Friday, March 17, 2017

Manfaat Bermain Bagi Anak

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Masa prasekolah merupakan masa-masa bahagia dan amat memuaskan dari seluruh masa kehidupan anak. Untuk itu kita perlu menjaga hal tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Kegiatan bermain baru bisa disebut bermain jika dalam melakukan aktivitas tersebut si anak merasa nyaman, senang, tidak merasa terpaksa, bebas berekspresi dan berimajinasi, serta tidak terbebani target yang harus dicapai.
Dalam kehidupan masyarakat banyak dijumpai para orang tua yang kurang/tidak menyadari betapa pentingnya masalah bermain ini bagi tumbuh kembang anak, sehingga para orang tua tidak pernah memberikan perhatian. Apalagi secara terencana untuk memfasilitasi kecenderungan tabiat bermain anak tersebut, apalagi secara terprogram. Bahkan tidak jarang orang tua tidak sabar dan merasa kesal bila melihat anaknya bermain dengan mengacak-acak barang yang dimainkannya.
Tidak jarang orang tua memilih agar rumahnya tetap rapih, tidak disentuh, di corat-coret atau membatasi anaknya akan bermain, sehingga tanpa disadari bahwa subtansial ia telah mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Akibatnya, banyak potensi anak yang semestinya berkembang dengan baik akan mengalami hambatan. Maka jangan memaksakan sesuatu karena diri sendiri dan mengharapkan secara banyak hal yang memang mereka belum siap.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa manfaat bermain bagi anak ?
2.      Apa tujuan bermain bagi anak ?
3.      Permainan apa saja yang tepat bagi anak ?

C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya konsep bermain pada anak dan pengaruhnya terhadap proses sosialisasi dengan lingkungan.
Adapun hasil dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.      Penulis : untuk menambah pengetahuan tentang konsep bermain pada anak usia dini.
2.      Pihak lain : sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang konsep bermain

D.    Prosedur Pemecahan Masalah
Makalah ini mengungkap tentang konsep bermain pada anak usia dini. Pemecahan masalah dalam makalah ini yaitu dengan memaparkan penyelesaian dari rumusan  masalah diatas dengan menggunakan studi literatur, yang mengkaji berbagai teori. Kajian makalah ini bersifat deskriptif, yaitu merupakan kajian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat kajian dilakukan berdasarkan generalisasi konsep dan teori para ahli.
Dalam prosedur pemecahan masalah dengan metode ini, pada hakikatnya mempelajari konsep bermain dan jenis-jenis permainan pada anak usia dini.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya. (Miller dan Keong, 1983). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginannya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah “Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stress anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
Plato mengemukakan bahwa waktu yang paling tepat untuk pendidikan anak usia dini adalah sebelum usia 6 tahun. Menurut Comenius, pendidikan anak itu berlangsung sejalan dengan bermain karena bermain adalah realisasi dari pengembangan diri dalam kehidupan anak. Selanjutnya Johan Pastalozi (1746-1827) berpendapat bahwa pendidikan di mulai dari rumah, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain dan berbagai pengalaman indera yang dialaminya.
Hasil penelitian di bidang neurology yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan memperlihatkan, bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50% hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Artinya apabila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang optimal maka perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara maksimal.
Plato adalah filsuf pertama yang memandang arti penting bermain bagi seorang anak. Plato melihat pentingnya nilai praktis yang ada dalam permainan. Misalnya pelajaran Aritmatika untuk soal pembagian akan mudah diterima oleh anak-anak dengan cara membagikan apel kepada mereka.
John Locke (1932-1704) adalah seorang pedagogik. Lock menjelaskan konsep home schooling. Anak usia dini harus dididik dan diajarkan tentang pendidikan jasmani, pendidikan scholastik, pendidikan moral, pendidikan agama melalui permainan.
Henrich Pestaloozi (1746-1827) menjelaskan konsep bermain dengan praktek langsung sehingga anak mempunyai pengalaman dan latihan. Friedrich Froebel (1782-1852) menjelaskan bahwa konsep bermain merupakan proses belajar bagi anak usia dini. Anak diajak bekerja di kebun, bermain dengan pimpinan, bernyanyi, pekerjaan tangan atau keterampilan, bersosialisasi, berfantasi, adalah merupakan proses belajar sambil bekerja. Konsep belajar seraya bermain ini sampai saat ini masih menjadi trend untuk pendidikan anak usia dini.
Abad 19 terdapat Spencer, Lazarus, G. Stanley H., Hal. Groos, dll. Teori-teori tentang bermain dapat dikelompokkan dalam 2 bagian, yaitu : (1) bermain yang didasarkan pada teori surplus energi dan teori rekreasi, (2) teori rekapitulasi dan praktis.
Karl Groos, seorang filsuf menguraikan bahwa bermain berfungsi untuk memperkuat insting yang diperlukan untuk kelangsungan hidup anak di masa yang akan datang. Fungsi bermain mempunyai manfaat secara biologis untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Peran bermain dalam perkembangan sosial anak misalnya, menurut pandangan psikoanalisis adalah untuk mengatasi pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi.  


BAB II
PEMBAHASAN


Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dunia 2 dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata yaitu dunia 3 dimensi. Dengan kata lain masa pra sekolah merupakan time for play. Menurut Frank dan Theresa Caplan, masa pra sekolah ditekankan adalah bermain. Waktu bermain merupakan sarana pertumbuhan anak. Pada tahun-tahun pertama anak membutuhkan bermain sebagai sarana untuk tumbuh dalam lingkungan budaya dan kesiapannya dalam belajar formal. Dalam dunianya seorang anak merupakan decision maker dan play maker. Dengan bermain anak bebas beraksi, dan juga menghayalkan sebuah dunia lain sehingga dengan bermain ada elemen petualangan.
Melalui bermain, anak menyusun kemampuan bahasanya. Dengan bermain anak tidak saja mengeksplorasi dunianya sendiri tetapi juga reaksi teman terhadap dirinya. Bermain merupakan dunia olahraga bagi anak dimana anak bermain tanpa aturan dan banyak menggunakan fisik, melatih otot-ototnya. Dalam bermain banyak sekali manfaatnya antara lain :
1.      Menimbulkan kegembiraan (Karl Buhler dan Schak Danziger). Kegembiraan itu merupakan rangsangan bagi perilaku. Misalnya perilaku senang berkreasi.
2.      Sebagai pemicu kreativitas.
3.      Meningkatkan respons anak terhadap hal-hal baru
4.      Melatih anak menyelesaikan/mengatasi konflik (Sigmund Freud)
5.      Sarana untuk bersosialisasi dan melatih fungsi mental (berpikir, berhayal, mengingat, atau menegakkan disiplin dengan menaati peraturan-peraturan dalam games)
6.      Melatih kepekaan dan empati
7.      Sarana mengekspresikan perasaan
8.      Membentuk kepribadian anak
9.      Mengembangkan rasa Percaya Diri
10.  Melatih perkembangan fisik, emosi dan sosial
Adapun fungsi bermain antara lain :
1.      Perkembangan sensorik motorik
Pada saat melakukan permainan aktifitas motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak untuk bermain aktif dan sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Contohnya anak berlari, bukan demi kesehatan tetapi demi lari itu sendiri. Lari ya lari, titik.
Jadi bagi anak bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam diri menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan bermain juga bisa menjadi sarana penyaluran kelebihan energi dan relaksasi.
2.      Perkembangan intelektual
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya seperti mengenal bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain anak akan melatih dirinya dan memecahkan masalah. Bermain juga dapat memajukan anak berpikir abstrak dan dengan belajar ia akan dapat mengatur dirinya. 
3.      Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya karena kegiatan bermain merupakan sarana sosialisasi. Kadar interaksi sosial dimulai dari bermain sendiri dan dilanjutkan dengan bermain secara bersama. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Anak yang biasa bermain akan lebih mudah menerima kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin banyak ia disosialisasikan dengan orang lain, maka akan semakin mudah ia berinteraksi dengan dan menerima kehadiran orang lain.
4.      Perkembangan kreatifitas
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dalam bentuk objek dan kegiatan yang dilakukannya. Dalam bermain anak-anak menumpahkan seluruh perasaannya.
5.      Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari orang tua dan guru. Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di kelompoknya. Anak akan dapat belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang akan dilakukannya.

Jenis-Jenis Permainan Anak
Dalam bermain/melakukan permainan anak-anak harus dibedakan dengan tingkat usianya. Ada yang merangsang kemampuan motoriknya dan ada yang merangsang kemampuan sosial emosionalnya. Namun, yang pasti, bermain harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.
1.      Permainan Edukatif
Untuk meningkatkan kecerdasan anak, kita bisa memberikan beberapa alternatif permainan yang bersifat edukatif, seperti mainan yang meniru orang dewasa (alat-alat kedokteran, alat-alat pertukangan, alat-alat rumah tangga, boneka & perlengkapannya). Beberapa permainan edukatif dapat dibedakan jenisnya :
-          Permainan konstruktif : permainan menggunakan balok-balok, lego, kayu, pasir, kertas, batu/kaleng-kaleng.
-          Permainan motorik : permainan dengan menggunakan bola, loncat tali, ayunan, panjatan, merangkak/senam
-          Permainan ilusi : permainan seperti bersepeda di bangku kecil, kuda-kudaan dengan ayah/guru, naik buaya-buayaan/mobil-mobilan
-          Permainan intelektual (Resetif) : permainan seperti bermain boneka, masak-masakan, drama, dongeng/cerita, bunyi-bunyian, kaleng, alat musik, main air, tebak-tebakan, menari, menggunting.
-          Permainan kompetisi (Game) : permainan seperti lomba 17 Agustus, ular tangga, permainan kata/angka, dapat berupa permainan fisik ataupun mental yang diarahkan pada kemampuan kerja sama dan sportivitas.
2.      Permainan Rekreatif
Permainan yang termasuk dalam jenis permainan rekreatif antara lain gobak sodor, benteng, petak umpet. Saat ini permainan seperti itu sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak. Mereka lebih suka bermain PS, game watch, padahal kondisi ini justru mendidik anak menjadi orang yang individualis & tidak mampu bersosialisasi.
3.      Permainan  Informatif
Perkembangan teknologi, termasuk dalam bidang permainan yang berkembang saat ini, tentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Berbagai jenis VCD dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang ditampilkan dengan gambar dan suara yang menarik. Sekali-kali bisa kita perkenalkan kepada anak-anak di perpustakaan. Paling tidak acara jalan-jalan keluar lingkungan bisa menjadi sarana permainan edukatif plus informatif dengan mengenalkan berbagai jenis tumbuhan, kegiatan apapun yang ada di sekitar kita.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru & orang tua dalam mengenalkan permainan informatif berbasis teknologi :
  1. Selektif
Pilihlah software tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak sesuai dengan usia dan kemampuan anak.
  1. Kesempatan
Berilah kesempatan anak untuk belajar & berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini & pada masa yang akan datang.
  1. Awas Efek
Cahaya yang terlalu terang & jarak pandang yang terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak.
  1. Safety/keamanan
Perhatikan keamanan anak saat bermain komputer.
  1. Kenyamanan
  2. Sediakan kursi komputer yang ergonomis dan sesuai dengan bentuk & ukuran tubuh anak.



BAB II
PENUTUP


A. Kesimpulan
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara.
Dalam bermain/melakukan permainan anak-anak harus dibedakan dengan tingkat usianya. Ada yang merangsang kemampuan sosial emosionalnya, ada juga yang merangsang kemampuan motoriknya.
Konsep-konsep bermain bisa menjadi acuan untuk memahami dan mendorong serta mengarahkan anak dalam bermain. Dengan demikian orang tua atau pendidik akan terhindar dari kesalahan/meminimalkan kesalahan dalam mendidik anaknya.

B. Saran
Makalah ini merupakan pemaparan konsep bermain pada anak usia 0-8 tahun (PAUD) yang menjadikan suatu pandangan dalam mengenal pentingnya bermain dan konsep bermain pada anak. Akan tetapi terbatas pada suatu pengembangan. Oleh karena itu disarankan agar :
-          Para orang tua dan guru memahami pentingnya bermain pada anak
-          Memanfaatkan bermain sebagai pemicu kreativitas dan sarana bersosialisasi yang menimbulkan kegemaran pada anak.
-          Orang tua/guru dapat memilih jenis permainan yang sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan anak.



DAFTAR PUSTAKA


1.      Hawadi, Akbar Reni, Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, bakat, dan kemampuan anak), Jakarta: PT. Grasindo, 2001.
2.      K. Barbara, Given, Based Teaching, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007.
3.      Tedja Saputra, Mayke S, Bermain Mainan Untuk Anak Usia Dini, Jakarta : PT. Grasindo, 2001.
4.      Asfan Diyar, Ardi Yudha, Kenapa Guru harus Kreatif ?, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009.
5.      Jamaris, Martini, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta : PT. Grasindo.








No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive