Wednesday, April 19, 2017

Makalah Perkembangan emosi Pada Anak Usia Dini

I.         Pendahuluan
Di Indonesia berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun. Adapun berdasarkan para pakar pendidikan misalnya menurut Ebbeck (Hibana, 2005) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur 8 tahun. Essa menyatakan hal yang sama bahwa pendidikan anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.
Kelompok anak yang berusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya fikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecer­dasan spritual), sosio-emosional (sikap dan prilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan tingkat perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Demikian pesatnya dan pentingnya perkembangan yang terjadi pada masa-masa awal kehidupan anak sehingga masa awal ini dikatakan sebagai masa emas (golden age). Masa ini hanya terjadi satu kali dalam kehidupan dan tidak dapat ditangguhkan pada periode berikutnya. Inilah yang menyebabkan masa anak sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, anak harus dipersiapkan dengan cara dibina dan dikembangkan agar berkembang optimal. Dalam konteks mempersiapkan generasi penerus berkualitas itulah pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peranan amat penting.
Selanjutnya pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk men­stimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang meng­hasil­kan kemampuan dan keterampilan pada anak. Sesuai dengan keunikan dan per­tumbuhan anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Berdasarkan paparan diatas, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir hingga 8 tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan memberikan rangsangan bagi per­kem­bangan jasmani, rohani (moral dan spritual), motorik dan akal pikir, emosional dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pem­berian nutrisi dan penyediaan kesempatan-kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif.

II.      Latar Belakang
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak usia dini atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Prinsip-prinsip perkembangan anak antara lain: anak berkembang secara holistik yaitu terdapat hubungan yang sangat erat antara aspek perkembangan estetis, afektif, kognitif, bahasa, fisik dan sosial anak, perkembangan anak terjadi dalam urutan yang teratur yaitu dalam arah yang relatif dapat diprediksi, perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan diantara anak yaitu setiap anak berkembang sesuai dengan dirinya sendiri tidak ada anak yang sama persis sekalipun kembar, perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya yaitu perkembangan didasarkan pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.

III.   Perkembangan Emosional Anak Usia Dini yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Perkembangan emosional anak usia prasekolah dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya. Perkembangan emosi pada periode ini lebih terwarnai oleh rasa takut. Kapasitas anak yang semakin meningkat untuk berpikir dan berfantasi membuat mereka membayangkan banyak hal yang menakutkan terjadi. Pada saat yang sama, berbagai kekerasan muncul di media, di masyarakat, bahkan di rumah. Hal itu menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan fisik dan emosional anak. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan orang dewasa, serta dorongan rasa aman pada diri anak, terutama melalui kesempatan bermain dan kegiatan berkesenian.
            Perkembangan emosional kanak-kanak menjadi nyata pada usia ini dalam interaksi permainan anak sebaya. Pada usia ini anak-anak telah menunjukkan kemampuan emosi berikut, yaitu :
a)      dapat mentolerir beberapa perasaan frustasi;
b)      mulai mengembangkan kontrol diri;
c)      mengapresiasi kejutan dan  peristiwa-peristiwa baru;
d)     mulai menunjukkan  rasa humor;
e)      membutuhkan ekspresi kasih sayang yang jelas;
f)       takut kegelapan, takut ditinggalkan, dan takut pada situasi yang asing baginya.

            Anak usia empat tahun masih mengalami kesulitan berbagi dengan orang lain. Meskipun demikian, mereka mulai memahami pergiliran dan permainan sederhana dalam kelompok kecil. Mereka mudah marah ketika keinginannya tidak dipenuhi seketika ia meminta. Meskipun demikian, mereka berusaha mengatasi interaksi negatif meskipun masih belum terampil secara verbal dalam menyelesaikan semua konflik. Mereka terkadang meledakkan kemarahan, namun belajar bahwa tindakan negatif akan mengakibatkan sanksi negatif pula. Anak usia empat tahun mulai memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan perasaan yang kuat seperti kemarahan dan ketakutan, meskipun masih membutuhkan orang dewasa untuk membantunya mengungkapkan atau mengendalikan perasaan.

IV.   Permasalahan
-          Hal yang positif
Rasa ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak. Seperti anak bertanya tentang darimana dia berasal, siapa Tuhan, dan dimana Tuhan berada. Masa bertanya (masa haus nama) ini dimulai pada usia 3 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun.
-          Hal yang negatif
1)      Marah, yaitu merupakan perasaan tidak senang atau benci baik  terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata kasar/makian/sumpah serapah), atau nonverbal (seperti mencubit, memukul, menampar, menendang dan merusak). Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialaminya.
2)      Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang lain. Perasaan cemburu ini diikuti dengan ketegangan, yang biasanya dapat diredakan dengan reaksi-reaksi:
a)    agresif atau permusuhan terhadap saingan;
b)   regresif yaitu perilaku kekanak-kanakan, seperti mengompol, atau mengisap jempol,
c)    sikap tidak peduli
d)   menjauhkan diri dari saingan.



V.      Pembinaan
-          Cara Pembinaan dan Pengembangannya
Si kecil butuh dukungan bagi perkembangan emosinya. Prinsip  berikut ini perlu diketahui orang tua untuk mengembangkan emosi anak, yaitu:
  1. Tetapkan waktu bermain setiap hari dengan anak . Beri kesempatan pada anak untuk menentukan apa yang ingin ia lakukan bersama Anda. Tempatkan anak pada posisi pemimpin dan Anda pada posisi yang dipimpin.
  2. Luangkan waktu untuk memecahkan masalah bersama anak . Ketika anak merasa sedih karena tidak diajak bermain oleh temannya, bantu anak mencari penyebabnya, kemudian cari bersama pemecahannya. Acara semacam ini membantu anak belajar berpikir logis dalam mengatasi masalah emosinya, dan menumbuhkan kemampuannya untuk mengantisipasi, serta berkesempatan mengatasi masalah emosinya sendiri.
  3. Melihat masalah dari sudut pandang anak. Kalau kita sungguh-sungguh mendengarkan dan berempati terhadap anak, kita dapat memahami alasan anak melakukan segala sesuatu. Misalnya, saat si kecil mengamuk, Anda perlu mendengarkan alasan mengapa ia melakukan hal itu. Saat Anda paham betul perasaan si kecil, Anda mungkin sekali tidak akan ikut-ikutan marah
-          Cara Penanggulangannya
  1. Latih anak usia dua tahun untuk berbicara dengan baik. Kalau anak berteriak, “Minum lagi! Mana jusnya yang tadi?” Anda dapat mencontohkan, “Saya masih haus. Minta jusnya lagi, boleh?”
  2. Bila anak tantrum, tetaplah tenang, hindari berteriak ke arah anak, bicara dengan lembut, kemudian peluklah anak.
  3. Bila anak takut pada bunyi-bunyian, misalnya bunyi blender atau bunyi vacuum cleaner, ajak anak mencari sumber suara. Tetap peluk anak. Tunjukkan padanya bahwa sumber suara tidak berbahaya bagi siapa pun. Cara ini mengajar anak mengenali sumber ketakutannya. Hindari menakut-nakuti anak, karena anak tidak akan pernah belajar mengatasi rasa takutnya.
  4. kegembiraan si kecil berkait erat dengan aktivitasnya. Sediakan pasir, tanah, air dan lempung. Anak-anak sangat menyukai bermain kotor dan belajar sesuatu yang luar biasa dengan mencampur, mengaduk dan membentuk.
VI.             Hal yang harus menjadi perhatian para pendidik AUD
Sebagai seorang pendidik Anak Usia Dini (AUD) hendaknya memperhatikan karakteristik anak didiknya dalam upaya mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak.  Menurut pandangan psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang berada di atas usia 8 tahun. Karakteristik anak usia dini yang khas tersebut seperti yang dikemukakan yaitu :
a. Anak itu Bersifat Egosentris
            Pada umumnya anak masih bersifat egosentris. Ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perilakunya seperti masih berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya, atau memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan kognitifnya yang menurut Piaget disebutkan bahwa anak usia dini sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7) ke fase operasional konkret (7-11 tahun). Pada fase praoperasional pola berpikir anak bersifat egosentrik dan simbolik, sementara pada fase operasional konkret anak sudah mulai menerapkan logika untuk memahami persepsi-persepsi.
b. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar
            Menurut persepsi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Rasa keingintahuan sangatlah bervariasi, tergantung dengan apa yang menarik perhatiannya. Sebagai contoh, anak lebih tertarik dengan benda yang menimbulkan akibat dari pada benda yang terjadi dengan sendirinya. Keuntungan   yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dengan menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak biasa.
Kejadian yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan ketidakcocokan kognitif, sehingga dapat memancing keinginan anak untuk tekun untuk memecahkan permasalahan atau ketidakcocokan tersebut. Meskipun terkadang sulit dikenali hubungan diantara ketidaksesuaian tersebut, namun hal ini dapat membantu mengembangkan motivasi anak untuk belajar sains. Untuk membantu mengembangkan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan memahami dunianya sendiri, guru perlu untuk membantu untuk menemukan masalahnya.
c. Anak adalah Mahluk Sosial
Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan pekerjaannya. Mereka secara bersama saling memberikan semangat dengan sesama temannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah. Ia akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya. Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk membantu anak dalam perkembangan penghargaan diri. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menyatukan strategi pembelajaran sosial seperti bekerja sama, simulasi guru dari teman sebaya, dan pembelajaran silang usia.
d. Anak Bersifat Unik
Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Di samping memiliki kesamaan, anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
e. Anak Umumnya Kaya dengan Fantasi
Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan seterusnya. Jika dibimbing dengan beberapa pertanyaan, maka ia dapat menceritakan melebihi apa yang mereka dengar dan lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita atau dongeng merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat melatih mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak.

VII.          Kesimpulan
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak khususnya perkembangan emosi.

VIII.       Penutup
Masa anak merupakan masa terpenting dalam proses pembentukan dan pengembangan kepribadian integratif, artinya pengembangan kepribadian yang meliputi berbagai aspek yang meliputi fisik, psikis, spiritual, dan etika-moral, sehingga mereka menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun sosial masyarakat.

Tak dipungkiri, bahwa perkembangan kepribadian harus didukung oleh kondisi fisik yang prima. Sebab kondisi fisik yang sehat, kuat dan cekatan (terampil) akan mampu mendukung berbagai aktivitas anak. Agar anak dapat bermain lari kejar-kejaran, main sepakbola, loncat-loncatan, mengerjakan tugas Pekerjaan Sekolah (PS) maupun Pekerjaan Rumah (PR) tak lain dan tak bukan, tentu memerlukan kondisi fisik yang sehat dan prima.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive