Upaya
yang dilakukan oleh orang tua untuk mengetahui perilaku anak yang autis adalah
memastikan diagnosis, sekaligus mengetahui ada tidaknya gangguan lain pada anak
untuk ikut diobati, mendiagnosis anaknya sendiri apakah anak tersebut
penyandang autisme atau bukan. Mendeteksi secara dini bagi para orang tua
terhadap gejala-gejala :
- Anak
usia 30 bulan belum bisa bicara untuk komunikasi
- Hiperaktif
dan cuek kepada orang tua dan orang lain
- Tidak
bisa bermain dengan teman sebaya.
- Ada
perilaku aneh yang diulang-ulang.
Pilihlah
dokter yang kompeten umumnya adalah Dokter anak yang mengatasi autisme, dokter
syaraf dan dokter rehabilitasi medik. Membina komunikasi dengan dokter.
Keterbukaan orang tua tentang kondisi anak, mengikuti aneka pengobatan treatment yang disarankan akan
mempengaruhi kemajuan anaknya dan merupakan syarat mutlak. Kejujuran orang tua
dalam menceritakan kondisi kesehatan anak sangat membantu dokter mengevaluasi kondisi anak yang dapat
mempengaruhi kemajuan anak. Jangan pada satu dokter karena tidak selamanya
seorang dokter benar secara mutlak. Orang tua harus memperkaya pengetahuan autisme,
terutama pengetahuan mengenai terapi yang tepat sesuai dengan anak, menguasai
terapi karena orang tua selalu bersama anak, sedangkan pengajar atau terapis
hanya sesaat dan saling bergantian. Terapis secara intensif anaknya akan
memperoleh hasil yang memuaskan, anak menunjukkan kemajuan sangat pesat,
berbicaralah sesama orang tua anak autis untuk berbagi rasa juga berbagi
pengalaman, informasi dan pengetahuan selain itu orang tua juga harus bertindak
sebagaimana saat terapi dilakukan misalnya mempersiapkan kamar khusus, mencari
dan mewawancarai terapis, mengatur jadwal, melakukan evaluasi bersama tim, juga
mampu memutuskan segala sesuatu yang berkatian dengan pendidikan terapis dan
pengobatan anak.
Terapis
harus mempunyai perilaku professional termasuk mematuhi jam kerja dan
menginformasikan jika mereka tidak datang atau terlambat. Lingkungan keluarga
juga dapat menjadi suatu lingkungan terapi yang ideal bagi anak autis.
1.
Terapi
Autisme Harus Terpadu
Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan
tapi dapat ditanggulangi dengan terapi dini, terpadu dan intensif.
Gejala-gejala autisme dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga anak bisa
bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya, bahkan
membina keluarga. Jika anak autis tidak atau terlambat mendapat interpensi
hingga dewasa, maka gejala autis bisa menjadi semakin parah, bahkan tidak
tertanggulangi melalui beberapa terapi anak autis akan mengalami kemajuan
seperti anak normal lainnya. Keberhasilan terapi tergantung beberapa faktor :
a. berat
ringannya gejala
b. makin
muda umur anak pada saat terapi dimulai semakin besar kemungkinan berhasil
c. makin
cerdas anak makin cepat menangkap hal-hal yang diajarkan
d. kemampuan
bicara dan berbahasa tidak semua penyandang autisme berhasil mengembangkan
fungsi bicara dan berbahasa.
e. Intensitas
terapi yaitu terapi harus dilakukan sangat intensif sebaliknya terapi formal
dilakukan4-8 jam sehari.
Di
samping itu seluruh keluarga pun harus ikut terlibat melakukan komunikasi
dengan anak sejak bangun pagi hingga tidur di malam hari.
2.
Beberapa
Jenis Terapi Anak Autis
Ø Terapi
Medikamentosa, terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki
komunikasi, respon terhadap lingkungan dan menghilangkan perilaku aneh serta
diulang-ulang, dalam kasus ini gangguan terjadi di otak sehingga obat-obatan
yang dipakai adalah yang bekerja di otak.
Ø Terapi
Biomedis, terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan
pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan berdasarkan banyaknya gangguan fungsi
tubuh seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan
keracunan logam berat, beberapa gangguan fungsi tubuh ini akhirnya mempengaruhi
fungsi otak.
Ø Terapi
wicara, umumnya terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka
mengalami keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa.
Ø Terapi
Pelaku, terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku tidak
wajar dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima di masyarakat.
Ø Terapi
Okupasi, terapi ini bertujuan membantu anak autis yang mempunyai perkembangan
motorik kurang baik antara lain gerak geriknya kasar dan kurang luwes. Kemudian
terapi ini akan menguatkan atau memperbaiki koordinasi dan keterangan otot
halus, selain itu anak juga membutuhkan pendidikan khusus yaiu pendidikan
individual terstruktur yang diterapkan dengan sistem satu guru satu anak.
Sistem ini paling efektif karena tidak mungkin anak autis memusatkan satu perhatian
dalam satu kelas besar.
3.
Teknik
dan Strategi Seorang Terapis
·
Kondisikan supaya
pembelajaran menyenangkan
·
Pilih kamar yang sunyi
supaya interaksi bebas dari distraksi (pengalih perhatian)
·
Tekankan keterampilan yang
harus dipahami anak autis misalnya tetap di kursi dan mengikuti perintah
sederhana
·
Hindari tugas-tugas yang
melibatkan bahan-bahan yang mudah patah, lempar atau digunakan tidak sesuai
dengan intruksi
·
Hindarkan menggunakan
bahan-bahan atau imbalan suka untuk diberikan dan diambil kembali
·
Siapkan setiap akan berlatih
atau belajar dua buah kursi yang berhada-hadapan yang sama rata antar tinggi
siswa dengan terapi (usahakan kursi anak lebih tinggi dibandingkan kursi
terapis)
·
Ketika anak sudah patuh
untuk belajar, pindahkan meja lebih dekat pada kursi
·
Setelah terapi ada kemajuan
dan ada perubahan masukannlah ke sekolah umum/TK.
No comments:
Post a Comment