Saturday, April 1, 2017

Pendidikan Pada Zaman Pergerakan Kebangsaan (Pergerakan Nasional)


            Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya pergerakan nasional yaitu :
  1. Penderitaan dan kondisi yang merugikan bangsa Indonesia akibat kebijakan pemerintah kolonial Belanda menimbulkan rasa senasib sepenanggungan sehingga timbul rasa nasionalisme.
  2. Kebesaran di masa lampau bangsa kita memperkuat rasa harga diri sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka.
  3. Kaum terpelajar di kalangan bangsa kita terdorong untuk berperan menjadi motor pergerakan.
  4. Bahasa Melayu merupakan bahasa kesatuan menyadarkan bahwa kita adalah satu bangsa.
  5. Karena mayoritas bangsa kita beragama Islam, timbul persepsi bahwa Belanda adalah kafir.
Sejak kebangkitan nasional (1908) sifat perjuangan rakyat Indonesia tidak hanya dilakukan dengan menggunakan fisik saja tetapi melalui berbagai partai dan organisasi, khususnya melalui pendidikan. Hampir setiap organisasi pergerakan nasional mencantumkan dan melaksanakan pendidikan dalam anggaran dasar dan/atau program kerjanya.
I. Djumhur dan H. Danasuparta (1976) mengemukakan bahwa setelah tahun 1900 usaha-usaha partikelir di bidang pendidikan berlangsung dengan sangat giatnya. Pada masa itu lahir sekolah-sekolah partikelir yang diselenggarakan para perintis kemerdekaan yang terbagi atas dua corak yaitu :
1.    Sekolah-sekolah yang bercorak politik, diselenggarakan oleh Ki Hajar Dewantara (Taman Siswa), Dr. Douwes Dekker atau Dr. Setiabudhi (Ksatrian Institut), Moch. Sjafei (INS Kayutanam) dsb.
2.    Sekolah-sekolah yang bercorak Islam, diselenggarakan oleh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sumatera Tawalib, dll.
Sebelumnya juga telah diselenggarakan oleh tokoh-tokoh wanita seperti R.A. Kartini (Jepara), R.D. Dewi sartika (Bandung) dan Rohana Kuddus (Sumatera). Kebijakan dan praktek pendidikan yang diselenggarakan rakyat dan kaum pergerakan antara lain :
a.    Budi Utomo
     Dalam Kongres pertamanya (3-4 Desember 1908), Budi Utomo menegaskan tujuan perkumpulan adalah untuk kemajuan yang selaras untuk untuk negeri dan bangsa Indonesia.


b.    Muhammadiyah
     Berdiri pada tanggal 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Didirikan dalam rangka memberikan pendidikan bagi bangsa Indonesia sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri. Dasar pendidikannya berasaskan Islam dan berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadist. Tujuannya untuk membentuk manusia manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya diri dan berguna bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dibawah pimpinan Majelis Pengajaran. Sampai kini Muhammadiyah terus berjuang dan berkembang dalam rangka mencapai cita-citanya.
c.    Perkumpulan Putri Mardika
     Didirikan pada tahun 1912, bertujuan untuk memajukan pengajaran anak-anak perempuan (Odang, Muchtar, 1976)
d.   Trikoro Dharmo
     Didirikan tahun 1915. Berbagai organisasi pemuda dan pelajar yang berdiri hingga terjadi Sumpah Pemuda tahun 1928, bersama – sama gerakan lainnya menyumbangkan jasa yang besar demi pendidikan nasional dan kemerdekaan Indonesia.
e.    Perguruan Taman Siswa
     Awalnya Ki Hajar Dewantara (1889-1959) bersama rekannya berjuang di jalur politik praktis, namun mulai tahun 1921 perjuangannya difokuskan di jalur pendidikan.
     Taman Siswa didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara tujuan asas pendidikannya yang dikenal dengan azas Taman Siswa 1922, yaitu :
1.        Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan wajib mengingat tertibnya kehidupan umum.
2.        Pengajaran berarti mendidik untuk menjadi manusia yang merdeka batinnya, fikiran dan tenaganya.
3.        Pendidikan hendaknya berasaskan kebudayaan kita sendiri.
4.        Pendidikan harus diberikan kepada seluruh rakyat umum.
5.        Agar bebas, merdeka lahir batin, maka kita harus bekerja menurut kekuatan sendiri.
6.        Agar hidup tetap dengan berdiri sendiri, maka segala belanja harus dipikul dengan uang pendapatan sendiri
7.        dengan tidak terikat lahir batin, serta kesucian hati, berminat kita berdekatan dengan sang anak.
Pada tahun 1974 asas Taman Siswa (1922) diubah menjadi “Panca Dharma” Taman Siswa, yaitu : Kebebasan atau kemerdekaan, Kebudayaan, Kodrat Alam, kebangsaan dan kemanusian
f.         Ksatriaan Institut
       Ksatrian Institut didirikan oleh Ernest Francoist Eugene douwes Dekker (Multatuli atau Setyabudhi) yang memimpin lembaga ini sejak 1922-1940. Dasar pendidikannya adalah kebangsaan Indonesia, terutama melalui sejarah kebangsaan. Tujuannya adalah menghasilkan ksatria (ridderschap) bagi Indonesia Merdeka di masa datang. Sekolah kejuruan merupakan organisasi dalam sistem pendidikan Ksatriaan Institut sampai tahun 1937, ada sekolah yang tersebar di Bandung, Ciwidey, dan Cianjur (Odang Muchtar, 1976).
g.        Nahdlatul Ulama (NU)
       Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Salah seorang ulama yang mendirikan NU adalah KH. Hasyim Asy’ari yang pernah menjadi Raisul Akbar perkumpulan ini. Sebelum menjadi Partai politik NU bertujuan memegang teguh salah satu mazhab dari empat mazhab yang ada (Syafi’i, Maliki, Hanafi, Hambali) dan mengerjakan apa-apa yang menjadi kemaslahatan untuk agama Islam. Setelah menjadi partai Politik (Mei 1952) hingga  kini NU masih terus berjuang melakukan inovasi dan menyelenggarakan Pendidikan ( I. Djumhur dan H. Danasuparta, 1976).
h.        INS Kayutanam
       Didirikan oleh Muhammad Syafei (1985-1969) pada tanggal 31 Oktober 1926 di kayu tanam Sumatera Barat. Perjuangan INS diarahkan demi kemerdekaan melalui pendidikan yang menekankan lulusannya agar dapat berdiri sendiri tidak tergantung pada orang lain atau jabatan yang diberikan kaum penjajah.
     Seperti dikemukakan oleh Ag. Soejono (1979) pada awal didirikannya INS mempunyai dasar pendidikan sebagai berikut : Berfikir secara logis atau rasional, Keaktifan atau kegiatan, Pendidikan Kemasyarakatan, Memperhatikan bakat anak, dan Menentang Intelektualisme
     Tujuan pendidikannya seperti dikemukakan Umar Tirtaraharja dan La Sulo (1995) yaitu mendidik rakyat ke arah kemerdekaan, memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat, menanamkan kepercayaan diri dan berani bertanggung jawab dan mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
i.      Pada bulan Juli 1927 dalam pidato pembelaannya Bung Hatta di Den Haag, mengusulkan supaya ada perbaikan dalam berbagai bidang sosial diantaranya adalah bidang pembinaan pendidikan nasional.
j.      Kongres Pasundan pada tahun 1930 juga menempatkan pendidikan dan pengajaran sebagai salah satu sarana perjuangannya.
k.    Pada bulan November 1937 dalam Kongres ke-26 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGI) di Bandung dirumuskan agar diadakan wajib belajar. Tahun berikutnya (1938) saat Kongres di Malang PGI menunutut agar pendidikan dan pengajaran diserahkan ke daerah tetapi didahului dengan perbaikan keuangan daerah.  
Karakter pendidikan kaum pergerakan bersifat nasionalistik, berdiri sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri dan Pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive