Terdapat lima cara/ strategi pengembangan emosi pada anak ,
yaitu:
a. Kemampuan untuk mengenali emosi diri
Untuk membantu mengenali emosi anak, dapat dilakukan dengan
cara mengajarkan anak untuk memahami perasaan-perasaan yang dialaminya. Orang
tua ataupun guru dapat mengajak anak untuk mendiskusikan mengenai berbagai
emosi yang dirasakan berdasarkan pengalamannya. Misalnya mengarahkan rasa
amarah anak dengan suatu kegiatan bermain.
b. Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi
secara tepat
Anak dapat dibiasakan untuk berfikir realiatis sehingga anak
dapat menanggapi suatu kejadian dengan perilaku yang tepat. Anak diajak untuk
meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara mengalihkan emosi itu pada
kegiatan lain yang berarti, misalnya menggambar.
c. Kemampuan untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri didorong oleh
kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, orang tua dan guru
diharapkan tidak mengabaikan kemampuan anak untuk belajar banyak dan orang tua
dan guru perlu mananamkan optimisme pada anak.
d. Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami
perasaan orang lain maka upaya pengembangan empati dan kepedulian terhadap
orang lain menjadi sangat penting. Anak sebaiknya mendapatkan pengalaman
langsung dalam kehidupan nyata untuk merasakan perasaan tersebut.
e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain
kelompok, dan melakukan kerjasama.
Peran guru terhadap perkembangan emosi anak sangat penting
setelah orang tua, sehingga peran guru juga sangat menentukan dalam
perkembangan anak. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dalam
rangka mengembangkan emosi, guru dapat melakukan pengembangan emosi melalui
pembiasaan sejak dini.
Kerjasama antara Orang Tua dan Guru dalam Perkembangan Emosi Anak
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik
anak-anaknya di rumah. Orang tua bertanggung jawab untuk mendidik atau mengasuh
anak-anaknya agar menjadi dewasa, berkelakuan baik, memahami nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat dan memiliki wawasan yang luas. Di samping itu orang tua
memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar anak mampu menjalani
kehidupan. Sedangkan sekolah memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan
membimbing anak-anak di sekolah, memberikan pengajaran dan pendidikan kepada
anak sesuai dengan kurikulum. Orang tua dan guru merupakan orang-orang yang
paling penting dalam menunjang perkembangan anak.
Program kerjasama orang tua dengan guru, akan membuka
kekakuan komunikasi dan kebutuhan komunikasi rumah dengan sekolah. Dengan
program itu, akan saling terbuka wawasan dan pemahaman tentang pentingnya
menangani anak secara bersama-sama. Mulusnya komunikasi rumah dan sekolah
merupakan suatu yang sangat membantu, baik bagi pelayanan anak maupun baik
kesuksesan program sekolah.
Menurut Nugraha (2007: 12.21) kerjasama antara guru dan
orang tua dapat berupa:
a. Guru mengadakan dialog dan pertemuan dengan orang tuanya.
b. Guru dapat melibatkan orang tua dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan usaha mendukung perkembangan anak.
c. Guru dapat melakukan kunjungan ke rumah anak didik
d. Orang tua dapat terlibat secara langsung dalam membantu
proses pembelajaran kelas.
Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kerjasama antara
guru dan orang tua sebagai berikut:
a. Faktor pendukung
1) Orang tua peduli terhadap pendidikan anak
Kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak membuat orang
tua selalu merasa ingin tahu mengenai perkembangan anaknya. Hal ini dapat
meningkatkan perkembangan anak karena orang tua dan guru dapat bersama-sama
mencari jalan keluar untuk mendukung perkembangan anak.
2) Sekolah bersifat terbuka dalam menerima masukan dari
orang tua
Sekolah adalah lembaga formal yang diserahi tanggung jawab
untuk mendidik oleh orang tua, tetapi dalam operasionalnya orang tua dapat
dilibatkan dalam proses pembelajaran karena selain di sekolah anak juga
mendapat pendidikan di rumah yang diberikan oleh orang tua.
b. Faktor penghambat
1) Orang tua sibuk bekerja
Orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada guru
di sekolah dan meyerahkan anak pada anggota menghambat komunikasi secara
langsung antara orang tua dan guru sehingga guru tidak dapat memberikan
informasi mengenai perkembangan anak kepada orang tua.
2) Guru kurang dapat mengkomunikasikan perkembangan anak
Guru mengalami kesulitan dalam penyampaian mengenai perkembangan
anak sehingga ini menjadi awal suatu permasalahan antara guru dan orang tua
karena orang tua salah dalam menafsirkan pesan/penyampaian dari guru.
No comments:
Post a Comment