BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa prasekolah merupakan masa-masa bahagia dan amat memuaskan dari
seluruh masa kehidupan anak. Untuk
itu kita perlu menjaga hal tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Kegiatan
bermain baru bisa disebut bermain jika dalam melakukan aktivitas tersebut si
anak merasa nyaman, senang, tidak merasa terpaksa, bebas berekspresi dan
berimajinasi, serta tidak terbebani target yang harus dicapai.
Dalam kehidupan masyarakat
banyak dijumpai para orang tua yang kurang/tidak menyadari betapa pentingnya
masalah bermain ini bagi tumbuh kembang anak, sehingga para orang tua tidak
pernah memberikan perhatian. Apalagi secara terencana untuk memfasilitasi
kecenderungan tabiat bermain anak tersebut, apalagi secara terprogram. Bahkan
tidak jarang orang tua tidak sabar dan merasa kesal bila melihat anaknya
bermain dengan mengacak-acak barang yang dimainkannya.
Tidak jarang orang tua memilih
agar rumahnya tetap rapih, tidak disentuh, di corat-coret atau membatasi
anaknya akan bermain, sehingga tanpa disadari bahwa subtansial ia telah
mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Akibatnya, banyak potensi
anak yang semestinya berkembang dengan baik akan mengalami hambatan. Maka
jangan memaksakan sesuatu karena diri sendiri dan mengharapkan secara banyak
hal yang memang mereka belum siap.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa manfaat bermain bagi anak ?
2. Apa tujuan bermain bagi anak ?
3. Permainan apa saja yang tepat bagi anak ?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk mengetahui pentingnya konsep bermain pada anak dan pengaruhnya
terhadap proses sosialisasi dengan lingkungan.
Adapun hasil dari pembuatan
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis : untuk menambah pengetahuan
tentang konsep bermain pada anak usia dini.
2. Pihak lain : sebagai tambahan informasi
dan pengetahuan tentang konsep bermain
D. Prosedur Pemecahan Masalah
Makalah ini mengungkap tentang
konsep bermain pada anak usia dini. Pemecahan masalah dalam makalah ini yaitu
dengan memaparkan penyelesaian dari rumusan
masalah diatas dengan menggunakan studi literatur, yang mengkaji
berbagai teori. Kajian makalah ini bersifat deskriptif, yaitu merupakan kajian
yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang
ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat kajian dilakukan
berdasarkan generalisasi konsep dan teori para ahli.
Dalam prosedur pemecahan
masalah dengan metode ini, pada hakikatnya mempelajari konsep bermain dan
jenis-jenis permainan pada anak usia dini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta suara.
(Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadarinya. (Miller dan Keong, 1983). Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginannya sendiri dan memperoleh
kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah “Kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stress anak, belajar berkomunikasi
dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia
dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
Plato mengemukakan bahwa waktu yang paling tepat untuk pendidikan anak
usia dini adalah sebelum usia 6 tahun. Menurut Comenius, pendidikan anak itu
berlangsung sejalan dengan bermain karena bermain adalah realisasi dari
pengembangan diri dalam kehidupan anak. Selanjutnya Johan Pastalozi (1746-1827)
berpendapat bahwa pendidikan di mulai dari rumah, melalui berbagai kegiatan
yang dilakukan anak pada waktu bermain dan berbagai pengalaman indera yang
dialaminya.
Hasil penelitian di bidang neurology yang dilakukan Benyamin S. Bloom,
seorang ahli pendidikan memperlihatkan, bahwa pertumbuhan sel jaringan otak
pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50% hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Artinya
apabila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang optimal
maka perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara maksimal.
Plato adalah filsuf pertama yang memandang arti penting bermain bagi
seorang anak. Plato melihat pentingnya nilai praktis yang ada dalam permainan.
Misalnya pelajaran Aritmatika untuk soal pembagian akan mudah diterima oleh
anak-anak dengan cara membagikan apel kepada mereka.
John Locke (1932-1704) adalah seorang pedagogik. Lock menjelaskan konsep home schooling. Anak usia dini harus dididik dan diajarkan tentang
pendidikan jasmani, pendidikan scholastik, pendidikan moral, pendidikan agama
melalui permainan.
Henrich Pestaloozi (1746-1827)
menjelaskan konsep bermain dengan praktek langsung sehingga anak mempunyai
pengalaman dan latihan. Friedrich Froebel (1782-1852) menjelaskan bahwa konsep
bermain merupakan proses belajar bagi anak usia dini. Anak diajak bekerja di
kebun, bermain dengan pimpinan, bernyanyi, pekerjaan tangan atau keterampilan,
bersosialisasi, berfantasi, adalah merupakan proses belajar sambil bekerja.
Konsep belajar seraya bermain ini sampai saat ini masih menjadi trend untuk
pendidikan anak usia dini.
Abad 19 terdapat Spencer, Lazarus, G. Stanley H., Hal. Groos, dll.
Teori-teori tentang bermain dapat dikelompokkan dalam 2 bagian, yaitu : (1)
bermain yang didasarkan pada teori surplus energi dan teori rekreasi, (2) teori
rekapitulasi dan praktis.
Karl Groos, seorang filsuf menguraikan bahwa bermain berfungsi untuk
memperkuat insting yang diperlukan untuk kelangsungan hidup anak di masa yang
akan datang. Fungsi bermain mempunyai manfaat secara biologis untuk
mempertahankan kelangsungan hidup.
Peran bermain dalam perkembangan sosial anak misalnya, menurut pandangan
psikoanalisis adalah untuk mengatasi pengalaman traumatik dan keluar dari rasa
frustasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dunia 2 dimensi
(pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata yaitu dunia 3 dimensi.
Dengan kata lain masa pra sekolah merupakan time
for play. Menurut Frank dan Theresa Caplan, masa pra sekolah ditekankan
adalah bermain. Waktu bermain merupakan sarana pertumbuhan anak. Pada
tahun-tahun pertama anak membutuhkan bermain sebagai sarana untuk tumbuh dalam
lingkungan budaya dan kesiapannya dalam belajar formal. Dalam dunianya seorang
anak merupakan decision maker dan play maker. Dengan bermain anak bebas
beraksi, dan juga menghayalkan sebuah dunia lain sehingga dengan bermain ada
elemen petualangan.
Melalui bermain, anak menyusun kemampuan bahasanya. Dengan bermain anak
tidak saja mengeksplorasi dunianya sendiri tetapi juga reaksi teman terhadap
dirinya. Bermain merupakan dunia olahraga bagi anak dimana anak bermain tanpa
aturan dan banyak menggunakan fisik, melatih otot-ototnya. Dalam bermain banyak
sekali manfaatnya antara lain :
1. Menimbulkan
kegembiraan (Karl Buhler dan Schak Danziger). Kegembiraan itu merupakan rangsangan bagi perilaku. Misalnya perilaku senang
berkreasi.
2. Sebagai pemicu kreativitas.
3. Meningkatkan respons anak terhadap hal-hal
baru
4. Melatih anak menyelesaikan/mengatasi
konflik (Sigmund Freud)
5. Sarana untuk bersosialisasi dan melatih
fungsi mental (berpikir, berhayal, mengingat, atau menegakkan disiplin dengan
menaati peraturan-peraturan dalam games)
6. Melatih kepekaan dan empati
7. Sarana mengekspresikan perasaan
8. Membentuk kepribadian anak
9. Mengembangkan rasa Percaya Diri
10. Melatih perkembangan fisik, emosi dan
sosial
Adapun fungsi bermain antara
lain :
1. Perkembangan sensorik motorik
Pada saat melakukan permainan
aktifitas motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak untuk bermain
aktif dan sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Contohnya anak
berlari, bukan demi kesehatan tetapi demi lari itu sendiri. Lari ya lari,
titik.
Jadi bagi anak bermain adalah
sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam diri menjadi berbagai
kemampuan dan kecakapan bermain juga bisa menjadi sarana penyaluran kelebihan
energi dan relaksasi.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan eksplorasi dan
manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya seperti
mengenal bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain anak
akan melatih dirinya dan memecahkan masalah. Bermain juga dapat memajukan anak
berpikir abstrak dan dengan belajar ia akan dapat mengatur dirinya.
3. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai
dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya karena kegiatan bermain
merupakan sarana sosialisasi. Kadar interaksi sosial dimulai dari bermain
sendiri dan dilanjutkan dengan bermain secara bersama. Bermain dengan orang
lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Anak yang biasa bermain akan lebih
mudah menerima kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin
banyak ia disosialisasikan dengan orang lain, maka akan semakin mudah ia
berinteraksi dengan dan menerima kehadiran orang lain.
4. Perkembangan kreatifitas
Kemampuan untuk menciptakan
sesuatu dan mewujudkan ke dalam bentuk objek dan kegiatan yang dilakukannya.
Dalam bermain anak-anak menumpahkan seluruh perasaannya.
5. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar
dan salah dari lingkungannya terutama dari orang tua dan guru. Anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di
kelompoknya. Anak akan dapat belajar bertanggung jawab atas segala tindakan
yang akan dilakukannya.
Jenis-Jenis Permainan Anak
Dalam bermain/melakukan
permainan anak-anak harus dibedakan dengan tingkat usianya. Ada yang merangsang
kemampuan motoriknya dan ada yang merangsang kemampuan sosial emosionalnya.
Namun, yang pasti, bermain harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.
1. Permainan Edukatif
Untuk meningkatkan kecerdasan
anak, kita bisa memberikan beberapa alternatif permainan yang bersifat
edukatif, seperti mainan yang meniru orang dewasa (alat-alat kedokteran,
alat-alat pertukangan, alat-alat rumah tangga, boneka & perlengkapannya).
Beberapa permainan edukatif dapat dibedakan jenisnya :
-
Permainan
konstruktif : permainan menggunakan balok-balok, lego, kayu, pasir, kertas,
batu/kaleng-kaleng.
-
Permainan
motorik : permainan dengan menggunakan bola, loncat tali, ayunan, panjatan,
merangkak/senam
-
Permainan
ilusi : permainan seperti bersepeda di bangku kecil, kuda-kudaan dengan
ayah/guru, naik buaya-buayaan/mobil-mobilan
-
Permainan
intelektual (Resetif) : permainan seperti bermain boneka, masak-masakan, drama,
dongeng/cerita, bunyi-bunyian, kaleng, alat musik, main air, tebak-tebakan,
menari, menggunting.
-
Permainan
kompetisi (Game) : permainan seperti lomba 17 Agustus, ular tangga, permainan
kata/angka, dapat berupa permainan fisik ataupun mental yang diarahkan pada kemampuan
kerja sama dan sportivitas.
2. Permainan Rekreatif
Permainan yang termasuk dalam
jenis permainan rekreatif antara lain gobak sodor, benteng, petak umpet. Saat
ini permainan seperti itu sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak. Mereka
lebih suka bermain PS, game watch, padahal kondisi ini justru mendidik anak
menjadi orang yang individualis & tidak mampu bersosialisasi.
3. Permainan
Informatif
Perkembangan teknologi, termasuk
dalam bidang permainan yang berkembang saat ini, tentu tidak bisa diabaikan
begitu saja. Berbagai jenis VCD dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
ditampilkan dengan gambar dan suara yang menarik. Sekali-kali bisa kita
perkenalkan kepada anak-anak di perpustakaan. Paling tidak acara jalan-jalan
keluar lingkungan bisa menjadi sarana permainan edukatif plus informatif dengan
mengenalkan berbagai jenis tumbuhan, kegiatan apapun yang ada di sekitar kita.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan guru & orang tua dalam mengenalkan permainan informatif
berbasis teknologi :
- Selektif
Pilihlah software tertentu
yang memang ditujukan untuk anak-anak sesuai dengan usia dan kemampuan anak.
- Kesempatan
Berilah kesempatan anak untuk
belajar & berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat
penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini
& pada masa yang akan datang.
- Awas
Efek
Cahaya yang terlalu terang
& jarak pandang yang terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan
anak.
- Safety/keamanan
Perhatikan keamanan anak saat
bermain komputer.
- Kenyamanan
- Sediakan
kursi komputer yang ergonomis dan sesuai dengan bentuk & ukuran tubuh
anak.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain adalah cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara.
Dalam bermain/melakukan
permainan anak-anak harus dibedakan dengan tingkat usianya. Ada yang merangsang
kemampuan sosial emosionalnya, ada juga yang merangsang kemampuan motoriknya.
Konsep-konsep bermain bisa
menjadi acuan untuk memahami dan mendorong serta mengarahkan anak dalam
bermain. Dengan demikian orang tua atau pendidik akan terhindar dari
kesalahan/meminimalkan kesalahan dalam mendidik anaknya.
B. Saran
Makalah ini merupakan
pemaparan konsep bermain pada anak usia 0-8 tahun (PAUD) yang menjadikan suatu
pandangan dalam mengenal pentingnya bermain dan konsep bermain pada anak. Akan
tetapi terbatas pada suatu pengembangan. Oleh karena itu disarankan agar :
-
Para
orang tua dan guru memahami pentingnya bermain pada anak
-
Memanfaatkan
bermain sebagai pemicu kreativitas dan sarana bersosialisasi yang menimbulkan
kegemaran pada anak.
-
Orang
tua/guru dapat memilih jenis permainan yang sesuai dengan tingkat usia dan
kebutuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hawadi, Akbar Reni, Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, bakat, dan kemampuan anak),
Jakarta: PT. Grasindo, 2001.
2.
K. Barbara, Given, Based
Teaching, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007.
3. Tedja Saputra, Mayke S, Bermain Mainan Untuk Anak Usia Dini,
Jakarta : PT. Grasindo, 2001.
4. Asfan Diyar, Ardi Yudha, Kenapa Guru harus Kreatif ?, Bandung :
PT. Mizan Pustaka, 2009.
5. Jamaris, Martini, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta
: PT. Grasindo.
No comments:
Post a Comment