Sunday, April 9, 2017

MUHAMMAD ABDUH


            Ia lahir disuatu desa di Mesir Hilir. Di desa mana tidak dapat diketahui dengan pasti, karena ibu bapaknya adalah orang desa biasa yang tidak mementingkan tanggal dan tempat lahir anak-anaknya. Tahun 1849 adalah tahun yang umum dipakai sebagai tanggal lahirnya. Ada yang mengatakan bahwa ia lahir sebelum tahun itu. Perbedaan pendapat tentang tempat dan tanggal lahir M. Abduh timbul karena suasana kacau yang terjadi di akhir Muhammad Ali (1805 – 1849).
            Bapak Muhammad Abduh bernama Abduh Hasan Khairullah berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya menurut riwayat berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar Ibn Al-Khattab. Abduh Hasan Khairullah kawin dengan ibu Muhammad Abduh sewaktu merantau dari desa ke desa itu dan ketika ia menetap di Mahallah Nasr, Muhammad Abduh masih dalam ayunan dan gendongan ibunya. Muhammad Abduh lahir dan menjadi dewasa dalam lingkungan di bawah asuhan ibu bapa yang tak ada hubungannya dengan didikan sekolah, tetapi mempunyai jiwa keagamaan yang teguh.
            Muhammad Abduh mempunyai jiwa keagamaan yang teguh agar kemudian dapat membaca dan menghafal Al-Qur’an. Setelah mahir membaca dan menulis iapun diserahkan kepada satu guru untuk dilatih menghafal Al-Qur’an. Ia dapat menghafalnya dalam masa dua tahun. Kemudian ia dikirim ke Tanta untuk belajar agama di Mesjid Syekh Ahmad di tahun 1862. Setelah dua tahun belajar bahasa Arab, nahu, sarf, fiqh, dan sebagainya, ia merasa tak mengerti apa-apa. Tentang pengalaman ini Muhammad Abduh mengatakan “Satu setengah tahun saya belajar di Mesjid Syekh Ahmad dengan tak mengerti suatu apapun. Ini adalah karena metodenya yang salah, guru-guru mulai mengajak kita dengan menghafal istilah-istilah tentang nahu atau fiqh yang tak kita ketahui artinya. Guru-guru tak merasa penting apa kita mengeerti atau tidak mengerti arti-arti istilah itu. Metode yang dipakai pada waktu itu ialah metode menghafal luar kepala. Pengaruh metode ini masih terdapat dalam zaman kita sekarang terutama di sekolah-sekolah agama.
            Karena yakin bahwa belajar itu tak akan membawa hasil bainya ia pulang ke kampungnya dan berniat akan bekerja sebagai petani. Di tahun 1865, sewaktu ia berumur 16 tahun iapun kawin. Tapi nasibnya rupanya akan menjadi orang besar. Baru saja empat puluh hari kawin, ia dipaksa orang tuanya kembali belajar ke Tanta. Dan disini ia bertemu dengan seorang yang merobah jalan riwayat hidupnya. Orang itu bernama Syekh Darwisy Khadr, paman dari ayah Muhammad Abduh. Syekh Darwisy Khadr telah pergi merantau ke luar Mesir dan belajar agama Islam dan Tasawwuf (Tarikat Syadli) di Libia dan Tripoli. Setelah selesai pelajarannya ia kembali ke kampungnya.
            Setelah beberapa hari membaca buku bersama-sama dengan cara yang diberikan Syekh Darwisy itu, Muhammad Abduhpun berubahlah sikapnya terhadap buku dan ilmu pengetahuan. Ia sekarang mulai mengerti apa yang dibacanya dan ingin mengerti dan mengetahui lebih banyak. Akhirnya ia pergi ke Tanta untuk meneruskan pelajaran.
            Setelah selesai belajar di sini, ia meneruskan studinya ke Al-Azhar di tahun 1866. Di sinilah Muhammad Abduh buat pertama kali berjumpa dengan Al-Afghani, ketika ia bersama dengan mahasiswa lain pergi berkunjung ke tempat penginapan Al-Afghani di dekat Al-Azhar.
            Di tahun 1877 studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelaran Alim. Ia mulai mengajar, pertama di Al-Azhar. Diantara buku-buku yang diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibn Mikawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun dan Sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot, yang diterjemahkan Al-Tahtawi ke dalam bahasa Arab di tahun 1857. sewaktu Al-Afghani diusir dari Mesir di tahun 1879, karena dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi Tawfik, Muhammad Abduh yang juga dipandang turut campur dalam soal ini, dibuang keluar kota Cairo. Tetapi di tahun 1880 ia boleh kembali ke Ibukota dan kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah mesir.
            Peristiwa revolusi Urabi Pasya, Muhammad Abduh turut memainkan peranan. Pada permulaannya ia pergi ke Beirut, dan kemudian ke Paris. Di tahun 1884 ia bersama-sama dengan Al-Afghani mengeluarkan : Al-Urwah Al-Wusqa. Umur majalah ini tak lama dan di tahun 1885 Muhammad Abduh kembali ke Beirut via Tunis, dan mengajar di sana. Di tahun 1894, ia diangkat menjadi anggota Majlis A’la dari Al-Azhar. Sebagai anggota majlis ini ia membawa perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan ke dalam tubuh Al-Azhar sebagai Universitas. Di tahun 1899, ia diangkat menjadi Mufti Mesir. Kedudukan tinggi ini dipegangnya sampai ia meninggal dunia di tahun 1905.
            Ide-ide Muhammad Abduh, sebab yang membawa kepada kemunduran, menurut pendapatnya adalah faham jumud yang terdapat di kalangan umat Islam. Dalam kata jumud terkandung arti keadaan membeku, keadaan statis, tak ada perubahan. Karena dipengaruhi faham jumud umat Islam tidak menghendaki perubahan dan tidak mau menerima perubahan. Umat Islam berpegang teguh pada tradisi.
            Paham Ibn Taimiyah bahwa ajaran-ajaran Islam terbagi dalam dua kategori, ibadat dan mu’amalah (hidup kemasyarakatan manusia) diambil dan ditonjolkan Muhammad Abduh. Ia melihat bahwa ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits mengenai ibadat bersifat tegas, jelas dan terperinci. Sebaliknya ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan umat hanya merupakan dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum yang tidak terperinci.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive