PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah
PBM (proses belajar mengajar) bagi setiap guru penjas merupakan masalah umum
yang sering terjadi, bagi setiap guru dalam interaksinya dengan siswanya
didalam proses belajar mengajar. Namun jenis dan corak masalahnya berbeda-beda
menurut kasus dan kondisinya masing – masing.
Pola
interaksi siswa didalam proses belajar beraneka ragam wujudnya, ada yang merasa
diri sebagai pimpinan, sebagai pengikut, suka kerja sama, dan ada pula yang
suka menyendiri. Masalah proses belajar yang paling umum terjadi ialah adanya
perbedaan warna kulit, suku, bahasa, latar belakang ekonomi, status sosial dan
sebagainya, yang semuanya ini besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses
belajar mengajar di dalam maupun diluar kelas. Seorang guru penjas dalam menjalankan tugasnya
berdimensi ganda yaitu selain sebagai pengajar juga sebagai pendidik.
- Guru penjas sebagai pengajar, yaitu tugas guru yang
berkaitan dengan peningkatan kecerdasan siswa yang diarahkan kepada
mencari ilmu dan teknologi melalui sarana olahraga juga peningkatan
tingkat kebugaran jasmani siswa.
- Guru sebagai pendidik, yaitu yang berkaitan dengan
pembentukan aspek-aspek moral, agama dan kepribadian melalui alur antara
lain mempertinggi budi pekerti, mempertebal semangat patriotisme,
ketaqwaan terhadap Tuhan, nilai-nilai sportivitas, fair play dan
nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga.
Sehubungan
dengan tugas tersebut, maka seorang guru penjas mengemban tugas yang sangat
berat tapi mulia, untuk itu ketekunan dan keuletan sangat diperlukan bagi
seorang yang berprofesi guru.
Belajar
mengajar adalah kegiatan yang saling berkaitan, karena menyangkut proses
interaksi individu . Permasalahan yang timbul tidak hanya timbul dari siawanya
saja tetapi juga dari gurunya itu sendiri
Khususnya bagi
guru pendidikan jasmani atau mata pelajaran penjas, mata pelajaran pendidikan
jasmani sering kali dipandang sebelah mata, hal tersebut ditunjukan dengan
sedikitnya dan sangat minimnya alokasi waktu atau porsi untuk mata pelajaran
pendidikan jasmani disekolah-sekolah. Padahal mata pelajaran pendidikan jasmani
ini sangat penting tidak hanya didalam meningkatkan kebugaran jasmani siswa
saja akan tetapi juga meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor para
siswa,dimana hal tersebut sangat membantu dalam meningkatkan kualitas
pendidikan, dimana ketiga aspek tersebut tidak semuanya terdapat dalam mata
pelajaran lain yang hanya mencakup aspek kognitif dan afektifnya. Selain itu
juga ketelantaran penjas ini di tunjukan dengan adanya sarana lapangan untuk
program penjas yang dijadikan atau di alih fungsikan sebagai ruangan untuk
pembelajaran di kelas.
B. FAKTOR PENYEBAB
Semua
permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan akademis dan perkembangan sosial
siswa yang dapat mempengaruhi perkembangan kreatifitas dan inisiatif siswa.
Masalah proses belajar mengajar membuat guru penjas untuk selalu siap siaga
dalam memberikan perhatiannya terhadap siswa yang mengalami kesulitan terutama
dalam bidang akademis, sehingga sering mengalami keputusasaan.
Intuisi
dan pengalaman frustasi merupakan suatu masalah , tetapi bagi guru sebagai
persiapan untuk menjelaskan dinamika interaksi individu secara ilmiah, dan ini
cukup membantu guru untuk membuat beberapa penjelasan mengenai permasalahan
dalam porses belajar yang berhubungan dengan pribadi siswa .
Dalam
kenyataannya bahwa masih banyak guru khususnya guru penjas di Indonesia yang
kurang bersemangat untuk menekuni profesinya. Hal ini dimungkinkan oleh karena
gaji guru yang rendah, sehingga banyak yang bekerja sambilan, hal tersebut
tentu saja membawa pengaruh bagi kelancaran pengajaran secara reguler dan
akibatnya hasilnyapun tidak memuaskan, hal tersebut juga diperparah dengan
sangat minimnya jumlah belajar atau alokasi waktu untuk mata pelajaran
pendidikan jasmani yang hanya 2 x 40 menit dalam seminggu. selain itu juga di
hapusnya mata kuliah pendidikan jasmani untuk kelas tiga SMU pada semester
tiga. Kasus tersebut sangat kontras atau berbeda sekali dengan program
pendidikan jasmani di negera-negara lain, mereka mempunuyai banyak porsi waktu
untuk pendidikan jasmani ini. Disamping itu juga dipandangnya sebalah mata
pendidikan jasmani ini ditunjukkan dengan dirubahnya sarana atau lapangan untuk
olahreaga yang dialih fungsikan menjadi kelas-kelas, alannya untuk menambah
siswa dan kepentingan pendidikan.
Padahal
pendidikan jasmani ini sangat berperan penting tidak hanya didalam meningkatkan
kebugaran jasmani siswa saja, akan tetapi juga dalam meningkatkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor para siswa, dimana ketiga aspek tersebut tidak
semuanya terdapat dalam mata pelajaran lain yang hanya mencakup aspek kognitif
dan psikomotornya. Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, mata pelajaran
penjas dapat mencakup ke tiga aspek tersebut.
Beberapa
contoh masalah individual siswa adalah kurangnya semangat belajar, inisiatif
dan tanggung jawab dalam penyelesaian tugas-tugas, kemampuan akademis yang
memprihatinkan serta merosotnya nilai-nilai sosial siswa didalam pembelajaran
pendidikan jasmani, hal ini dapat diatasi melalui bimbingan individual terhadap
siswa yang bersangkutan.
Didalam
proses belajar mengajar guru dapat menunjukan sikap yang beraneka ragam dan
setiap sikap akan mempengaruhi relasi antar siswa. Larangan yang bersumber dari
guru, dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan intelektual siswa. Siswa
yang menampakan sikap masa bodoh didalam pembelajaran pendidikan jasmani , maka seorang guru penjas harus
memperhatikan gejala-gejala sikap yang terdapat dalam PBM pendidikan jasmani.
Antara seorang guru dengan siawa harus memelihara hubungan yang lancar , harmonis dan
menyenangkan, sehingga dapat terwujud kepuasan sebagai tujuan bersama yaitu
kelancaran proses belajar mengajar dalam penjas.
Hubungan
guru dengan siswa sifatnya komulatif dan bervariasi, yaitu ada yang positif dan
ada pula yang negatif.
C. SOLUSI ( SOLVING PROBLEM )
Pendidikan
jasmani terbukti efektif dalam meningkatkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor siswa, dimana ketiga aspek tersebut sangat berperan di dalam
meningkatkan kualitas pendidikan serta
kelangsungan pendidikan. Oleh karena itu , citra yang berprofesi sebagai guru
khususnya guru penjas perlu dikembalikan melalui usaha, berikut ini merupakan
beberapa solusi untuk kasus-kasus diatas:
- Kompetensi guru dipandang sebagai sesuati yang
mahal dan sukar memilikinya , artinya tidak semua yang memiliki strata
akademis tinggi dapat saja menjadi seorang guru tanpa memiliki akreditas
kependidikan guru (ijazah), khusus bagi mata pelajaran penjas, bahwa guru
mata pelajaran lain tidak dapat menjadi seorang guru pendidikan jasmani,
yang menjadi guru pendidikan jasmani yaitu hanya mereka yang mendapat
pendidikan olahraga dan tentang didaktik metodik mengajar penjas.
- Kesejahteraan guru pendidikan jasmani perlu
diperhatikan, agar kerja sambilan guru penjas dapat berkurang dan
kesempatan guru untuk menekuni profesinya dapat bertambah.
- Adanya kesadaran pemerintah akan pentingnya
pendidikan jasmani bagi dunia pendidikan, hal tersebut ditunjukkan dengan
ditambahnya alokasi waktu atau porsi untuk mata pelajaran pendidikan
jasmani, sehingga tujuan yang terkandung didalam pendidikan jasmani dapat
tercapai. Selain itu juga dengan diperhatikannya tentang sarana dean
prasarana untuk pendidikan jasmani.
- Perencanaan pengembangan pendidikan harus lebih
dimatangkan, sehingga tujuan dan definisi pendidikan itu sendiri harus
lebih jelas dan terinci.
Diamping
solusi untuk masalah guru itu sendiri berikut ini merupakan solusi untuk
masalah atau kasus-kasus yang juga terdapat didalam proses belajar mengajar,
sehingga dapat mengahambat PBM :
Seorang
guru penjas sebaiknya secara terus menerusmengambil kebijaksanaan terhadap
siswanya, selain itu juga siswa selalu mengalami perubahan, maka hubungan antar
guru penjas dengan siswanya secara terus menerus akan berubah pula. Sebagai
tindak lanjut langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah, berikut ini
dikemukakan pase – pase proses pemecahan masalah:
1.Pase identifikasi masalah.
Seorang
guru penjas harus menhetahui secara mendalam tujuan hakekat masalah dengan
jelas, nilai dan potensi intelektual siswa dan guru harus cepat mengerti dan
dinamis terhadap masalah itu. Guru menyusun persiapan analisis sebagai konsep
dasar atas permasalahan yang akan dipecahkan.
2.Pase diagnosa masalah
Seorang
guru berusaha untuk memperhatikan aktivitas – aktivitas siswa di dalam
PBM,setelah itu kemudian menyaring sumber-sumber penyebab disharmoni dengan
alat yang sudah ada atau instrumen yang dibuat sendiri.
3.Pase Penyusun Rencana
Guru
menyusun rencana untuk memperbaiki situasi berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang sudah ada, kalau diagnosanya sudah dianggap tepat dan masalahnya relatif
sederhana, maka penyusunan rencana dapat dibuat sendiri namun sebaiknya
dikonsultasikan dulu dengan teman sekerja.
4.Pase Adaptasi dan Aksi
setelah
guru membuat deskripsi rencana , terutama kalau sudah diperoleh melalui
penelitian, maka ia kemudian harus menyesuaikan dengan keterangan –keterangan
sesuai ndengan situasinya. Pase ini penting didalam proses pemecahan masalah.
5.Pase Balikan dan Evaluasi
Ada
dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu, guru mencoba menerima feedback dari
siswanya secara kontinue, untuk
mengetahui keefektifan metode mengajar yang baru berlangsung, kemudian diikuti
dengan evaluasi yang objektif untuk mengetahui keampuhan dan keberhasilan
metode ini dalam pemecahan masalah.
KESIMPULAN
Jadi
masalah pendidikan jasmani tidak dapat dikesampingkan didalam dunia pendidikan,
karena pendidikan jasmani merupakan salah satu komponen yang berperan penting
dalam meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa, sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai serta selain meningkatkan tingkat kebugaran
jasmani siswa juga meningkatkan kualitas pendidikan,
Permasalahan
dan hubungan guru dengan siswa sifatnya komulatif dan bervariasi, yaitu ada
yang bersifat negatif dan ada pula yang bersifat negatif. Jika siswa merasa
bahwa dinilai poitif oleh gurunya, maka siswa akan pula menerima pula
pendekatan yang dilakukan oleh gurunya, adanya perasaan guru bahwa siswa kurang
menyambut baik dan guru akan terus menanggapinya denagn negatif pula maka dapat
mengakibatklan situasi pembelajaran yang kurang produktif.
Didalam
menghadapi permasalahan yang dapat menghambat proses pembelajar pendidikan
jasmani, seorang guru penjas harus menciptakan situasi sosial yang lebih
dinamis dan edukatif,oleh karena itu diperlukan strategi yang memungkinkan
siswa dapat menunjukan sikap kepengikutan untuk membawa proses belajar mengajar
kedalam situasi yang dikehendaki. Semua hal seperti itu dapat mempengaruhi
jenis – jenis hubungan kerja baik sifatnya informal maupun formal.
No comments:
Post a Comment