Wednesday, April 5, 2017

WAKTU MELEMPAR JUMRAH



A. Sejarah Melontar Jumrah Jumrah berarti tempat pelemparan, yang didirikan untuk memperingati Nabi Ibrahim As. Yang digoda setan agar tidak melaksanakan perintah Allah menyembelih putranya Ismail As. Tiga kali beliau digoda dan tiga tempat pula baliau melemparkan batu kepada setan sebagaimana yang diperintahkan dan dibimbing langsung oleh malaikat. Ditempat-tempat beliau melempar inilah yang kemudian dibangun tugu-tugu dengan nama Ula, Wustha, dan Aqabah. Untuk memudahkan jamaah, pemerintah arab Saudi membangun jalan lebar dua lantai, sehingga ketiga jumrah tersebut mudah dicapai. Jumrah Ula (jumrah pertama) yang biasa disebut juga dengan jumrah Sughra (jumrah kecil) adalah jumrah yang terletak didekat masjid Khaif. Jumrah Wustha (jumrah sedang) yang biasa disebut dengan jumrah Al-Tsaniah (jumrah kedua) adalah jumrah yang berjarak sekitar 150 meter dari jumrah Ula. Jumrah Aqabah (jumrah yang besar) yang biasa juga disebut dengan jumrah Al-Tsalitsah (jumrah ketiga) adalah jumrah yang berada di pintu gerbang mina, yang jaraknya dari jumrah Wustha sekitar 190 meter. B. Syarat-Syarat Melontar Jumrah Melontar beberapa jumrah itu mempunyai syarat-syarat berikut: 1. Niat. Imamiah mengharuskannya. 2. Lemparan itu harus dengan tujuh batu, secara sepakat. 3. Lemparan itu harus dengan batu secara satu-satu, dan tidak boleh dua-dua, atau juga sekaligus, menurut kesepakatan semua ulama. 4. Batu yang dilampar itu harus sampai kejumrah yakni mencapai sasarannya, secara sepakat. 5. Sampainya batu harus dilakukan (dengan cara) dilempar. Maka tidak cukup kalau hanya dengan jatuh, menurut Imamiah dan Syafi’i. tetapi menurut Hambali dan Hanafi boleh. 6. Yang dilamparkan itu harus batu. Maka tidak cukup dengan garam, besi, kuningan, bambu dan tembikar, serta lain-lainnya, menurut semua ulama mazhab selain Abu Hanifah. Ia berpendapat: setiap sesuatu yang sejenis dari tanah dibolehkan, baik tembikar lumpur maupun batu. 7. Batu-batu yang akan dilamparkan itu adalah batu-batu yang belum dipakai untuk melempar. Hal ini dijelaskan oleh Hambali tetapi tidak di syaratkan suci dalam melempar, namun bila suci itu lebih utama. C. Wakktu Melontar Jumrah 1. Melontar jumrah Aqabah Melempar jumrah Aqabah dilaksanakan pada hari raya haji, sepuluh julhijjah sebagai mana sabda Rasulullah: Dari jabir katanya: saya melihat Nabi SAW. Melempar jumrah dari atas kendaraan beliau pada hari raya, lalu beliau barsabda: hendaklah kamu turuti cara ibadah sebagaimana yang saya kerjakan ini, karena sesungguhnya saya tidak mengetahui, apakah saya akan dapat mengerjakan haji lagi sesudah (haji) ini. (HR. Ahmad, Muslim dan Nasai). Mengenai waktu melontar jumrah Aqabah terdapat perbedaan pendapat. a. Melontar jumrah sesudah terbit matahari. Imam Abu Hanifah, Malik, Sufyan dan Imam Ahmad, berpendapat, melontar jumrah Aqabah dilaksanakan sesudah terbit matahari. Malahan Imam Malik menegaskan, bahwa bila ada orang melontar jumrah sebelum fajar, harus mengulang kembali. Mereka berpegang kepada hadits Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: Jangan kamu melontar jumrah sehingga terbit dahulu matahari (HR. lima orang Ahli Hadits). Telah ijma’ ulama, disunatkan melontar jumrah mulai dari terbit matahari sampai zawal (lewat tengah hari). Sekiranya ada orang yang melontar jumrah sebelum terbenam matahari, dianggap telah memadai. Namun imam malik mangatakan disunatkan membayar dam (menyembelih kambing).

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive