Menurut Pratanti (2007) sikap atau pun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak
lain karena seringkali bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan,
menyerang (secara verbal ataupun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam,
sarkase (misalnya kritikan dan komentar yang tidak enak didengar), sindiran
ataupun sengaja menyebarkan gosip.
Menurut Lazarus (Fensterheim, l980) dalam Iriani (2009) perilaku
asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena
adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain
meliputi:
a) menyatakan hak-hak pribadi.
b) berbuat sesuatu untuk
mendapatkan hak tersebut
c) melakukan hal tersebut sebagai
usaha untuk mencapai kebebasan emosi.
Seseorang dikatakan bersikap tidak asertif, jika ia gagal
mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan/keyakinannya; atau jika orang
tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan
respon yang tidak dikehendaki atau negatif (Pratanti, 2009). Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah
antara perilaku non asertif dan perilaku agresif. Orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, yaitu:
a)
Memiliki
kepercayan diri yang baik.
b) Dapat mengungkapkan pendapat
dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut.
c)
Berkomunikasi
dengan orang lain secara lancar.
Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri - ciri a). terlalu mudah
mengalah/ lemah, b). mudah tersinggung, cemas, c). kurang yakin pada diri
sendiri, d). sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain. Menurut Sukaji (1983) dalam Fitri (2009) perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang
menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, dan tanpa
perasaan cemas terhadap orang lain. Perilaku asertif merupakan perilaku
sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran,
perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang
tepat. Perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur
dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan
mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain. Orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa orang boleh berpendapat dengan
orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang
lain.Mereka umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat. Menurut Rathus (l986) orang yang asertif adalah orang yang
mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran.
Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif mampu
menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya
kepada orang lain (Iriani, 2009).
Tips untuk berperilaku asertif yang
dapat digunakan adalah (Pratanti, 2007):
a)
Tentukan sikap yang pasti,
apakah anda ingin menyetujui atau tidak. Jika kamu belum yakin dengan pilihan
anda, maka anda bisa minta kesempatan berpikir sampai mendapatkan kepastian
b)
Berikan penjelasan atas
penolakan anda secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan yang panjang lebar
hanya akan mengundang argumentasi pihak lain
c)
Gunakan kata-kata yang tegas,
seperti secara langsung mengatakan “tidak” untuk penolakan, dari pada
“sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang sependapat…saya kurang bisa…..”
d)
Pastikan pula, bahwa sikap
tubuh anda juga mengekspresikan atau mencerminkan “bahasa” yang sama dengan
pikiran dan verbalisasi anda …Seringkali orang tanpa sadar menolak permintaan
orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang, seperti tertawa-tawa dan
tersenyum.
e)
Gunakan kata-kata “Saya tidak
akan….” atau “Saya sudah memutuskan untuk…..” dari pada “Saya sulit….”.
Karena kata-kata “saya sudah memutuskan untuk….” lebih menunjukkan sikap tegas
atas sikap yang anda tunjukkan.
f)
Jika anda berhadapan dengan
seseorang yang terus menerus mendesak anda padahal anda juga sudah berulang
kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang dapat anda lakukan :
mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan menghentikan percakapan.
g)
Anda tidak perlu meminta maaf
atas penolakan yang anda sampaikan (karena anda berpikir hal itu akan menyakiti
atau tidak mengenakkan buat orang lain)…Sebenarnya, akan lebih baik anda
katakan dengan penuh empati seperti : “saya mengerti bahwa berita ini tidak
menyenangkan bagimu…..tapi secara terus terang saya sudah memutuskan untuk …”
h)
Janganlah mudah merasa bersalah
! anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan orang lain…atau atas kebahagiaan
orang lain.
i)
Anda bisa bernegosiasi dengan
pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan tengahnya, tanpa harus
mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan masing-masing.
No comments:
Post a Comment