Thursday, March 30, 2017

Upaya Orang Tua Dalam Menghadapi Anak Autis


Upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk mengetahui perilaku anak yang autis adalah memastikan diagnosis, sekaligus mengetahui ada tidaknya gangguan lain pada anak untuk ikut diobati, mendiagnosis anaknya sendiri apakah anak tersebut penyandang autisme atau bukan. Mendeteksi secara dini bagi para orang tua terhadap gejala-gejala :
  1. Anak usia 30 bulan belum bisa bicara untuk komunikasi
  2. Hiperaktif dan cuek kepada orang tua dan orang lain
  3. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
  4. Ada perilaku aneh yang diulang-ulang.
Pilihlah dokter yang kompeten umumnya adalah Dokter anak yang mengatasi autisme, dokter syaraf dan dokter rehabilitasi medik. Membina komunikasi dengan dokter. Keterbukaan orang tua tentang kondisi anak, mengikuti aneka pengobatan treatment yang disarankan akan mempengaruhi kemajuan anaknya dan merupakan syarat mutlak. Kejujuran orang tua dalam menceritakan kondisi kesehatan anak sangat membantu dokter  mengevaluasi kondisi anak yang dapat mempengaruhi kemajuan anak. Jangan pada satu dokter karena tidak selamanya seorang dokter benar secara mutlak. Orang tua harus memperkaya pengetahuan autisme, terutama pengetahuan mengenai terapi yang tepat sesuai dengan anak, menguasai terapi karena orang tua selalu bersama anak, sedangkan pengajar atau terapis hanya sesaat dan saling bergantian. Terapis secara intensif anaknya akan memperoleh hasil yang memuaskan, anak menunjukkan kemajuan sangat pesat, berbicaralah sesama orang tua anak autis untuk berbagi rasa juga berbagi pengalaman, informasi dan pengetahuan selain itu orang tua juga harus bertindak sebagaimana saat terapi dilakukan misalnya mempersiapkan kamar khusus, mencari dan mewawancarai terapis, mengatur jadwal, melakukan evaluasi bersama tim, juga mampu memutuskan segala sesuatu yang berkatian dengan pendidikan terapis dan pengobatan anak.
Terapis harus mempunyai perilaku professional termasuk mematuhi jam kerja dan menginformasikan jika mereka tidak datang atau terlambat. Lingkungan keluarga juga dapat menjadi suatu lingkungan terapi yang ideal bagi anak autis.
1.     Terapi Autisme Harus Terpadu
Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan tapi dapat ditanggulangi dengan terapi dini, terpadu dan intensif. Gejala-gejala autisme dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga anak bisa bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya, bahkan membina keluarga. Jika anak autis tidak atau terlambat mendapat interpensi hingga dewasa, maka gejala autis bisa menjadi semakin parah, bahkan tidak tertanggulangi melalui beberapa terapi anak autis akan mengalami kemajuan seperti anak normal lainnya. Keberhasilan terapi tergantung beberapa faktor :
a.  berat ringannya gejala
b.  makin muda umur anak pada saat terapi dimulai semakin besar kemungkinan berhasil
c.    makin cerdas anak makin cepat menangkap hal-hal yang diajarkan
d.    kemampuan bicara dan berbahasa tidak semua penyandang autisme berhasil mengembangkan fungsi bicara dan berbahasa.
e.    Intensitas terapi yaitu terapi harus dilakukan sangat intensif sebaliknya terapi formal dilakukan4-8 jam sehari.
Di samping itu seluruh keluarga pun harus ikut terlibat melakukan komunikasi dengan anak sejak bangun pagi hingga tidur di malam hari.

2.     Beberapa Jenis Terapi Anak Autis
Ø Terapi Medikamentosa, terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki komunikasi, respon terhadap lingkungan dan menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang, dalam kasus ini gangguan terjadi di otak sehingga obat-obatan yang dipakai adalah yang bekerja di otak.
Ø Terapi Biomedis, terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat, beberapa gangguan fungsi tubuh ini akhirnya mempengaruhi fungsi otak.
Ø Terapi wicara, umumnya terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa.
Ø Terapi Pelaku, terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku tidak wajar dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima di masyarakat.
Ø Terapi Okupasi, terapi ini bertujuan membantu anak autis yang mempunyai perkembangan motorik kurang baik antara lain gerak geriknya kasar dan kurang luwes. Kemudian terapi ini akan menguatkan atau memperbaiki koordinasi dan keterangan otot halus, selain itu anak juga membutuhkan pendidikan khusus yaiu pendidikan individual terstruktur yang diterapkan dengan sistem satu guru satu anak. Sistem ini paling efektif karena tidak mungkin anak autis memusatkan satu perhatian dalam satu kelas besar.
3.     Teknik dan Strategi Seorang Terapis
·      Kondisikan supaya pembelajaran menyenangkan
·      Pilih kamar yang sunyi supaya interaksi bebas dari distraksi (pengalih perhatian)
·      Tekankan keterampilan yang harus dipahami anak autis misalnya tetap di kursi dan mengikuti perintah sederhana
·      Hindari tugas-tugas yang melibatkan bahan-bahan yang mudah patah, lempar atau digunakan tidak sesuai dengan intruksi
·      Hindarkan menggunakan bahan-bahan atau imbalan suka untuk diberikan dan diambil kembali
·      Siapkan setiap akan berlatih atau belajar dua buah kursi yang berhada-hadapan yang sama rata antar tinggi siswa dengan terapi (usahakan kursi anak lebih tinggi dibandingkan kursi terapis)
·      Ketika anak sudah patuh untuk belajar, pindahkan meja lebih dekat pada kursi

·      Setelah terapi ada kemajuan dan ada perubahan masukannlah ke sekolah umum/TK.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive