Wednesday, April 5, 2017

SEJARAH WUKUF



Secara harfiah wukuf berarti: berdiam diri atau berhenti. Wukuf di padang Arafah adalah ritual haji yang dilakukan dengan cara berdiam diri di padang Arafah mulai dari tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan terbenamnya matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Dalam rangkaian rukun ibadah haji, wukuf di padang Arafah merupakan ritual terpenting yang wajib dilakukan oleh setiap jamaah haji sebagai puncak dari ritual ibadah haji. Sebab tidak sah ibadah haji apabila rukun haji ini tidak dilakukan. Dalam kondisi apapun mesti dilakukan, sehingga apabila dalam keadaan sakit pun seorang jamaah haji harus di safari-wukufkan, bahkan apabila ia meninggal dunia sebelum sempat melaksanakan wukuf di padang Arafah ini ia harus dibadal-hajikan.
Berdasarkan dari sejumlah sumber, wukuf di padang Arafah merupakan gambaran dari sebuah kejadian besar yang akan dialami oleh seluruh umat manusia setelah dibangkitkan dari kematian pada hari kiamat nanti, yaitu dikumpulkan oleh Allah s.w.t di padang Mahsyar untuk mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatan yang pernah dilakukannya selama hidup di dunia ini.
Wukuf di padang Arafah seperti sedang mengingatkan para jamaah haji akan hari kebangkitan itu. Ini merupakan kejadian yang maha dahsyat yang akan dihadapi oleh seluruh umat manusia setelah melalui tidur panjang dari kehidupan yang sebelumnya mereka jalani di dunia ini untuk mempertanggung-jawabkan sekecil apapun amal perbuatan yang telah dilakukan selama ini, amal perbuatan yang baik maupun amal perbuatan yang buruk.
Wukuf di padang Arafah ini tepatnya dilakukan diatas bukit yang bernama Jabal Rahmah. Berada di bagian timur dari Padang Arafah di kota Mekkah. Jabal berarti sebuah bukit atau gunung, sementara Rahmah adalah kasih sayang. Sesuai dengan namanya, bukit ini diyakini sebagai tempat pertemuan antara Nabi Adam as dan Siti Hawa setelah mereka diturunkan dari surga oleh Allah SWT dalam kondisi terpisah selama bertahun-tahun akibat kesalahan melanggar larangan Allah swt agar tidak mendekati sebuah pohon ketika mereka berdua berada didalam surga, namun mereka terpedaya oleh tipu daya Iblis la’natulloh ‘alaih yang menggoda mereka dan akhirnya mendekati pohon terlarang tersebut.
Hal ini terdapat didalam Al-Qur’an surah Al A’rof ayat 19 – 22 yang artinya sebagai berikut:
“Dan Allah berfirman: Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga ini serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, maka pastilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim”.
“Lalu syetan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”.
“Dan dia (syetan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua. Maka syetan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya”.
“Tatkala keduanya telah merasai (buah ) dari pohon tersebut itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”. (QS: Al-A’raf Ayat: 19 – 22)
Nabi Adam as konon diturunkan di negeri India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di Irak. Setelah keduanya bertaubat untuk memohon ampun, akhirnya atas ijin Allah swt mereka dipertemukan di bukit ini. Selama perjalanan saling mencari satu sama lain Nabi Adam as terus bertaubat dan berdo’a kepada Allah swt. Do’a ini tertera dan diabadikan dalam Al Quran lanjutan surah Al-A’rof tepatnya pada ayat 23




Jabal Rahmah juga merupakan tempat wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad saw tatkala melakukan wukuf. Wahyu tersebut termuat dalam surah Al-Maidah  ayat 3. Turunnya ayat ini membuat para sahabat bersedih, sebab mereka merasa akan kehilangan Rasulullah dan tak berapa lama kemudian, Rasulullah saw dipanggil menghadap oleh Allah SWT.
Nabi Muhammad saw juga menerima wahyu terakhir ketika melakukan wukuf di tempat ini. Wahyu inipun saat itu langsung disampaikan oleh beliau dalam khutbah perpisahan dihadapan para sahabat dan umat yang sedang melaksanakan wukuf saat itu. Para sahabat dan umat yang hadir saat itu merasa sedih karena dari isinya menyiratkan seolah sudah tiba waktunya mereka akan berpisah dan kehilangan Rasululloh saw untuk selamanya. Dan memang benar terjadi tak berapa lama kemudian Rasululloh benar-benar dipanggil kembali menghadap kehadirat Allah swt.
Wahyu terakhir ini tersurat dalam penggalan khutbah perpisahan beliau tercantum didalam Al-Qur’an surah Al-Maidah sebagai berikut:

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, oleh sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku sempurnakan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive