Friday, April 21, 2017

PBM PENJAS DISEKOLAH

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
            Masalah PBM (proses belajar mengajar) bagi setiap guru penjas merupakan masalah umum yang sering terjadi, bagi setiap guru dalam interaksinya dengan siswanya didalam proses belajar mengajar. Namun jenis dan corak masalahnya berbeda-beda menurut kasus dan kondisinya masing – masing.
            Pola interaksi siswa didalam proses belajar beraneka ragam wujudnya, ada yang merasa diri sebagai pimpinan, sebagai pengikut, suka kerja sama, dan ada pula yang suka menyendiri. Masalah proses belajar yang paling umum terjadi ialah adanya perbedaan warna kulit, suku, bahasa, latar belakang ekonomi, status sosial dan sebagainya, yang semuanya ini besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses belajar mengajar di dalam maupun diluar kelas. Seorang  guru penjas dalam menjalankan tugasnya berdimensi ganda yaitu selain sebagai pengajar juga sebagai pendidik.
  1. Guru penjas sebagai pengajar, yaitu tugas guru yang berkaitan dengan peningkatan kecerdasan siswa yang diarahkan kepada mencari ilmu dan teknologi melalui sarana olahraga juga peningkatan tingkat kebugaran jasmani siswa.
  2. Guru sebagai pendidik, yaitu yang berkaitan dengan pembentukan aspek-aspek moral, agama dan kepribadian melalui alur antara lain mempertinggi budi pekerti, mempertebal semangat patriotisme, ketaqwaan terhadap Tuhan, nilai-nilai sportivitas, fair play dan nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga.
Sehubungan dengan tugas tersebut, maka seorang guru penjas mengemban tugas yang sangat berat tapi mulia, untuk itu ketekunan dan keuletan sangat diperlukan bagi seorang yang berprofesi guru.
Belajar mengajar adalah kegiatan yang saling berkaitan, karena menyangkut proses interaksi individu . Permasalahan yang timbul tidak hanya timbul dari siawanya saja tetapi juga dari gurunya itu sendiri
Khususnya bagi guru pendidikan jasmani atau mata pelajaran penjas, mata pelajaran pendidikan jasmani sering kali dipandang sebelah mata, hal tersebut ditunjukan dengan sedikitnya dan sangat minimnya alokasi waktu atau porsi untuk mata pelajaran pendidikan jasmani disekolah-sekolah. Padahal mata pelajaran pendidikan jasmani ini sangat penting tidak hanya didalam meningkatkan kebugaran jasmani siswa saja akan tetapi juga meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor para siswa,dimana hal tersebut sangat membantu dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dimana ketiga aspek tersebut tidak semuanya terdapat dalam mata pelajaran lain yang hanya mencakup aspek kognitif dan afektifnya. Selain itu juga ketelantaran penjas ini di tunjukan dengan adanya sarana lapangan untuk program penjas yang dijadikan atau di alih fungsikan sebagai ruangan untuk pembelajaran di kelas.




B. FAKTOR PENYEBAB

Semua permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan akademis dan perkembangan sosial siswa yang dapat mempengaruhi perkembangan kreatifitas dan inisiatif siswa. Masalah proses belajar mengajar membuat guru penjas untuk selalu siap siaga dalam memberikan perhatiannya terhadap siswa yang mengalami kesulitan terutama dalam bidang akademis, sehingga sering mengalami keputusasaan.
            Intuisi dan pengalaman frustasi merupakan suatu masalah , tetapi bagi guru sebagai persiapan untuk menjelaskan dinamika interaksi individu secara ilmiah, dan ini cukup membantu guru untuk membuat beberapa penjelasan mengenai permasalahan dalam porses belajar yang berhubungan dengan pribadi siswa .
            Dalam kenyataannya bahwa masih banyak guru khususnya guru penjas di Indonesia yang kurang bersemangat untuk menekuni profesinya. Hal ini dimungkinkan oleh karena gaji guru yang rendah, sehingga banyak yang bekerja sambilan, hal tersebut tentu saja membawa pengaruh bagi kelancaran pengajaran secara reguler dan akibatnya hasilnyapun tidak memuaskan, hal tersebut juga diperparah dengan sangat minimnya jumlah belajar atau alokasi waktu untuk mata pelajaran pendidikan jasmani yang hanya 2 x 40 menit dalam seminggu. selain itu juga di hapusnya mata kuliah pendidikan jasmani untuk kelas tiga SMU pada semester tiga. Kasus tersebut sangat kontras atau berbeda sekali dengan program pendidikan jasmani di negera-negara lain, mereka mempunuyai banyak porsi waktu untuk pendidikan jasmani ini. Disamping itu juga dipandangnya sebalah mata pendidikan jasmani ini ditunjukkan dengan dirubahnya sarana atau lapangan untuk olahreaga yang dialih fungsikan menjadi kelas-kelas, alannya untuk menambah siswa dan kepentingan pendidikan.
            Padahal pendidikan jasmani ini sangat berperan penting tidak hanya didalam meningkatkan kebugaran jasmani siswa saja, akan tetapi juga dalam meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor para siswa, dimana ketiga aspek tersebut tidak semuanya terdapat dalam mata pelajaran lain yang hanya mencakup aspek kognitif dan psikomotornya. Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, mata pelajaran penjas dapat mencakup ke tiga aspek tersebut.
            Beberapa contoh masalah individual siswa adalah kurangnya semangat belajar, inisiatif dan tanggung jawab dalam penyelesaian tugas-tugas, kemampuan akademis yang memprihatinkan serta merosotnya nilai-nilai sosial siswa didalam pembelajaran pendidikan jasmani, hal ini dapat diatasi melalui bimbingan individual terhadap siswa yang bersangkutan.
            Didalam proses belajar mengajar guru dapat menunjukan sikap yang beraneka ragam dan setiap sikap akan mempengaruhi relasi antar siswa. Larangan yang bersumber dari guru, dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan intelektual siswa. Siswa yang menampakan sikap masa bodoh didalam pembelajaran pendidikan jasmani  , maka seorang guru penjas harus memperhatikan gejala-gejala sikap yang terdapat dalam PBM pendidikan jasmani. Antara seorang guru dengan siawa harus memelihara  hubungan yang lancar , harmonis dan menyenangkan, sehingga dapat terwujud kepuasan sebagai tujuan bersama yaitu kelancaran proses belajar mengajar dalam penjas.
            Hubungan guru dengan siswa sifatnya komulatif dan bervariasi, yaitu ada yang positif dan ada pula yang negatif.


  
C. SOLUSI ( SOLVING PROBLEM )

Pendidikan jasmani terbukti efektif dalam meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa, dimana ketiga aspek tersebut sangat berperan di dalam meningkatkan kualitas pendidikan  serta kelangsungan pendidikan. Oleh karena itu , citra yang berprofesi sebagai guru khususnya guru penjas perlu dikembalikan melalui usaha, berikut ini merupakan beberapa solusi untuk kasus-kasus diatas:
  1. Kompetensi guru dipandang sebagai sesuati yang mahal dan sukar memilikinya , artinya tidak semua yang memiliki strata akademis tinggi dapat saja menjadi seorang guru tanpa memiliki akreditas kependidikan guru (ijazah), khusus bagi mata pelajaran penjas, bahwa guru mata pelajaran lain tidak dapat menjadi seorang guru pendidikan jasmani, yang menjadi guru pendidikan jasmani yaitu hanya mereka yang mendapat pendidikan olahraga dan tentang didaktik metodik mengajar penjas.
  2. Kesejahteraan guru pendidikan jasmani perlu diperhatikan, agar kerja sambilan guru penjas dapat berkurang dan kesempatan guru untuk menekuni profesinya dapat bertambah.
  3. Adanya kesadaran pemerintah akan pentingnya pendidikan jasmani bagi dunia pendidikan, hal tersebut ditunjukkan dengan ditambahnya alokasi waktu atau porsi untuk mata pelajaran pendidikan jasmani, sehingga tujuan yang terkandung didalam pendidikan jasmani dapat tercapai. Selain itu juga dengan diperhatikannya tentang sarana dean prasarana untuk pendidikan jasmani.
  4. Perencanaan pengembangan pendidikan harus lebih dimatangkan, sehingga tujuan dan definisi pendidikan itu sendiri harus lebih jelas dan terinci.
Diamping solusi untuk masalah guru itu sendiri berikut ini merupakan solusi untuk masalah atau kasus-kasus yang juga terdapat didalam proses belajar mengajar, sehingga dapat mengahambat PBM :
            Seorang guru penjas sebaiknya secara terus menerusmengambil kebijaksanaan terhadap siswanya, selain itu juga siswa selalu mengalami perubahan, maka hubungan antar guru penjas dengan siswanya secara terus menerus akan berubah pula. Sebagai tindak lanjut langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah, berikut ini dikemukakan pase – pase proses pemecahan masalah:
1.Pase identifikasi masalah.
            Seorang guru penjas harus menhetahui secara mendalam tujuan hakekat masalah dengan jelas, nilai dan potensi intelektual siswa dan guru harus cepat mengerti dan dinamis terhadap masalah itu. Guru menyusun persiapan analisis sebagai konsep dasar atas permasalahan yang akan dipecahkan.
2.Pase diagnosa masalah
            Seorang guru berusaha untuk memperhatikan aktivitas – aktivitas siswa di dalam PBM,setelah itu kemudian menyaring sumber-sumber penyebab disharmoni dengan alat yang sudah ada atau instrumen yang dibuat sendiri.

3.Pase Penyusun Rencana
            Guru menyusun rencana untuk memperbaiki situasi berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sudah ada, kalau diagnosanya sudah dianggap tepat dan masalahnya relatif sederhana, maka penyusunan rencana dapat dibuat sendiri namun sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan teman sekerja.
4.Pase Adaptasi dan Aksi
            setelah guru membuat deskripsi rencana , terutama kalau sudah diperoleh melalui penelitian, maka ia kemudian harus menyesuaikan dengan keterangan –keterangan sesuai ndengan situasinya. Pase ini penting didalam proses pemecahan masalah.
5.Pase Balikan dan Evaluasi
            Ada dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu, guru mencoba menerima feedback dari siswanya  secara kontinue, untuk mengetahui keefektifan metode mengajar yang baru berlangsung, kemudian diikuti dengan evaluasi yang objektif untuk mengetahui keampuhan dan keberhasilan metode ini dalam pemecahan masalah.






























KESIMPULAN


            Jadi masalah pendidikan jasmani tidak dapat dikesampingkan didalam dunia pendidikan, karena pendidikan jasmani merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai serta selain meningkatkan tingkat kebugaran jasmani siswa juga meningkatkan kualitas pendidikan,
            Permasalahan dan hubungan guru dengan siswa sifatnya komulatif dan bervariasi, yaitu ada yang bersifat negatif dan ada pula yang bersifat negatif. Jika siswa merasa bahwa dinilai poitif oleh gurunya, maka siswa akan pula menerima pula pendekatan yang dilakukan oleh gurunya, adanya perasaan guru bahwa siswa kurang menyambut baik dan guru akan terus menanggapinya denagn negatif pula maka dapat mengakibatklan situasi pembelajaran yang kurang produktif.
            Didalam menghadapi permasalahan yang dapat menghambat proses pembelajar pendidikan jasmani, seorang guru penjas harus menciptakan situasi sosial yang lebih dinamis dan edukatif,oleh karena itu diperlukan strategi yang memungkinkan siswa dapat menunjukan sikap kepengikutan untuk membawa proses belajar mengajar kedalam situasi yang dikehendaki. Semua hal seperti itu dapat mempengaruhi jenis – jenis hubungan kerja baik sifatnya informal maupun formal.





No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive