I.
Pendahuluan
Di Indonesia berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun. Adapun
berdasarkan para pakar pendidikan misalnya menurut Ebbeck (Hibana, 2005)
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai
lahir sampai umur 8 tahun. Essa menyatakan hal yang sama bahwa pendidikan anak
usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.
Kelompok anak yang berusia dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik. Artinya memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya
fikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spritual), sosio-emosional
(sikap dan prilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan tingkat perkembangan yang sedang dilalui oleh
anak tersebut.
Demikian pesatnya dan pentingnya perkembangan yang terjadi
pada masa-masa awal kehidupan anak sehingga masa awal ini dikatakan sebagai
masa emas (golden age). Masa
ini hanya terjadi satu kali dalam kehidupan dan tidak dapat ditangguhkan pada
periode berikutnya. Inilah yang menyebabkan masa anak sangat penting dalam
kehidupan manusia. Karena itu, anak harus dipersiapkan dengan cara dibina dan
dikembangkan agar berkembang optimal. Dalam konteks mempersiapkan generasi
penerus berkualitas itulah pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peranan
amat penting.
Selanjutnya pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang menghasilkan
kemampuan dan keterampilan pada anak. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan
anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak usia dini.
Berdasarkan paparan diatas,
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang
anak sejak lahir hingga 8 tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik
dan nonfisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani
(moral dan spritual), motorik dan akal pikir, emosional dan sosial yang tepat
dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya
yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian
nutrisi dan penyediaan kesempatan-kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan
belajar secara aktif.
II.
Latar
Belakang
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang
masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan
tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan
ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah
tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak usia dini atau anak usia
prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai memiliki
kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam
buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya
(mencelakakan dirinya).
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini
proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan
karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Prinsip-prinsip
perkembangan anak antara lain: anak berkembang secara holistik yaitu terdapat
hubungan yang sangat erat antara aspek perkembangan estetis, afektif, kognitif,
bahasa, fisik dan sosial anak, perkembangan anak terjadi dalam urutan yang
teratur yaitu dalam arah yang relatif dapat diprediksi, perkembangan anak
berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan diantara anak yaitu setiap
anak berkembang sesuai dengan dirinya sendiri tidak ada anak yang sama persis
sekalipun kembar, perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya
yaitu perkembangan didasarkan pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.
III.
Perkembangan
Emosional Anak Usia Dini yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Perkembangan emosional anak usia prasekolah dipengaruhi oleh
kemampuan kognitifnya. Perkembangan emosi pada periode ini lebih terwarnai oleh
rasa takut. Kapasitas anak yang semakin meningkat untuk berpikir dan berfantasi
membuat mereka membayangkan banyak hal yang menakutkan terjadi. Pada saat yang
sama, berbagai kekerasan muncul di media, di masyarakat, bahkan di rumah. Hal
itu menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan fisik dan emosional anak. Oleh
karena itu, dibutuhkan bantuan orang dewasa, serta dorongan rasa aman pada diri
anak, terutama melalui kesempatan bermain dan kegiatan berkesenian.
Perkembangan emosional
kanak-kanak menjadi nyata pada usia ini dalam interaksi permainan anak sebaya.
Pada usia ini anak-anak telah menunjukkan kemampuan emosi berikut, yaitu :
a) dapat mentolerir beberapa perasaan
frustasi;
b) mulai mengembangkan kontrol diri;
c) mengapresiasi kejutan dan peristiwa-peristiwa baru;
d) mulai menunjukkan rasa humor;
e) membutuhkan ekspresi kasih sayang yang
jelas;
f) takut kegelapan, takut ditinggalkan, dan
takut pada situasi yang asing baginya.
Anak
usia empat tahun masih mengalami kesulitan berbagi dengan
orang lain. Meskipun demikian, mereka mulai memahami pergiliran dan permainan
sederhana dalam kelompok kecil. Mereka mudah marah ketika keinginannya tidak
dipenuhi seketika ia meminta. Meskipun demikian, mereka berusaha mengatasi
interaksi negatif meskipun masih belum terampil secara verbal dalam
menyelesaikan semua konflik. Mereka terkadang meledakkan kemarahan, namun
belajar bahwa tindakan negatif akan mengakibatkan sanksi negatif pula. Anak
usia empat tahun mulai memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan
perasaan yang kuat seperti kemarahan dan ketakutan, meskipun masih membutuhkan
orang dewasa untuk membantunya mengungkapkan atau mengendalikan perasaan.
IV.
Permasalahan
-
Hal yang positif
Rasa
ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau
objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Perasaan ini ditandai
dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak. Seperti anak bertanya tentang
darimana dia berasal, siapa Tuhan, dan dimana Tuhan berada. Masa bertanya (masa
haus nama) ini dimulai pada usia 3 tahun dan mencapai puncaknya pada usia
sekitar 6 tahun.
-
Hal yang negatif
1)
Marah, yaitu merupakan perasaan tidak
senang atau benci baik terhadap orang
lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal
(kata-kata kasar/makian/sumpah serapah), atau nonverbal (seperti mencubit,
memukul, menampar, menendang dan merusak). Perasaan marah ini merupakan reaksi
terhadap situasi frustasi yang dialaminya.
2)
Cemburu, yaitu perasaan tidak senang
terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang
yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang menimbulkan rasa
cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang lain. Perasaan
cemburu ini diikuti dengan ketegangan, yang biasanya dapat diredakan dengan
reaksi-reaksi:
a) agresif
atau permusuhan terhadap saingan;
b) regresif
yaitu perilaku kekanak-kanakan, seperti mengompol, atau mengisap jempol,
c) sikap tidak peduli
d) menjauhkan diri dari saingan.
V.
Pembinaan
-
Cara Pembinaan dan Pengembangannya
Si kecil
butuh dukungan bagi perkembangan emosinya. Prinsip berikut ini perlu diketahui orang tua untuk
mengembangkan emosi anak, yaitu:
- Tetapkan waktu bermain setiap
hari dengan anak . Beri kesempatan pada anak untuk menentukan apa yang
ingin ia lakukan bersama Anda. Tempatkan anak pada posisi
pemimpin dan Anda pada posisi yang dipimpin.
- Luangkan waktu untuk memecahkan
masalah bersama anak . Ketika anak merasa sedih karena tidak diajak
bermain oleh temannya, bantu anak mencari penyebabnya, kemudian cari
bersama pemecahannya. Acara semacam ini membantu anak belajar berpikir
logis dalam mengatasi masalah emosinya, dan menumbuhkan kemampuannya untuk
mengantisipasi, serta berkesempatan mengatasi masalah emosinya sendiri.
- Melihat masalah dari sudut pandang
anak. Kalau kita sungguh-sungguh mendengarkan dan berempati terhadap anak,
kita dapat memahami alasan anak melakukan segala sesuatu. Misalnya,
saat si kecil mengamuk, Anda perlu mendengarkan alasan mengapa ia
melakukan hal itu. Saat Anda paham betul perasaan si kecil, Anda mungkin
sekali tidak akan ikut-ikutan marah
-
Cara Penanggulangannya
- Latih anak usia dua tahun untuk berbicara dengan baik.
Kalau anak berteriak, “Minum lagi! Mana jusnya yang tadi?” Anda dapat
mencontohkan, “Saya masih haus. Minta jusnya lagi, boleh?”
- Bila anak tantrum, tetaplah tenang, hindari berteriak
ke arah anak, bicara dengan lembut, kemudian peluklah anak.
- Bila anak takut pada bunyi-bunyian, misalnya bunyi
blender atau bunyi vacuum cleaner, ajak anak mencari sumber suara. Tetap
peluk anak. Tunjukkan padanya bahwa sumber suara tidak berbahaya bagi
siapa pun. Cara ini mengajar anak mengenali sumber ketakutannya. Hindari
menakut-nakuti anak, karena anak tidak akan pernah belajar mengatasi rasa
takutnya.
- kegembiraan si kecil berkait erat
dengan aktivitasnya. Sediakan pasir, tanah, air dan lempung. Anak-anak
sangat menyukai bermain kotor dan belajar sesuatu yang luar biasa dengan
mencampur, mengaduk dan membentuk.
VI.
Hal
yang harus menjadi perhatian para pendidik AUD
Sebagai
seorang pendidik Anak Usia Dini (AUD) hendaknya memperhatikan karakteristik
anak didiknya dalam upaya mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak. Menurut pandangan psikologis anak usia dini
memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang berada di
atas usia 8 tahun. Karakteristik anak usia dini yang khas tersebut seperti yang
dikemukakan yaitu :
a. Anak itu Bersifat
Egosentris
Pada umumnya anak masih bersifat egosentris. Ia cenderung
melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal
ini dapat dilihat dari perilakunya seperti masih berebut alat-alat mainan,
menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya, atau
memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait
dengan perkembangan kognitifnya yang menurut Piaget disebutkan bahwa anak usia
dini sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7) ke fase
operasional konkret (7-11 tahun). Pada fase praoperasional pola berpikir anak
bersifat egosentrik dan simbolik, sementara pada fase operasional konkret anak
sudah mulai menerapkan logika untuk memahami persepsi-persepsi.
b. Anak Memiliki Rasa
Ingin Tahu yang Besar
Menurut persepsi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal
yang menarik dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang
tinggi. Rasa keingintahuan sangatlah bervariasi, tergantung dengan apa yang
menarik perhatiannya. Sebagai contoh, anak lebih tertarik dengan benda yang
menimbulkan akibat dari pada benda yang terjadi dengan sendirinya. Keuntungan yang dapat diambil dari rasa
keingintahuannya adalah dengan menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak
biasa.
Kejadian
yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan ketidakcocokan kognitif, sehingga
dapat memancing keinginan anak untuk tekun untuk memecahkan permasalahan atau
ketidakcocokan tersebut. Meskipun terkadang sulit dikenali hubungan diantara
ketidaksesuaian tersebut, namun hal ini dapat membantu mengembangkan motivasi
anak untuk belajar sains. Untuk membantu mengembangkan kemampuan anak dalam mengelompokkan
dan memahami dunianya sendiri, guru perlu untuk membantu untuk menemukan
masalahnya.
c. Anak adalah Mahluk
Sosial
Anak
senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka senang bekerja sama
dalam membuat rencana dan menyelesaikan pekerjaannya. Mereka secara bersama
saling memberikan semangat dengan sesama temannya. Anak membangun konsep diri
melalui interaksi sosial di sekolah. Ia akan membangun kepuasan melalui
penghargaan diri ketika diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya.
Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk membantu anak dalam perkembangan
penghargaan diri. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menyatukan strategi
pembelajaran sosial seperti bekerja sama, simulasi guru dari teman sebaya, dan
pembelajaran silang usia.
d. Anak Bersifat Unik
Anak
merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat,
kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Di
samping memiliki kesamaan, anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam
gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan
umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan
belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
e. Anak Umumnya Kaya
dengan Fantasi
Anak
senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya ia kaya
dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya
atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan
imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagai contoh, ketika
anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana robot
itu berjalan dan bertempur dan seterusnya. Jika dibimbing dengan beberapa
pertanyaan, maka ia dapat menceritakan melebihi apa yang mereka dengar dan
lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita
atau dongeng merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat
melatih mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak.
VII.
Kesimpulan
Anak usia
dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada
pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang
perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang
diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap
tahapan perkembangan anak khususnya perkembangan emosi.
VIII.
Penutup
Masa
anak merupakan masa terpenting dalam proses pembentukan dan pengembangan
kepribadian integratif, artinya pengembangan kepribadian yang meliputi berbagai
aspek yang meliputi fisik, psikis, spiritual, dan etika-moral, sehingga mereka
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun sosial
masyarakat.
Tak
dipungkiri, bahwa perkembangan kepribadian harus didukung oleh kondisi fisik
yang prima. Sebab kondisi fisik yang sehat, kuat dan cekatan (terampil) akan
mampu mendukung berbagai aktivitas anak. Agar anak dapat bermain lari
kejar-kejaran, main sepakbola, loncat-loncatan, mengerjakan tugas Pekerjaan
Sekolah (PS) maupun Pekerjaan Rumah (PR) tak lain dan tak bukan, tentu
memerlukan kondisi fisik yang sehat dan prima.
No comments:
Post a Comment