Perjalanan hidup anak
sejak lahir untuk mencapai dewasa dilaluinya dalam waktu yang cukup panjang,
melalui fase-fase perkembangan tertentu.
Diantaranya adalah Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori
ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize.
Piaget menjabat sebagai
profesor psikologi di Universitas Geneva dari 1929 hingga 1975 dan ia paling terkenal karena menyusun
kembali teori tentang perkembangan kognitif ke dalam serangkaian tahap,
memperluas karya sebelumnya dari James Mark Baldwin, menjadi empat tahap perkembangan yang lebih kurang sama dengan
(1) masa infancy, (2) pra-sekolah, (3) anak-anak, dan (4) remaja. Masing-masing
tahap ini dicirikan oleh struktur kognitif umum yang mempengaruhi semua
pemikiran si anak. Masing-masing tahap mewakili pemahaman sang anak tentang
realitas pada masa itu.
Keempat tahap perkembangan
itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai :
(1)
Tahap
sensorimotor adalah dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui
gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema
awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode
sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat
bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting
dalam enam sub-tahapan:
1)
Sub-tahapan
skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan
terutama dengan refleks.
2)
Sub-tahapan
fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan
dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3)
Sub-tahapan
fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan
bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan.
4)
Sub-tahapan
koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut
berbeda (permanensi objek).
5)
Sub-tahapan
fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan
belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan.
(2)
Tahap
pra-operasional adalah tahap dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki kecakapan
motorik)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat
tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa
setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget
adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri
dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak
memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran
dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya
berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti
tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata
dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan
logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka
tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan
satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di
sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif
orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat
ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
(3)
Tahap
operasional konkret
Tahap
operasional konkret adalah tahap dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir
secara logis tentang kejadian-kejadian konkret).
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat
tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri
berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini
adalah:
1)
Pengurutan adalah kemampuan untuk mengurutan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran,
mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
2)
Klasifikasi adalah kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)
3)
Decentering adalah anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek
dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak
akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
4)
Reversibility adalah anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan
cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
5)
Konservasi adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau
jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan
dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir
yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke
gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain.
6)
Penghilangan
sifat Egosentrisme adalah kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan.
Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu
sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
(4)
Tahap
operasional formal adalah tahap setelah usia 11 tahun (perkembangan penalaran
abstrak).
Tahap operasional formal adalah periode terakhir
perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam
usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami
hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di
antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Berdasarkan tulisannya di tahun 1993
perbedaan asumsi pedagogi dan andragogi yang dikemukakan Knowles itu dapat
dikemukakan sebagai berikut:
ASSUMSI DASAR
|
||
Tentang
|
Pedagogis
|
Andragogis
|
Konsep diri peserta didik
|
Pribadi yang bergantung kepada gurunya
|
Semakin mengarahkan diri (self-directing)
|
Pengalaman peserta didik
|
Masih harus dibentuk daripada digunakan sebagai
sumber belajar
|
Sumber yang kaya untuk belajar bagi diri sendiri
dan orang lain
|
Kesiapan belajar peserta didik
|
Seragam (uniform) sesuai tingkat usia dan
kurikulum
|
Berkembang dari tugas hidup & masalah
|
Oriensi dalam belajar
|
Orientasi bahan ajar (subject-centered)
|
Orientasi tugas dan masalah (task or problem
centered)
|
Motivasi belajar
|
Dengan pujian, hadiah, dan hukuman
|
Oleh dorongan dari dalam diri sendiri (internal
incentives, curiosity)
|
Knowles (1993) juga melihat perbedaan
proses pembelajaran orang dewasa dengan anak-anak dalam tujuh aspek utama,
yaitu suasana, perencanaan, diagnosa kebutuhan, penentuan tujuan belajar,
rumusan rencana belajar, kegiatan belajar dan evaluasinya.
UNSUR-UNSUR PROSES
|
||
Suasana
|
Tegang, rendah dalam mempercayai, formal, dingin,
kaku, lambat, orientasi otoritas guru, kompetitif dan sarat penilaian.
|
Santai, mempercayai, saling menghargai, informal,
hangat, kerjasama, mendukung.
|
Perencanaan
|
Utamanya oleh guru
|
Kerjasama peserta didik dengan fasilitator
|
Diagnosa kebutuhan
|
Utamanya oleh guru
|
Bersama-sama: pengajar dan peserta didik.
|
Penetapan tujuan
|
Utamanya oleh guru
|
Dengan kerjasama dan perundingan
|
Desain rencana belajar
|
* Rencana bahan ajar oleh guru* Penuntun belajar
(coursesyllabus) dibuat guru.* Sekuens logis (logical sequence)pembelajaran
oleh guru.
|
* Perjanjian belajar (learningcontracts)* Projek
belajar (learningprojects)* Urutan belajar atas dasarkesiapan (sequenced by
readiness)
|
Kegiatan belajar
|
* Tehnik penyajian (transmittaltechniques)* Tugas
bacaan (assigned readings)
|
* Projek untuk penelitian(inquiry projects)*
Projek untuk dipelajari(learning projects)* Tehnik pengalaman(experiential
techniques)
|
Evaluasi belajar
|
* Oleh guru* Berpedoman pada norma (on acurve)*
Pemberian angka
|
* Oleh peserta didik berdasarkan evidensi yang
dipelajari oleh rekan-rekan, fasiltator, ahli. (by learner-collected evidence
validated by peers, facilitators, experts).* Referensinya berdasarkan
criteria (criterion-referenced)
|
No comments:
Post a Comment