Thursday, March 30, 2017

Deskripsi dan Analisis Permasalahan Anak Autis

1.1      Deskripsi dan Analisis Permasalahan
1.    Deskripsi Permasalahan
Ketika penulis melaksanakan praktek pengalaman lapangan banyak sekali permasalahan-permasalahan di Taman Kanak-kanak yang ditemukan diantaranya anak yang pemalu, anak yang pendiam, anak yang pemarah, anak yang hiperaktif, dan ada juga anak yang autis.
Dengan permasalahan di atas penulis merasa tertarik dan mencoba untuk mengamati, menelaah, terutama yang sangat menonjol adalah anak yang berperilaku autis. Mengamati anak autis dalam tingkah laku berbeda dengan yang lain dianatranya yang penulis temukan adalah dalam berjalan dia jinjit, dalam bicara ia kurang komunikasi, dalam bermain ia sendiri, bermain satu hanya alat atau satu benda dan hanya dipegang saja, dipanggil ia acuh saja, bila jatuh berdarah ia tidak menangis. Dengan hal tersebut penulis mencoba untuk mengadakan pendekatan dengan anak itu sendiri karena sebelumnya memang masuk sekolah sudah diberi tahu oleh orang tua langsung bahwa anak tersebut autis dan sedang berlangsung terapi.
2.    Analisis Permasalahan
Untuk mencari alternatif pemecahan yang memungkinkan anak autis mau, mampu dan terampil salah satu alternatif tersebut dengan jalan pembelajaran proaktif-kooperatif. Rasanya tidak terlalu salah atau terlalu terlambat jika semua pihak terkait, membuka jalan untuk memahami, mendidik dan memandirikan anak. Dalam hal ini perlu segera sedini mungkin menangani anak autis. Penanganan ini perlu tim seperti : Orang tua, guru, psikolog, Terapis, dan Dokter Anak.

1.2      Penyebab Gangguan Anak Autis
1.    Lobus Panientalis

 
Ditemukan bahwa 43% dari penyandang autis mempunyai kelainan yang khas di dalam lobus panientalisnya. Pada lobus panientalis anak autis akan tampak lekukan-lekukan otak yang lebih melebar, yang menunjukkan bahwa jumlah sel otak di dalam lobus panientalis menyebabkan antara lain terbatasnya perhatian terhadap lingkungan.
2.    Cerebellum (Otak Kecil)
Berdasarkan hasil penelitian di University of California ditemukan bahwa Cerebellum pada sebagian besar penyandang autisme lebih kecil dibandingkan dengan anak normal yaitu terutama pada lobus ke VI-VII cerebellum sangat bertanggung jawab atas berbagai fungsi penting dalam kehidupan yaitu proses sensoris daya ingat, berpikir, belajar berbahasa, dan juga proses atensi atau perhatian.
3.    Sistim Limbik
Sistim limbik adalah pusat emosi yang letaknya bagian dalam dari otak. Margaret Bauman (Harvard Medical School) dan Thomas Kemper (Boston University School of Medicine) menemukan kelainan yang khas di dalam sistem limbik yang disebut hippocampus dan amigdala. Dalam kedua organ tersebut terdapat sel-sel neuron yang sangat padat dan kecil-kecil sehingga fungsinya menjadi kurang baik, kelainan itu diperkirakan semasa janin. Amigdala mengontrol fungsi agresi dan emosi para penyandang autisme pada umumnya kurang dapat mengendalikan emosinya. Mereka sering agresif terhadap orang lain, namun kadang-kadang mereka sangat pasif seolah-olah tak mempunyai emosi. Amigdala juga bertanggung jawab  terhadap berbagai macam rangsang sensori seperti pendengaran, penglihatan maupun penciuman dan juga terhadap rangsang yang berhubungan dengan rasa takut. Sementara hippocampus bertanggung jawab untuk fungsi belajar dan daya ingat. Gangguan di hippocampus mengakibatkan kesulitan dalam menyimpan informasi baru dalam memorinya. Perilaku yang diulang-ulang, aneh dan hiperaktivitas juga disebabkan oleh gangguan di hippocampus.
4.    Perilaku Anak Autis
Perilaku adalah segala sesuatu yang orang kerjakan atau lakukan serta perilaku juga merupakan apa saja yang kita lihat, rasakan atau dengar dari seseorang yang melakukan suatu aktivitas tertentu. Anak autis berbeda dengan perilaku anak normal, perbedaannya yaitu adanya perilaku yang berlebihan (excessive) dan perilaku yang berkekurangan (defiocient) yang sampai pada tingkat yang hampir tidak ada. Perilaku yang berlebihan (behavioral excessive) misalnya mengamuk (tantrum) dan perilaku stimulus diri. Perilaku berlebihan (behavioral excessive) ini biasanya disertai dengan perintah, tantangan, gigitan dan cakaran pada kasus yang lebih ekstrim. Tantangan menjadi semakin hebat sehingga anak bisa menyakiti dirinya sendiri. Ekstrim lain dari perilaku anak autis yang berlebihan seperti digambarkan diatas yaitu anak autis mungkin menunjukkan berbagai kekurangan perilaku (behavioral deficit) seperti :
a.    Gangguan Bicara
Gangguan bicara pada anak autis ini biasanya mungkin nonverbal atau mungkin sedikit suara dan kata-kata. Sementara anak autis lain mungkin membeo dan mengulang kata-kata yang telah mereka dengar tetapi tidak menggunakan kata-kata tersebut untuk berkomunikasi.
b.    Kurang Sesuai Perilaku Sosial
Maksud kekurangsesuaian perilaku sosialnya yaitu anak menunjukkan seseorang tersebut diibaratkan sebuah benda sebagai contoh, seorang anak memanjat kepangkuan ibunya tidak untuk kasih sayang, tetapi supaya dapat mengambil kue.
c.    Defisit Sensasi
Maksudnya anak autis idak pernah merespon suara yang didengarnya, sehingga kadang disangka tuli. Kalaupun anak autis tersebut merespon tetapi tidak relatif lama.
d.    Tidak Bermain Dengan benar
Anak yang normal ketika bermain dengan mainannya pastilah mengkorelasikan mainan dengan perilaku yang ditunjukkannya. Misalnya bermain mobil-mobilan maka anak tersebut menirukan perilakunya seperti seorang supir, dengan seorang yang khas keluar dari mulutnya. Tetapi bagi anak autis justru sebaliknya sebagai contoh bukannya mengendarai truk mainan tetapi membalikkannya dan memutar-mutar roda truk mainan tersebut dalam waktu yang lama (berjam-jam).
e.    Emosi Yang tidak sesuai

Emosi yang tidak sesuai pada anak autis maksudnya adalah tidak adanya korelasi antara emosi dan perilaku yang ditunjukkan misalnya beberapa saat tertawa atau menjerit dengan sedikit atau tanpa provokasi dan hampir tidak menunjukkan perilaku emosional. Sebagai contoh seorang anak autis mungkin hanya duduk dan memandang ke ruang kosong jika seseorang mencoba menggelitiknya.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive