Tuesday, April 11, 2017

Pengertian Metode Bermain Peran Pada Anak Usia Dini


Pembelajaran yang sebaiknya diberikan di Taman Kanak-kanak adalah pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, karena pembelajaran yang menarik artinya memiliki unsur menyenangkan bagi anak untuk dapat terus diikuti. Sehingga, anak mempunyai motivasi untuk terus mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran yang sesuai dengan suasana yang terjadi pada diri anak sehingga anak memiliki perhatian yang lebih. Oleh sebab itu guru harus mempunyai seni tersendiri dalam pembelajaran agar dapat menarik perhatian, menyenangkan dan memberikan manfaat bagi anak.
Menurut Rachmawati dkk (2007: 31), bermain peran yaitu permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak yang akan mengembangkam imajinasi dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Nugraha & Rachmawati (2004: 8.9) juga mengartikan bermain peran sebagai permainan yang dilakukan anak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada di sekitar anak, dimana melalui permainan ini daya imajinasi, kreativitas, empati, serta penghayatan anak dapat berkembang.
Selain itu Harley (Nugraha & Rachmawati, 2004: 8-10) mendefinisikan bermain peran sebagai salah satu cara anak untuk menelusuri dunianya, dengan meniru tindakan dan karakter yang berada di sekitarnya. Harley pun menambahkan bahwa ini merupakan ekspresi paling awal dari bentuk drama, namun tidak boleh disamakan dengan drama atau ditafsirkan sebagai penampilan (Nugraha & Rachmawati, 2004: 8.10).
Apabila ditinjau secara istilah, metode bermain peran adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan/memerankan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, yang lebih menekankan pada kenyataan-kenyataan dimana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial, dan metote ini kadang-kadang disebut dengan dramatisasi (Kartini, 2005: 35).
Masitoh dkk (2006:36) mengemukakan bahwa metode bermain peran adalah suatu cara memainkan peran dalam suatu cerita tertentu yang menuntut kerjasama secara utuh diantara para pemainnya. Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura, khayalan, fantasi, make-believe atau simbolik. Bermain peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali ke masa lalu dan mengembangkan keterampilan khayalan.
Menurut Hurlock (1978: 329) bermain peran adalah bentuk bermain aktif di masa anak-anak, melalui perilaku dan bahasa yang jelas berhubungan dengan materi atau situasi seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang yang lainnya. Rosalina (2008: 1) mengungkapkan bahwa permainan ini sangat bagus untuk anak-anak, sebab di usia balita kemampuan berfantasi, kognitif, emosi, dan sosialisasi anak tengah berkembang.
Wahyuningtyas (2006:17) memberikan pengertian bermain peran sebagai berikut :
“Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan (educational games) yang dipakai untuk menjelaskan perasaan, tingkah laku dan nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (menngembangkan diri sendiri dalam keadaan orang lain).”

Sedangkan Muhidin dalam Wardani (1997:84) memberikan definisi bahwa
“Bermain peran adalah simulasi atau tiruan dari perilaku orang yang diperankan. Inilah yang merupakan tekanan utama dengan bermain peran yang mebedakan dengan simulasi. Simulasi lebih menekankan pada pembentukan keterampilan, sedangkan bermain peran lebih menekankan pada pembentukan sikap dan nilai. ”

Moeslichatoen (2004: 34) menjelaskan bermain pura-pura adalah bermain yang menggunakan daya khayal yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu, atau orang tertentu, dan binatang tertentu, yang di dalam dunia nyata tidak dilakukan. Pada referensi yang berbeda, Piaget (Dit. PADU Depdiknas, 2004:1) menjelaskan: awal bermain peran dapat menjadi bukti perilaku anak yang telah berumur satu tahun. Bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dimana cerita itu sebenarnya tidak dapat diterapkan (anak mengaduk pasir dalam sebuah mangkuk dengan sekop dan pura-pura mencicipinya) dan mengulang ingatan yang menyenangkan (anak usia dini melihat sebuah botol bayi dan mencoba memberi makan sebuah boneka).
Adapun menurut Moedjiono dan Dimyati (1992:80) mengemukakan bahwa bermain peran yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi masa lalu atau masa yang akan datang (alhafizh84.wordpress.com). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain peran merupakan salah satu metode yang selain menyenangkan bagi anak dan efektif meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak.
Bermain peran yang bermutu membutuhkan pengetahuan dan dukungan orang dewasa yang mampu member pijakan dalam main anak, memfasilitasi main melalui pertanyaan-pertanyaan yang mendukung dan memperluas pengalaman main anak. Melalui bermain peran anak dapat melebihi tahap perkembangannya saat ini. (Arriyani, 2010:27).

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive