Friday, April 14, 2017

Makalah Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Anak usia dini merupakan pribadi yang unik, yang berbeda dengan orang dewasa. Anak usia dini mempunyai karakteristik tersendiri, yang terkadang membuat orang dewasa disekitarnya menjadi terkaget-kaget bila melihat dan mendengarkan  perilaku maupun percakapan mereka dengan teman sebayanya.
Berbicara mengenai perkembangan perilaku sosial pada anak usia dini ( 3 – 4 tahun ), banyak hal yang menarik di dalamnya. Anak usia 3-4 tahun yang dalam hal ini masih berada di rentang usia kelompok Bermain,  mempunyai karakteristik tersendiri dalam perkembanganya. Khususnya dalam perkembangan perilaku sosial, anak perlu dibiasakan dan diajarkan bagaimana cara mereka  berinteraksi dalam lingkungan sosial di lingkungannya.
Pembelajaran perkembangan perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam lingkungan keluarga, sangat penting agar kelak anak – anak menjadi pribadi yang santun, mempunyai rasa empati, simpati, tenggang rasa, saling menghormati, dan mempunyai sifat sosial yang baik. Dengan mempunyai bekal dengan pembiasaan berinteraksi sosial dan berperilaku yang baik, maka insya Allah, kelak anak-anak kita akan menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan interpersonal yang akan mengaharumkan bangsa dan negaranya.
Dewasa ini kita juga pernah dikejutkan dengan hal-hal yang negative yang dilakukan oleh beberapa anak yang masih berada dalam rentang usia 4 tahun. Sebagai contoh: seorang anak dari daerah Jawa  yang suka merokok.Hal itu ia lakukan, karena interaksi sosial dilingkungan rumahnya mendukung ia untuk melakukan hal tersebut. Tidak ada larangan, ia terkesan dibiarkan, sehingga suatu ketika ia dilarang, maka anak itu akan mengamuk dan berbicara agak kasar. Hal itu terjadi karena pola kebiasaan dan lingkungan sosial yang membentuknya. Anak tidak bisa disalahkan, yang salah adalah orang tua dan proses pembentukan dari lingkungan keluarga yang kurang baik.
Contoh yang lainnya lagi adalah  anak-anak  yang masih usia dini yang baru berusia 3 – 4 tahun banyak berada di jalanan untuk mencari nafkah dengan cara mengamen, menjadi peminta-minta, pemungut sampah, pencuri, dan bahkan ada yang menjadi  korban kejahatan seksual. Ada yang memang karena  keadaan terpaksa karena garis kemiskinan, ada pula yang memang sengaja dieksploitasi oleh para orang tua mereka sebagai  ladang mencari uang. Hal itu bila dibiarkan, maka akan menjadikan mereka menjadi anak – anak yang berperilaku tidak sosial. Banyak pengaruh negativisme, karena lingkungan membentuk mereka untuk melakukan hal-hal yang negative; mencuri, memaksa, mencopet,  dsb.
Anak-anak  jalanan juga sering berperilaku agresif dengan memaki-maki orang yang tidak mau memberinya uang saat meminta-minta maupun pada saat mengamen. Hal tersebut, akan menjadikan orang-orang di sekitanya menjadi merasa tidak nyaman, terganggu, dan berbagai ketidaknyamanan sosial lainnya.
B.     Analisis Situasi
Melihat permasalahan yang terjadi dewasa ini mengenai perkembangan perilaku anak usia dini yang sedikit mengkhawatirkan dengan berbagai problemanya, maka hendaknya para orang tua dapat memberikan suri tauladan kepada putra-putrinya. Karena anak melihat orang tua sebagai model mereka untuk berperilaku, hendaknya orang tua dapat menjaga perilaku dengan baik pula. Anak juga perlu diajari bagaimana bersikap dan berinteraksi dengan baik, bagaimana bersikap bila bertemu orang lain, bagaimana bermain dengan teman, mau berbagi dengan orang lain, dsb.
Banyak anak usia dini berada di lingkungan yang kurang begitu baik untuk mereka berinteraksi sosial, ini perlu penanganan serius dari pemerintah. Karena  penanganan yang telah dilakukan selama ini belum  begitu efektif. Walaupun ada program yang diberikan kepada anak-anak jalanan (ANJAL) yang dananya diluncurkan dari pemerintah ( dalam hal ini penulis beberapa kali ikut terlibat  dalam penanganan ANJAL di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bandung), namun programnya belum tepat sasaran. Karena mereka hanya dibina dalam hitungan waktu yang relatif singkat, sehingga setelah pembinaan selesai, hampir semua anak jalanan kembali ke jalan dengan kegiatan yang semula.Program pendidikan yang diberikan tidak berkelanjutan, misalnya pengajaran budi pekerti dan pelajaran pra sekolah / sekolah dasar yang diberikan tidak dilanjutkan supaya mereka bisa sekolah seperti halnya anak-anak lain. Sehingga, menurut hemat penulis, program tersebut hanya membuang – buang uang  saja. Harapan penulis, para anak jalanan yang sudah di bina, dimasukan ke sekolah umum atau tetap mengikuti sekolah keliling dengan setara paket A, B maupun C, sehingga mereka akan dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dengan biaya dibantu oleh pemerintah. Bila hal tersebut bisa dilaksanakan, Insya Allah para anak jalanan akan dapat mendapat pekerjaan yang memadai, dan mereka tidak lagi harus berada di jalanan.Dengan demikian, perilaku anti sosial yang biasanya ada pada anak-anak jalanan karena mereka merasa kaum yang termarjinalkan, akan berkurang atau bahkan tidak ada lagi. Jika itu bisa terwujud, artinya pemerintah kita memiliki keberhasilan dalam membina masa depan anak bangsanya.
BAB II
DASAR  TEORI
A.     Teori Perkembangan
Menurut Santrock ( 1998) dalam Hildayani (2007:1.3) dikatakan bahwa perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai pada saat konsepsi dan berlanjut disepanjang rentang kehidupannya[1].  Menurut para pakar perkembangan ( Papalia. dkk:2008), ada dua jenis proses perubahan perkembangan, yaitu perkembangan kuantitatif dan kualitatif. Perubahan kuantitatif adalah perubahan dalam angka atau jumlah, seperti tinggi, berat kosa kata, perilaku agresif atau frekuensi komunikasi. Sedangkan perubahan kualitatif yaitu perubahan yang berkaitan dengan jenis, struktur, atau organisasi [2]. Namun, menurut Gessel dkk dalam Hurlock (1987:5) kemajuan perkembangan anak terjadi secara bertahap dan beberapa tahapan ini ditandai juga oleh keseimbangan ketika anak menjadi pusat perhatian, yang oleh karena itu dapat diatur. Lalu tahapan yang lainnya adalah ditandai oleh ketidakseimbangan ketika anak tidak menjadi pusat perhatian yang membuat anak sulit untuk diatur [3].
Jadi, perkembangan bila disimpulkan dari beberapa pemahaman di atas adalah perubahan manusia yang mengalami perkembangan secara alami, dapat pula dipengaruhi oleh factor latihan dan lingkungan yang membentuknya.
Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan seperti yang di kemukakan oleh Crain ( 2007) [4]:  teori Preformasionisme abad pertengahan dengan tokohnya Aries ( 1960) yang menyatakan bahwa anak-anak merupakan miniature orang dewasa, John Locke memberikan penolakan dengan teori environmentalismenya yang menyatakan bahwa anak-anak tidak dilahirkan sebagai manusia dewasa, melainkan menjadi dewasa lantaran pengasuhan dan pendidikan yang anak terima.Rousseau dengan teori Naturalismenya yang menyatakan bahwa anak-anak bukanlah wadah kosong yang bisa diisi begitu saja oleh orang dewasa, namun anak mempunyai perasaan dan pemikiran sendiri yang berbeda dengan cara pandang orang dewasa.Rousseau tidak percaya dengan kekuatan lingkungan.Ia lebih percaya kepada alam yang akan menuntun seorang anak menuju pertumbuhannya. Teori etologis dari Darwin, Lorenz, dan Bowlby, teori Montessosi dengan masa pekanya. teori komparatif dan organismik dari Werner, Teori kognitif Piaget, teori perkembangan moral Kohlberg, teori pembelajaran Bandura, Pavlov, Watson dan Skinner, teori sosial kognitif Vygotsky, teori psikoanalitik Freud, teori pentahapan Erikson, dan masih banyak lagi para tokoh teori perkembangan dunia.
B.   Teori Perkembangan Perilaku Sosial
Menurut Bandura (Crain:2007;301)  bahwa di dalam situasi sosial kita belajar menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru[5]. Schneider, Minet, dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan [6]:
1.        sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan  yang berasal dari dalam diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri.
2.        Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada diseluruh dunia.
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai – nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi. Berikut bagan proses penanaman sosial menurut Sujiono [7]:
Proses peniruan terhadap tingkah laku sikap serta cara pandang orang dewasa dalam aktifitas yang dilihat anak, secara sengaja anak belajar bergaul dari orang-orang terdekatnya…….

IMITASI

INTERNALISASI

Berupa proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai yang relative mantap  dan menetapnya suatu nilai-nilai itu tertanam menjadi milik seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai baik, buruk sehingga anak dapat berkembang  menjadi makhluk sosial yang sehat dan bertanggung jawab

IDENTIFIKASI

Berupa proses terjadinya pengaruh sosial pada seseorang  yang didasarkan  pada orang tersebut untuk menjadi individu lain yang dikaguminya.
Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan perilaku sosial adalah L.S. Vygotsky ( 1896- 1934 ) dengan teori sosial historisnya yang memadukan dua garis utama perkembangan dengan garis alamiah yang muncul dari dalam diri manusia dan garis sosial  historis  yang mempengaruhi manusia sejak kecil tanpa bisa dihindari [8]. Tokoh teori perkembangan perilaku sosial berikutnya adalah Erik Erikson  dengan teori 8 tahapan psikososial  individu yang dalam hal ini penulis hanya akan menuliskannya   1 tahap saja yaitu tahap ke 3 sesuai dengan pembahasan tahapan perkembangan usia 3 – 4 tahun. Menurut Erikson (Papalia : 2008: 41 ) anak usia  3 sampai 6 tahun berada dalam tahapan inisiatif versus perasaan bersalah. Pada usia ini anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktifitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh perasaan bersalah.
Daftar Pustaka
Crain, William, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta:Pustaka Pelajar , 2007
Hildayani, Rini , Psiklogi Perkembangan Anak, Jakarta:UT, 2007
Hurlock, Elizabeth , Perkembangan  Anak, Jilid 1, alih bahasa Meitasari Chandra, Jakarta: 1987
Papalia , Diane E, dkk,  Human Development, alih bahasa oleh A.K .Anwar , Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008
Sujiono, Yuliani Nurani , Eriva Syamsiatin, Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta:Pudiani Press, 2003

[1] Rini Hildayani, Psiklogi Perkembangan Anak, ( Jakarta:UT, 2007), P.1.3
[2] Diane E. Papalia dkk, Human Development, alih bahasa oleh A.K .Anwar ( Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008), p.9
[3] Elizabeth Hurlock, Perkembangan  Anak, Jilid 1, alih bahasa Meitasari Chandra (Jakarta: 1987), p.5
[4] William Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi ( Jogjakarta:Pustaka Pelajar , 2007), p.1,29,97,127,167,263,301,425
[5] Ibid., p.301
[6] Yuliani Nurani Sujiono, Syamsiatin, Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, (Jakarta:Pudiani Press, 2003), p.61
[7] Ibid
[8] Op.Cit., p.334

[9] Yuliani Nurani Sujiono, Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, (Jakarta:Pusdiani Press, 2003), p.64

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive