Bermain merupakan alat
yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan berbahasa anak. Melalui
komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan daya
penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi
dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan (Catron dan
Allen dalam Sujiono, 2009:63).
Drama peran tidak hanya
berhubungan dengan formasi konsep yang abstrak melainkan juga kepada objek yang
kita kenali sebagai bagian dari kurikulum sekolah, seperti dalam pengembangan
konsep sosial, matematika, ilmu pengetahuan dan membaca. Children Resources
International (Kenny dalam www.rumahbunda.com), peranan bermain peran dalam
kurikulum prasekolah :
a. Konsep ilmu sosial
Anak-anak mengembangkan
pemahaman mengenai orang-orang, peranannya serta perilaku-perilakunya. Kesemua
ini bersama dengan pengembangan kemampuan interpersonal serta kemampuan sosial,
adalah beberapa diantara kontribusi penting yang dapat dibuat oleh bermain
peran serta pembelajaran seorang anak.
b. Konsep matematika
Bermain peran memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk menjelajahi konsep-konsep matematika awal. Di
pusat kegiatan bermain peran anak-anak mampu mengkategorikan material serta
peralatan-peralatan. Piaget membuat “Klasifikasi” ini dan sangat penting dalam
pemahaman logika. Karena sangat tidak mungkin menambahkan atau mengurangi
benda-benda, anak tersebut harus mengerti apa yang membuat sebuah kategori.
Anak-anak berlatih konsep
korespondensi satu-satu ketika menyiapkan meja untuk pura-pura makan. Dengan
memastikan bahwa ada sebuah kursi, sebuah piring, sebuah sendok, satu garpu dan
pisau untuk setiap orang membawa anak tersebut kepemahaman konsep seperti
“cukup, terlalu sedikit, lebih dari, dan sama dengan”. Anak-anak juga
menggunakan konsep-konsep seperti “lebih besar dan lebih kecil”, “lebih lebar
dan lebih sempit”, “lebih tinggi dan lebih pendek”, “lebih berat dan lebih
ringan” selama bermain peran. Menepuk tangan dan berbaris semuanya memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari pola-pola yang akan membimbing
mereka sejalan dengan pelajaran menghitung, urutan dan pengulangan.
c. Konsep ilmu pengetahuan
Bermain peran juga
memusatkan konsep-konsep yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Anak-anak
bisa bereksperimen di dalam bermain perannya : apa yang terjadi jika…? Atau
menegaskan: apakah hal yang sama akan terjadi bila saya melakukannya lagi ?
Anak-anak belajar melalui pengamatan (sebuah teknik ilmiah yang sangat
diperlukan), dengan membandingkan benda-benda atau kejadian-kejadian atas dasar
pemahaman dan perbedaan mereka mengidentifikasi masalah-masalah dan
menyimpulkan secara umum kondisi interaksinya di kemudian hari dengan ilmu
pengetahuan.
d. Konsep kesiapan membaca
Kosa kata dan konsep perkembangan
sangat penting dalam membaca. Dalam bermain peran anak-anak menggunakan bahasa
untuk memperlancar komunikasi dan bertukar ide hingga meningkatkan kelancaran
membaca dan memperkaya kosa katanya.
Untuk bermain peran anak mengerahkan sekumpulan pengalaman dan
keterampilan yang dimiliki sehingga bisa memunculkan ide untuk bermain
pura-pura. Similanky (dalam Safriyani, 2011:9) menyebutkan bahwa ada 6
keterampilan yang mendukung bermain peran yaitu:
a.
Memainkan
peran
Anak dapat berpura-pura memerankan seseorang atau sesuatu dengan
menirukan ekspresi, mimik muka dan perilakunya. Awalnya hanya menirukan anggota
keluarga atau binatang yang biasa dia lihat, setelah mahir anak akan memilih
sendiri peran yang ingin dia mainkan, dan memunculkan gaya yang bervariasi,
yang berhubungan dengan peran yang dipilih.
b.
Menggunakan
properti
Melengkapi permainan perannya, anak mulai menggunakan bahan atau benda
yang bisa mendukung peran yang dimainkan. Awalnya benda nyata, kemudian
menggunakan benda yang bukan sesungguhnya, lalu menggunakan benda imajiner
seperti orang bermain pantomim.
c.
Pura-pura
Pura-pura adalah inti dari bermain peran. Awalnya anak hanya menirukan
secara sederhana hal-hal yang sering ia lihat, misalnya menelepon dengan
telepon mainan. Pada tingkat yang lebih tinggi anak mulai merangkai sebuah
cerita untuk dimainkan, dan melakukan pembagian peran dengan orang lain. Anak
juga bisa memainkan peran-peran yang merupakan hasil fantasinya.
d.
Durasi
waktu
Awalnya anak hanya memainkan peran beberapa menit, lalu berganti dengan
permainan yang lain. Pada tingkat bermain peran yang lebih tinggi anak mulai
menggunakan waktu yang lebih lama.
e.
Interaksi
Di tahapan awal bermain peran, anak-anak hanya memainkan peran sendiri.
Meskipun ada beberapa anak, tetapi tidak tampak interaksi kecuali jika mereka
ingin menggunakan benda yang sama. Seiring dengan perkembangan usia dan tingkat
main perannya, anak dapat bermain bersama, merancang cerita bersama, lalu
melakukan pembagian peran dan mengatur properti yang digunakan.
f.
Komunikasi
verbal
Komunikasi verbal anak dapat menunjukkan tingkatan bermain perannya.
Apabila mereka sudah berkomunikasi dengan menggunakan sudut pandang peran yang
sedang dimainkan, berarti sudah ada pada tingkat bermain peran yang tinggi.
No comments:
Post a Comment