Friday, April 21, 2017

Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Keseimbangan Mental


            Sebelum menguraikan tentang hubungan pendidikan jasmani dengan keseimbangan mental, terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan kesiembangan mental itu.
            Yang dimaksud dengan keseimbangan mental adalah keseimbangan jiwa atau keseimbangan rohani. Jadi seseorang dapat dikatakan memiliki keseimbangan mental yang baik apabila pada diri orang itu tidak terdapat hal-hal yang berat sebelah. Hal ini tercermin dalam kemampuan seseorang dalam mengendalikan atau menjaga kestabilan emosi ketika berhadapan dengan suatu kejadian dalam kehidupannya. Ketidakstabilan emosi seseorang akan menyebabkan dirinya akan mudah marah, tersinggung dan akan melakukan tindakan yang negatif sebagai respon terhadap keadaan yang melingkari dirinya. Kestabilan emosi yang dimiliki seseorang akan menyebabkan dirinya akan mudah menyikapi kondisi keadaan sekitarnya dengan respon yang positif.
            Keadaan ini hanya dapat dicapai apabila semua kegiatan atau kebutuhan dapat terpenuhi secara memuaskan. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, sehingga pranata sosial yang mendukungnyapun beraneka ragam. Misalnya, manusia mempunyai kebutuhan untuk berkembang biak atau mengembangkan keturunan. Oleh karena itu, manusia itu membentuk pranata keluarga.
Manusia juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhannya, maka lahirlah pranata agama. Kebutuhan manusia lainnnya misalnya di bidang pendidikan, maka melahirkan pranata pendidikan. Kebutuhan manusia untuk mendapatkan & mendistribusikan barang merupakan dasar lahirnya pranata ekonomi. Kebutuhan di bidang politik akan melahirkan pranata politik. Oleh karena itu semakin banyak kebutuhannya, maka semakin banyak pula pranata sosialnya.
            Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, setiap individu memiliki ketergantungan dengan individu lainnya. Seorang individu akan melakukan hubungan dengan individu yang lain sehingga terbentuklah suatu proses sosial budaya sebagai suatu bentuk interaksi sosial antar individu. Bentuk-bentuk yang terjadi beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan setiap individu dalam lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
          Bentuk-bentuk proses-proses sosial budaya tersebut akan terbentuk menjadi sebuah pranata-pranata yang dengan sendiri akan berkembang sejalan dengan proses sosial budaya yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Proses-proses ini tidak akan berhenti dan akan terus berkembang sejalan dengan semakin berkembangnya kebudaaan manusia yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan, teknologi dan perubahan alam tempat individu itu tinggal.            Akan tetapi untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut dibatasi oleh ketersediaan kemampuan seseorang maupun dibatasi oleh keterbatasan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya lainnya.
            Kita semua menyadari bahwa kebutuhan jasmaniah saja sudah sekian banyaknya, belum lagi kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.         Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, sehingga pranata sosial yang mendukungnyapun beraneka ragam. Misalnya, manusia mempunyai kebutuhan untuk berkembang biak atau mengembangkan keturunan.
            Misalnya kita akan selalu tumbuh dan berkembang yang juga diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan yang baru sehingga kita dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut pemecahannya. Masalah tersebut muncul dikarenakan semakin terbatasnya sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu juga dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia yang mengakibatkan jumlah kebutuhan akan meningkat sedangkan sumber daya alam tidak bertambah malah semakin berkurang seiring dengan eksplorasi dan eksploitasi oleh manusia untuk memenuhi seluruh kebutuhannya.
            Bila hal ini tidak dapat dipecahkan akan timbul gangguan terhadap keseimbangan, akan tetapi bila seseorang mempunyai kesadaran untuk menyesuaikan diri dengan keadaan akan mudah untuk menanggulangi gangguan keseimbangan mental tersebut.
            Keberhasilan untuk dapat mempertahankan keseimbangan mental itu sangat bergantung kepada diri sendiri. Sejauh mana kemampuan kita untuk menjaga keseimbangan itu sangat dipengaruhi oleh pola hidup dan lingkungan sekitar. Keteraturan pola hidup dipengaruhi tingkat dan kualitas pendidikan yang diperoleh selama menjalani masa pendidikan baik dari pendidikan dasar, menengah, atas sampai perguruan tinggi. Pola pendidikan yang tepat akan mengembangkan dan menciptakan keseimbangan mental yang diharapkan. Pendidikan tidak hanya di dapat melalui pendidikan formal saja, akan tetapi juga dapat diperoleh melalui pendidikan informal maupun non formal. Dengan melalui seluruh aspek pendidikan tersebut diharapkan akan tercipta kestabilan emosi yang menunjang keseimbangan mental dalam diri.
            Oleh karena itu perlu juga adanya kestabilan emosi yang tinggi yang harus dimiliki oleh setiap orang sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh keadaan yang selalu berubah-ubah itu. Jadi jelasnya bahwa kestabilan emosi itu memegang peranan yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan mental.
            Keseimbangan mental itu dapat diusahakan dengan melalui peningkatan kestabilan emosi. Kestabilan emosi sangat ditentukan oleh keadaan psikis seseorang dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Daya dukung lingkungan yang positif akan membangun dan menjaga kestabilan emosi sedangkan daya dukung lingkungan yang negatif akan berlaku sebaliknya.
            Untuk hal ini dapat dilaksanakan dengan jalan melalui kegiatan-kegiatan yang terarah. Berdasarkan uraian tersebut di atas, sekarang bagaimanakah peranan pendidikan jasmani terhadap kestabilan emosi.
            Pendidikan jasmani dengan melalui program kegiatannya sangat baik untuk dapat dimanfaatkan kegunaannya sebagai sarana dalam memupuk kestabilan emosi dan keseimbangan mental. 
            Hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya kejadian yang sering terjadi di dalam kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani.
            Kejadian-kejadian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Keakraban guru-guru pendidikan jasmani dengan para siswanya sehingga selalu adanya hubungan baik di lapangan, di kolam renang dan sebagainya.
2.      Dalam suasana bebas dan terpimpin di tempat-tempat melaksanakan kegiatan olah raga, segala kekurangan dapat segera diketahui.
3.      Suasana keakraban dalam kegiatan olahraga itu dapat menyebabkan hubungan guru dengan para siswa akan dapat terjadi secara tidak formal sehingga memudahkan bagi guru olahraga untuk mengadakan bimbingan ke arah kepribadiannya secara lebih berdaya guna (efektif).
4.      Di tempat – tempat melakukan kegiatan olahraga tidak akan ada atau kecil selisih antara emosi dengan tindakan kenyataan karena di lapangan atau tempat-tempat melakukan kegiatan olahraga tidak ada tempat bagi para siswa untuk sekedar hanya berfantasi saja disertai dengan tindakan yang nyata.
Semua kegiatan olahraga yang dilakukan dapat merupakan sebagai pelindung bagi bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, yang disebabkan oleh emosinya yang tertekan, misalnya saja kemarahan, ketakutan.
5.      Melalui program kegiatan olahraga pendidikan dapat diberikan bekal terhadap kepercayaan diri bagi setiap anak
Apabila kepercayaan terhadap kemampuan diri pada setiap anak telah tertanam dengan baik dan tumbuh serta berkembang, lama kelamaan sifat ketergantungan kepada orang lainpun akan berkurang.
Apalagi dengan dimilikinya kemampuan jasmaniahnya seperti kekuatan, kecepatan, kelentukan daya tahan koordinasi gerak dan sebagainya dapat menambah keberanian sehingga berani pula untuk menghadapi hidup dengan segala tantangannya.
6.      Pada waktu melakukan pertandingan ataupun perlombaan-perlombaan anak-anak akan lebh banyak dilatih untuk mengendalikan emosi.
Sorakan-sorakan penonton baik yang memberikan semangat maupun yang bersifat mengejek pada lawan, atau tindakan-tindakan wasit yang kadang-kadang berat sebelah serta hal –hal lain yang dapat memancing timbulnya kegelisahan, kemarahan merupakan sesuatu sarana yang baik untuk melatih pengendalian emosi.
Dari sinilah anak-anak dengan secara nyata mengadakan pemantapan terhadap dirinya.
Mereka harus berhasil mengendalikan emosi, mereka harus selalu berusaha agar dapat berpikir dengan jernih dan terarah daripada harus bertindak yang dikemudikan oleh emosi saja.
Jadi dalam hal ini terdapat juga suatu latihan untuk dapat menyesuaikan kemampuan diri dengan situasi belajar selalu mau mengerti dan mau menerima keadaan yang bagaimanapun. Hal ini merupakan kejadian-kejadian yang selalu dan banyak dijumpai dalam pertandingan ataupun perlombaan olahraga yang kesemuanya itu akan banyak mempengaruhi emosi. Jadi pendidikan mengenai pengendalian emosi dalam berolahraga benar-benar akan dapat berjalan dengan lancar dan berdaya guna.


No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive