Sebelum menguraikan tentang hubungan
pendidikan jasmani dengan keseimbangan mental, terlebih dahulu perlu diketahui
apa yang dimaksud dengan kesiembangan mental itu.
Yang dimaksud dengan keseimbangan
mental adalah keseimbangan jiwa atau keseimbangan rohani. Jadi seseorang dapat
dikatakan memiliki keseimbangan mental yang baik apabila pada diri orang itu
tidak terdapat hal-hal yang berat sebelah. Hal ini tercermin dalam kemampuan
seseorang dalam mengendalikan atau menjaga kestabilan emosi ketika berhadapan
dengan suatu kejadian dalam kehidupannya. Ketidakstabilan emosi seseorang akan
menyebabkan dirinya akan mudah marah, tersinggung dan akan melakukan tindakan
yang negatif sebagai respon terhadap keadaan yang melingkari dirinya.
Kestabilan emosi yang dimiliki seseorang akan menyebabkan dirinya akan mudah
menyikapi kondisi keadaan sekitarnya dengan respon yang positif.
Keadaan ini hanya dapat dicapai
apabila semua kegiatan atau kebutuhan dapat terpenuhi secara memuaskan.
Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, sehingga pranata sosial yang
mendukungnyapun beraneka ragam. Misalnya, manusia mempunyai kebutuhan untuk
berkembang biak atau mengembangkan keturunan. Oleh karena itu, manusia itu
membentuk pranata keluarga.
Manusia juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhannya, maka
lahirlah pranata agama. Kebutuhan manusia lainnnya misalnya di bidang
pendidikan, maka melahirkan pranata pendidikan. Kebutuhan manusia untuk
mendapatkan & mendistribusikan barang merupakan dasar lahirnya pranata
ekonomi. Kebutuhan di bidang politik akan melahirkan pranata politik. Oleh karena
itu semakin banyak kebutuhannya, maka semakin banyak pula pranata sosialnya.
Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, setiap individu memiliki ketergantungan dengan individu lainnya.
Seorang individu akan melakukan hubungan dengan individu yang lain sehingga
terbentuklah suatu proses sosial budaya sebagai suatu bentuk interaksi sosial
antar individu. Bentuk-bentuk yang terjadi beraneka ragam sesuai dengan
kebutuhan dan kegiatan setiap individu dalam lingkungan masyarakat tempat ia
tinggal.
Bentuk-bentuk proses-proses sosial budaya
tersebut akan terbentuk menjadi sebuah pranata-pranata yang dengan sendiri akan
berkembang sejalan dengan proses sosial budaya yang dilakukan oleh anggota
masyarakat. Proses-proses ini tidak akan berhenti dan akan terus berkembang sejalan
dengan semakin berkembangnya kebudaaan manusia yang dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan, teknologi dan perubahan alam tempat individu itu tinggal. Akan tetapi untuk memenuhi semua
kebutuhan tersebut dibatasi oleh ketersediaan kemampuan seseorang maupun
dibatasi oleh keterbatasan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya
lainnya.
Kita semua menyadari bahwa
kebutuhan jasmaniah saja sudah sekian banyaknya, belum lagi kebutuhan-kebutuhan
yang lainnya. Kebutuhan
manusia sangat beraneka ragam, sehingga pranata sosial yang mendukungnyapun
beraneka ragam. Misalnya, manusia mempunyai kebutuhan untuk berkembang biak
atau mengembangkan keturunan.
Misalnya kita akan selalu tumbuh dan
berkembang yang juga diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan yang baru sehingga kita
dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut pemecahannya. Masalah tersebut
muncul dikarenakan semakin terbatasnya sumber daya alam yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu juga dengan semakin meningkatnya jumlah
populasi manusia yang mengakibatkan jumlah kebutuhan akan meningkat sedangkan
sumber daya alam tidak bertambah malah semakin berkurang seiring dengan
eksplorasi dan eksploitasi oleh manusia untuk memenuhi seluruh kebutuhannya.
Bila hal ini tidak dapat dipecahkan
akan timbul gangguan terhadap keseimbangan, akan tetapi bila seseorang
mempunyai kesadaran untuk menyesuaikan diri dengan keadaan akan mudah untuk
menanggulangi gangguan keseimbangan mental tersebut.
Keberhasilan untuk dapat
mempertahankan keseimbangan mental itu sangat bergantung kepada diri sendiri.
Sejauh mana kemampuan kita untuk menjaga keseimbangan itu sangat dipengaruhi
oleh pola hidup dan lingkungan sekitar. Keteraturan pola hidup dipengaruhi
tingkat dan kualitas pendidikan yang diperoleh selama menjalani masa pendidikan
baik dari pendidikan dasar, menengah, atas sampai perguruan tinggi. Pola
pendidikan yang tepat akan mengembangkan dan menciptakan keseimbangan mental
yang diharapkan. Pendidikan tidak hanya di dapat melalui pendidikan formal
saja, akan tetapi juga dapat diperoleh melalui pendidikan informal maupun non
formal. Dengan melalui seluruh aspek pendidikan tersebut diharapkan akan
tercipta kestabilan emosi yang menunjang keseimbangan mental dalam diri.
Oleh karena itu perlu juga adanya
kestabilan emosi yang tinggi yang harus dimiliki oleh setiap orang sehingga
tidak mudah tergoyahkan oleh keadaan yang selalu berubah-ubah itu. Jadi
jelasnya bahwa kestabilan emosi itu memegang peranan yang sangat penting dalam
memelihara keseimbangan mental.
Keseimbangan mental itu dapat
diusahakan dengan melalui peningkatan kestabilan emosi. Kestabilan emosi sangat
ditentukan oleh keadaan psikis seseorang dan sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan sekitarnya. Daya dukung lingkungan yang positif akan membangun dan
menjaga kestabilan emosi sedangkan daya dukung lingkungan yang negatif akan
berlaku sebaliknya.
Untuk hal ini dapat dilaksanakan
dengan jalan melalui kegiatan-kegiatan yang terarah. Berdasarkan uraian
tersebut di atas, sekarang bagaimanakah peranan pendidikan jasmani terhadap
kestabilan emosi.
Pendidikan jasmani dengan melalui
program kegiatannya sangat baik untuk dapat dimanfaatkan kegunaannya sebagai
sarana dalam memupuk kestabilan emosi dan keseimbangan mental.
Hal ini dapat disebabkan oleh karena
adanya kejadian yang sering terjadi di dalam kegiatan olahraga atau pendidikan
jasmani.
Kejadian-kejadian tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Keakraban guru-guru pendidikan jasmani dengan para siswanya
sehingga selalu adanya hubungan baik di lapangan, di kolam renang dan
sebagainya.
2.
Dalam suasana bebas dan terpimpin di tempat-tempat
melaksanakan kegiatan olah raga, segala kekurangan dapat segera diketahui.
3.
Suasana keakraban dalam kegiatan olahraga itu dapat
menyebabkan hubungan guru dengan para siswa akan dapat terjadi secara tidak
formal sehingga memudahkan bagi guru olahraga untuk mengadakan bimbingan ke
arah kepribadiannya secara lebih berdaya guna (efektif).
4.
Di tempat – tempat melakukan kegiatan olahraga tidak akan
ada atau kecil selisih antara emosi dengan tindakan kenyataan karena di
lapangan atau tempat-tempat melakukan kegiatan olahraga tidak ada tempat bagi
para siswa untuk sekedar hanya berfantasi saja disertai dengan tindakan yang
nyata.
Semua
kegiatan olahraga yang dilakukan dapat merupakan sebagai pelindung bagi
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, yang disebabkan oleh emosinya yang
tertekan, misalnya saja kemarahan, ketakutan.
5.
Melalui program kegiatan olahraga pendidikan dapat
diberikan bekal terhadap kepercayaan diri bagi setiap anak
Apabila
kepercayaan terhadap kemampuan diri pada setiap anak telah tertanam dengan baik
dan tumbuh serta berkembang, lama kelamaan sifat ketergantungan kepada orang
lainpun akan berkurang.
Apalagi
dengan dimilikinya kemampuan jasmaniahnya seperti kekuatan, kecepatan,
kelentukan daya tahan koordinasi gerak dan sebagainya dapat menambah keberanian
sehingga berani pula untuk menghadapi hidup dengan segala tantangannya.
6.
Pada waktu melakukan pertandingan ataupun
perlombaan-perlombaan anak-anak akan lebh banyak dilatih untuk mengendalikan
emosi.
Sorakan-sorakan
penonton baik yang memberikan semangat maupun yang bersifat mengejek pada
lawan, atau tindakan-tindakan wasit yang kadang-kadang berat sebelah serta hal
–hal lain yang dapat memancing timbulnya kegelisahan, kemarahan merupakan
sesuatu sarana yang baik untuk melatih pengendalian emosi.
Dari
sinilah anak-anak dengan secara nyata mengadakan pemantapan terhadap dirinya.
Mereka
harus berhasil mengendalikan emosi, mereka harus selalu berusaha agar dapat
berpikir dengan jernih dan terarah daripada harus bertindak yang dikemudikan
oleh emosi saja.
Jadi
dalam hal ini terdapat juga suatu latihan untuk dapat menyesuaikan kemampuan
diri dengan situasi belajar selalu mau mengerti dan mau menerima keadaan yang
bagaimanapun. Hal ini merupakan kejadian-kejadian yang selalu dan banyak
dijumpai dalam pertandingan ataupun perlombaan olahraga yang kesemuanya itu
akan banyak mempengaruhi emosi. Jadi pendidikan mengenai pengendalian emosi
dalam berolahraga benar-benar akan dapat berjalan dengan lancar dan berdaya
guna.
No comments:
Post a Comment