primer untuk
satu sektor sementara untuk sektor-sektor lainnya yang juga terkena dampaknya,
jalur tersebut masuk kategori sekunder. Misalnya, dalam kasus krisis perbankan,
jalur output merupakan jalur primer (*), yaitu output dari sektor tersebut
merosost, tetapi merupakan jalur sekunder (**) bagi perusahaan non-bank yang
tergantung pada perbankan untuk pendanaan kegiatan-kegiatan produksi mereka .
C.
Analisis Empiris
1. Krisis keuangan Asia
1997-1998
Krisis keuangan merupakan salah
satu kepentingan pemerintah AS karena beberapa alasan. Yang pertama, upaya
untuk menyelesaikan masalah yang dipimpin oleh IMF dengan bekerjasama dengan
Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia dan janji kredit siaga dari Exchange
Stabilization Fund dari AS. Yang kedua, pasar keuangan yang saling terkait. Apa
yang terjadi di pasar keuangan Asia juga memengaruhi pasar AS. Yang ketiga,
orang Amerika merupakan investor terbesar di kawasan ini, baik dalam bentuk
bantuan dari perusahaan AS maupun investasi dalam instrument keuangan. Yang
keempat, gejolak mata uang memengaruhi impor dan ekspor AS serta arus modal dan
nilai dolar; defisit perdagangan AS saat itu sedang meningkat pada saat
negara-negara ini kurang impor dan lebih banyak ekspor. Yang kelima, krisis ini
menyebabkan gejolak ekonomi yang mengungkapkan kelemahan banyak lembaga
keuangan di Asia; beberapa di antaranya telah bangkrut. Masalah ekonomi dalam
ekonomi Asia yang bermasalah telah memengaruhi AS, Jepang, dan yang lainnya.
2. Krisis Ekonomi Global 2008
– 2009
Krisis ekonomi global
2008 – 2009 dipicu oleh suatu krisis keuangan yang besar di AS pada tahun 2007
dan melalui keterkaitan keuangan global, krisis tersebut menjalar ke sebagian
besar di dunia, terutama Negara – Negara maju seperti Jepang dan UE yang secara
ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS. Oleh banyak ekonom krisis
ini disebut sebagai krisis ekonomi paling serius setelah depresi ekonomi besar
yang terjadi pada dekade – 30 an. Krisis tersebut mempengaruhi secara
negatif kegiatan – kegiatan bisnis didunia sektor keuangan dan perdagangan yang
selanjutnya menurunkan laju pertumbuhan ekonomi global dan tingkat pendapatan
riil perkapita di dunia.
No comments:
Post a Comment