Berdasarkan artikel diatas mengenai sekolah dan pemaksaan
kedewasaan pada anak, dapat diambil beberapa catatan penting yang mendasar bagi pendidikan anak
dan posisi anak baik sebagai makhluk kecil didalam masyarakat dan sebagai objek
pendidikan atau sasaran pendidikan, dalam artikel tersebut dapat diambil
beberapa cacatan penting antara lain
1.
Bagaimana
posisi anak dalam masyarakat, keluarga dan lingkungan pendidikan. Dalam arti
posisiskan anak dalam keluarga dan masyarakat sebagai anak yang sesuai dengan
usianya, tidak memaksakan suatu keinginan dan harapan melebihi kemampuan dan
tahapan perkembangannya. Begitupula dalam hal lingkungan pendidikan tuntutan
kurikulum hendaklah disesuaikan dengan usia,tahap perkembangannya serta bakat
minat anak tersebut.
2.
Perlakuan
oranmg tua, guru serta masyarakat yang merasa bangga atas anak yang lebih
dewasa daripada usianya, padahal jiwa seorang anak dalam mencari jati diri dan
menjadi manusia seutuhnya bukanlah dipandang dari sebagaimana dewasanya anak
tersebut melainkan bagaimana anak
tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai tahapannya dan lajur
perkembangannya.
3.
Proses
pendidikan yang diberikan kepada anak baik oleh pendidik ataupun keluarga
sekiranya masih perlu diperbaiki kembali, terdapat berbagai penyimpangan
pemnnyajian pendidijkan yang membuat anak jenuh dan tidak bersemangat untuk
belajar. Seorang guru terkadang hanya menekankan sisi akademik pada anak, anak
diharapkan dapat mengusai berbagai keterampilan dan pengetahuan tanpa
diperhatikan kesiapan pribadi anak tersebut, tuntutan kurikulum yang berstandar
tinggi menjadi target seorang guru untuk berlomba-lomba menjejali anak didiknya
tentang berbagai hal dan terkadang mengabaikan sisi anak yang perlu dengan
bermain dan bergembira. Kelas pun disajikan dengan suasana belajar yang
membosankan bagi anak tanpa ada sentuhan keceriaan bagi anak. Begitupun orang
tua, mereka memberikan tambahan pelajaran diluar jam sekolah bertujuan agar
anak cepat menguasai berbagai pengetahuan sseprti baca dan hitung. Tnpa mereka
sadari pula anak akan semakiun terbebani dengan hal tersebut. Hal ini akan
menimbulkan titik jenuh dalam belajar suatau saat, banyak kejadian anak mogok
sdekolahnya dan tidak mau belajar lagi misalkan pada kelas 4 atau kelas 5 SD.
Padahal ketika anak pada usia TK dan kelas selanjutnya anak menunjukkan
prestasi yang cukup mempuni dan rajin dalam mengikuti les-les. Dalam artikel
ini pun diceritakan tentang keluhan yang dialami anak seperti sakit kepala dan
susah tidur yang persis dialami seorang menejer perusahaan. Maka dapat terlihat
betapa pendidikan yang kita sajikanselaku orang dewasa sangatlah jauh dari
menghormati anak sebagai makluk kecil yang butuh ekklplorasi dan ekspresi diri,
melainkan menjejali mereka dengan segala hal yang seharusnya diberikan nnati
ketika mereka dewasa. Dalam artikel ini pun digambarkan betapa metode yang
diberikan pada anak pun disamaratakan dengan orang dewasa yang tidak seusia
dengan mereka, pendekatan pembelajaran tidak disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak.
4.
Peran
televisi pun ikut berpera dalm pembentukan pemaksaan pendewasaan anak, dinegeri
ini seolah-olah tidak ada sekat yang membedakan mana tontonan yang baik dan
bergizi bagi anak dan mana yang belum saatnya nbak menikmatinya, berbagai
tayangan televisi yang ditayangkan memperlihatkan kegiatan orang dewasa dan apa
yang oarng dewasa boleh lakukan seakan-akan menyeret anak untuk ikut menikmati
dan meneladani serta seolah-olah mereka pun berhak menjadi seperti itu.
Berdasarkan catatan yang saya peroleh dalam artikel tersebut maka
dapat saya simpulkan bahwa pendidikan anak tidaklah semata-mata bertujuan untuk
mendewasakan anak, melainkan menjadikan anak sebangai dirinya sebndiri sebagi
manusia yang seutuhnya sesuai dengan usianya dan siap dalam menghadapi berbagai
tantangan kelak nanti mereka dewasa
Kurikulum yang disajikan pun hendaknya berpihak pada anak, tidak
menuntut anak dengan berbagai keahlian dan pengetahuan yang sepertinya belum
saatnya anak mengusainya, metode yang disajikan pun hendaknya memberikan
pendekatan yang semenarik mungkin bagi anak agar anak tertarik dan tidak
menjadi bosan.
Peran orang tua serta pemerintah pun dalam hal ini kiranya
mempunyai konstribusi besar, dalam
menyaring apa-apa yang mestinya dapat dinikmati anak dalam tayangan televisi.
Sebagai orang tua dirumah wajib kiranya menbemani anak dan membimbing anak
ketika sedang menonton tayangan televisi sehingga dapat terkontrol mana
tayangan yang sekiranya baik auntuk anak atau tidak, dan begitupula pemerintah
dalam kendali penyiaran sudah sepatunya memberikan batasan yang jelas agar tayangan
televisi lebih berpihak bagi tumbuh kembang anak yang lebih baik.
Berbagai analisa dan catatan dalam artikel ini bukan semata-mata
untuk menyalahkan berbagi pihak ataupun cara pembelajaran , akan tetapi lebih
mengharapkan dapat menyadarkan kita selaku orangtua, masyarakat dan pendidik
akan berbagi kekurangan yang kita lakukan yang mengakibatkan seorang anak akan
tunbuh dan berkembang seolah-olah tidak sesuai usianya, dan seoga tulisan ini
dapat menjadi titik tolak bagi perbaikan pendidikan dan pengajaran yang lebih
baik lagi selajutnya.
No comments:
Post a Comment