Sunday, April 9, 2017

Pendudukan Napoleon dan Pembaharuan di Mesir


            Alexander Macedonia pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India, dan Napoleson ingin mengikuti jejak Alexander ini. Tempat strategis untuk menguasai kerajaan besar seperti yang dicita-citakannya itu adalah Cairo dan bukan Roma atau Paris. Inilah beberapa hal yang mendorong Perancis dan Napoleon untuk menduduki Mesir.
            Mesir pada waktu itu berada di bawah kekuasaan kaum Mamluk, sejak ditaklukan oleh Sultan Salim pada tahun 1517, daerah ini merupakan bagian dari kerajaan Usmani. Kaum Mamluk berasal dari budak-budak yang dibeli di Kaukatus, suatu daerah pegunungan yang terletak di daerah perbatasan antara Rusia dan Turki. Mereka dididik kemiliteran. Setelah jatuhnya prestise Sultan-sultan Usmani, mereka tidak mau tunduk lagi kepada Istambul bahkan menolak pengiriman hasil pajak yang mereka pungut dengan cara kekerasan dari rakyat Mesir ke Istambul.
            Napoleon mendarat di Alexandaria pada tanggal 2 Juni 1798 dan keesokan harinya kota pelabuhan yang penting ini jatuh. Sembilan hari kemudian, Rasyid, suatu kota sebelah Timur Alexandaria jatuh pula. Pada tanggal 21 Juli tentara Napoleon sampai di daerah tersebut antara kaum Mamluk dan Tentara Napoleon, kaum Mamluk kalah dan lari ke Cairo tetapi tidak mendapat dukungan dari rakyat Mesir. Akhirnya, tidak sampai tiga minggu yaitu tanggal 22 Juli Napoleon dapat menguasai Mesir.
            Usaha Napoleon untuk menguasai daerah-daerah lainnya tidak berhasil akhirnya, pada tanggal 18 Agustus 1799 Napoleon meninggalkan Mesir. Napoleon datang ke Mesir membawa dua set alat percetakan dengan huruf latin, Arab dan Yunani, untuk kepentingan ilmiah. Kemudian dibentuklah suatu lembaga yang bernama Institut d’Egypte, yang mempunyai 4 bagian yaitu : bagian ilmu Pasti, Bagian Ilmu Alam, Bagian Ekonomi-Politik dan Bagian Sastra-Seni. Lembaga ini boleh dikunjungi oleh rakyat Mesir, terutama para ulamanya yang diharapkan akan menambah pengetahuan mereka tentang Mesir, adat-istiadatnya, bahasa dan agamanya, disinilah orang-orang Mesir dan umat Islam pertama kali mempunyai kontak langsung dengan peradaban Eropa yang baru lagi asing bagi mereka itu.

            Abd Al Al-Rahmah Al-Jabarti, seorang ulama dari Al-Azhar di mesir penulis sejarah, pernah mengunjungi lembaga tersebut pada tahun 1799. Yang  menarik perhatiannya yaitu perpustakaan besar yang mengandung buku-buku, bukan hanya dalam bahasa-bahasa Eropa, tetapi juga buku-buku agama dalam bahasa Arab, Persia dan Turki. Kesimpulan dalam kunjungan itu ia tulis dengan kata-kata sebagai berikut : “ Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal yang besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita sendiri.”

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive