Friday, March 17, 2017

PEMIKIRAN FILSAFAT IBNU SINA


A.           Filsafat Jiwa
Ibn Sina memberikan perhatian yang khusus terhadap pembahasan kejiwaan, tidak sukar untuk mencari unsur – unsur pikiran yang membentuk teorinya tentang kejiwaan, seperti pikiran-pikiran Aristoteles, Galius dan Plotinus, terutama pikiran-pikiran Aristoteles yang banyak dijadikan sumber pikiran-pikirannya. Namun tidak berarti bahwa Ibn Sina tidak mempunyai kepribadian sendiri atau pikiran-pikiran yang sebelumnya baik dalam segi pembahasan fisika maupun segi pembahasan metafisika. Pengaruh Ibn Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan sejak 10 M sampai akhirnya abad ke 19 terutama Gundisallinus, Albert the Great, Thomas Aqinas, Roger Bacon’dan Scoot
Pemikiran terpenting yang dihasilkan Ibn Sina ialah filsafatnya tentang jiwa. Al-Farabi menganut faham pancaran. Pemikiran ini berbeda dengan kaum sufi  dan kaum mu’tazilah. Bagi kaum sufi kemurnian tauhid mengandung arti bahwa hanya Tuhan yang mempunyai wujud.
Kaum mu’tazilah dalam usaha memurnikan tauhid pergi ke peniadaan sifat-sifat Tuhan dan kaum sufi peniadaan wujud selain dari wujud Allah SWT, maka kaum filosof Islam yang dipelopori oleh al-Farabi, pergi ke paham emanasi atau Al-Faidh. Menurut Al-Farabi Allah menciptakan alam ini melalui emanasi.
Ibn Sina berpendapat bahwa akal pertama mempunyai dua sifat : sifat wajib wujudnya dan sifat mungkin wujudnya. Segi-segi kejiwaan pada Ibn Sina pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian :
1.      Segi Fisika
2.      Segi Metafisika
Ibn Sina membagi jiwa dalam tiga bagian :    1. Jiwa Tumbuh-tumbuh
                                                                        2. Jiwa Binatang
                                                                        3. Jiwa Manusia
Al-Ghazali di dalam Tahafut-al-falasifah menyangkal kesalahan para filosof muslim beserta pendahuluan-pendahuluan. Para filosof yang disangkal oleh al-Ghazali ini terbagi ke dalam tiga kelompok :
1.      Filosof – filosof materialistic (dahriyyun)
2.      Filosof – filosof naturalis atau desitik (thabi’iyyun)
3.      Filosof – filosof teis (ilahiyyun)
Filsafat Aristoteles seperti yang disebarluaskan oleh penerjemah-penerjemah dan komentator-komentator karyanya (pengikutnya) khususnya al-Farabi dan Ibn Sina terbagi ke dalam 3 kelompok :
a.       Filsafat – filsafatnya yang harus di pandang kufur
b.      Filsafat – filsafatnya yang menurut Islam adalah bid’ah
c.       Filsafat – filsafatnya yang sama seklai tak perlu disangkal
Tiga masalah yang menyebabkan kufur tersebut adalah :
Pertama,  bahwa Allah hanya mengetahui hal-hal yang besar-besar dan tidak mengetahui hal-hal yang kecil-kecil.
Kedua, bahwa alam ini azali atau kekal, tanpa permulaan
Ketiga, di akhirat kelak yang dihimpun
Ada empat dalil yang dikemukakan oleh Ibn Sina untuk membuktikan adanya jiwa yaitu :
1.      Dalil alam- kejiwaan (natural psikologi)
2.      Dalil Aku dan kesatuan gejala-gejala kejiwaan
3.      Dalil kelangsungan (kontinuitas)
4.      Dalil orang terbang atau tergantung di udara

B.       Filsafat Wujud
Bagi Ibn Sina sifat wujudlah yang terpenting dan yang mempunyai kedudukan di atas sifat lain, walaupun esensi sendiri. Esensi dalam faham Ibn Sina terdapat dalam akal, sedang wujud terdapat di luar akal.
Kalau dikombinasikan, esensi dan wujud dapat mempunyai kombinasi berikut :
1.      Esensi yang tak dapat mempunyai wujud
2.      Esensi yang boleh mempuyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud
3.      Esensi yang tak boleh tidak mesti mempunai wujud
Dalam pembagian wujud kepada wajib dan mumkin, Ibn Sina terpengaruh oleh pembagian wujud para mutakallimun kepada baharu dan  qadim. Hal ini mengakibatkan lumpuhnya kemurahan Allah pada zaman yang mendahului alam makhluk ini.
“Perbuatan Illahi dalam pemikiran Ibn Sina dapat disimpulkan dalam 4 catatan sebagai berikut :
1.      Perbuatan yang tidak kontinu
2.      Perbuatan Illahi itu tidak ada tujuan apapun
3.      Manakala perbuatan Allah telah selesai dan tidak mengandung sesuatu maksud, keluar dari-Nya berdasarkan hukum kemestian, seperti pekerjaan mekanis, bukan dari sesuatu pilihan dan kehendak bebas.
4.      Perbuatan ini hanyalah memberi wujud dalam bentuk tertentu.
Dalam empat catatan tersebut, para penulis sejarah dan pengkritik Ibn Sina selalu memahami bahwa Ibnu Sina menggunakan konsep pertama.
C.      Filsafat Wahyu dan Nabi
Pentingnya gejala kenabian dan wahyu Illahi merupakan sesuatu yang oleh Ibnu Sina yang telah diusahakan untuk dibangun dalam 4 tingkatan : intelektual, imajinatif, keajaiban dan sosio politis. Akal manusia terdiri dari empat macam yaitu : akal materil, akal intelektual, akal aktuil, dan akal muslihat. Tingkatan akal yang terendah adalah akal material dan Ibnu Sina menamainya al-hads (intuisi)

            Daya yang ada pada akal materil begitu besar sehingga tanpa melalui latihan dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan. Wahyu dalam pengertian teknis mendorong manusia untuk beramal dan menjadi orang baik, tidak hanya sebagai wawasan intelektual dan ilham belaka. Maka, tak ada agama yang hanya berdasarkan akal murni.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive