1. PARTICIPANT MODELLING
Dengan menekankan pentingnya observational
learning dan berbagai proses yang tercakup di dalamnya, pengaruh Bandura
terhadap konseling sangat besar. Mungkin kontribusi yang paling langsung dari
Bandura adalah pendekatannya yang disebut participant modelling. Pendekatan
ini menggunakan kinerja dalam melaksanakan tugas yang ditakuti, dengan kinerja
yang berhasil dipandang sebagai kendaraan utama untuk mencapai perubahan
psikologis.
Participant modelling menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama. Konselor
berulang-ulang mencontohkan kegiatan yang ditakuti, misalnya menangani ular
atau anjing, untuk menunjukkan kepada klien cara melakukannya secara berhasil,
dan untuk membuktikan bahwa konsekuensi yang ditakutkan itu tidak terjadi.
Langkah kedua. Klien dan konselur
melakukan kegiatan itu bersama-sama, yang kalau dikerjakan oleh klien sendiri
akan terlalu menakutkanya. Konselor, yang berfungsi sebagai pembimbing dan
pencegah kecemasan, menggunakan hierarkhi sub-tugas yang tingkat kesulitannya
dipertinggi secara bertahap. Langkah ketiga. Konselor dapat menggunakan alat
bantu pembangkit respon atau kondisi protektif untuk mengurangi ekspektasi konsekuensi
yang ditakuti sehingga membantu klien melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya,
pada saat memberikan perlakuan untuk mengatasi fobia ular, alat bantu
pembangkit responnya dapat berupa tindakan konselor memegang erat-erat kepala
dan ekor ular, penggunaan sarung tangan pelindung dan penggunaan ular yang
lebih kecil. Langkah keempat. Secara bertahap konselor mengurangi bantuannya
untuk memastikan bahwa klien dapat berfungsi secara efektif tanpa bantuan.
Langkah kelima. Klien melaksanakan kinerjanya secara mandiri. Pada tahap awal
kinerja mandiri ini, konselor dapat tetap berada di dalam ruangan bersama
klien, tetapi kemudian dia meninggalkan klien seorang diri, mengamati klien
dari balik kaca satu arah. Ide dasar hal tersebut adalah bahwa cara terbaik untuk
memperkuat keyakinan self-efficacy adalah dengan pencapaian mandiri di mana
tampak jelas bagi klien bahwa keberhasilannya itu disebabkan oleh kemampuannya
untuk menguasai situasi yang ditakutkannya itu tanpa bantuan orang lain.
2. APLIKASI DALAM MASALAH-MASALAH
LAIN
Teori kognitif sosial dapat
diaplikasikan untuk membantu memahami dan merumuskan intervensi dalam konseling
karier dan perkembangan. Misalnya, pembentukan keyakinan self-efficacy sangat
relevan untuk membantu perempuan menerima pekerjaan yang secara tradisional
tidak biasa bagi perempuan. Lent dan Hackett (1987) mengemukakan bahwa
keyakinan self-efficacy dapat memprediksi index perilaku yang penting untuk
memasuki karier, seperti pemilihan jurusan di perguruan tinggi dan kinerja
akademik dalam bidang-bidang tertentu.
Dengan memperhatikan keempat
sumber informasi efficacy, konselor karier dapat merancang intervensi
individual dan kelompok yang lebih efektif bagi laki-laki maupun perempuan.
Dalam setting pendidikan, konselor dapat mengembangkan keyakinan self-efficacy
pada diri siswa, guru, staf, dan orang tua, untuk meningkatkan motivasi dan
pencapaian akademik. Konselor tersebut dapat melayani klien secara individual
maupun kelompok, atau bekerja dalam kapasitas sebagai konsultan.
Guided mastery (penguasaan
terbimbing) merupakan cara utama untuk menanamkan kompetensi kognitif. Guided
mastery hampir sama dengan pendekatan participant modelling yang digambarkan di
atas. Langkah-langkah dalam guided mastery mencakup penggunaan modelling kognitif
dan bantuan pengajaran untuk secara bertahap mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan yang relevan, dan latihan terbimbing dalam menentukan kapan dan
bagaimana menggunakan strategi kognitif untuk memecahkan berbagai macam
permasalahan (Bandura, 1986, 1993). Meskipun sering kali konselor tidak akan
mempunyai waktu ataupun pengetahuan yang cukup untuk mengajarkan materi
pelajaran, misalnya matematika, tetapi mereka dapat membantu guru untuk
merancang dan mengimplementasikan kurikulum yang mengembangkan keyakinan
self-efficacy pada diri para siswa.
Dalam setting pemberian bantuan,
konselor dapat melatih klien dalam penggunaan pendekatan self-management yang
didasarkan atas teori kognitif sosial. Misalnya, konselor dapat membantu klien
mengadopsi dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang kondusif untuk kesehatan
dan untuk menghilangkan kebiasaan yang tidak baik bagi kesehatan. Secara
singkat, teori kognitif sosial memberikan kepada konselor pemahaman tentang
bagaimana mereka dapat meningkatkan keyakinan self-efficacy serta
keefektifannya bagi para kliennya maupun bagi dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment