1. DEFINISI SELF-EFFICACY
Pembentukan self-efficacy sangat
penting bagi human agency. Self-efficacy bukan sekedar mengetahui apa
yang harus dilakukan. Untuk melaksanakan suatu kinerja secara terampil, orang
perlu memiliki keterampilan yang dibutuhkan dan rasa percaya akan kemampuan
diri untuk menggunakan keterampilan tersebut. Keyakinan tentang self-efficacy
berbeda dengan ekspektasi tentang konsekuensi respon. Bandura (1986, p. 391)
mendefinisikan self-efficacy sebagai "a judgement of one's capability to
accomplish a certain level of performance" (penilaian tentang kemampuan
diri untuk melaksanakan suatu kinerja pada tingkat tertentu). Ekspektasi
konsekuensi respon adalah keyakinan tentang kemungkinan konsekuensi yang akan
dihasilkan oleh perilaku tersebut.
Misalnya, keyakinan bahwa anda
dapat meloncat setinggi dua meter merupakan keyakinan efficacy. Akan tetapi,
antisipasi anda tentang pengakuan masyarakat bahwa anda mampu meloncat setinggi
dua meter adalah suatu ekspektasi konsekuensi respon. Konsekuensi respon
merupakan konsekuensi dari perbuatan itu, bukan perbuatan itu sendiri. Tingkat
penguasaan (magnitude), generalitas, dan kekuatan adalah tiga dimensi
penting dari ekspektasi efficacy (Bandura, 1977). Ekspektasi efficacy dapat
bervariasi menurut tingkat kesulitan tugas yang harus dilaksanakan, misalnya
keyakinan bahwa anda dapat melaksanakan dengan baik tugas yang mudah tetapi
tidak tugas yang sulit.
Generalitas artinya tingkat
generalisasi ekspektasi penguasaan di luar situasi perlakuan tertentu. Yang
dimaksud dengan kekuatan adalah daya tahan ekspektasi tentang penguasaan
pribadi (personal mastery) meskipun mengalami berbagai kegagalan.
2. FUNGSI DAN DAMPAK KEYAKINAN
SELF-EFFICACY
Keyakinan tentang self-efficacy
turut menentukan cara orang berperilaku. Konsepsi tentang self-efficacy turut
menentukan pilihan perilaku, misalnya menentukan apa yang harus dikerjakan.
Keyakinan memiliki efficacy dapat mendorong orang untuk melakukan kegiatan,
sedangkan keyakinan bahwa tidak memiliki efficacy dapat membuat orang
menghindari kegiatan yang sesungguhnya dapat memperkaya pengalamannya.
Keyakinan yang berlebihan tentang efficacy itu bersifat disfungsional. Akan
tetapi, keyakinan efficacy yang mungkin paling fungsional adalah yang sedikit
melewati apa yang dapat dilakukan orang pada suatu saat tertentu.
Keyakinan efficacy juga turut
menentukan berapa besar usaha yang harus dilakukan dan berapa lama orang dapat
bertahan dalam menghadapi kegagalan dan kesulitan. Keyakinan yang kuat tentang
self-efficacy dapat memperkuat daya tahan orang bila menghadapi tugas yang sulit.
Di samping itu, keyakinan
efficacy mempengaruhi pikiran dan perasaan orang. Orang yang memandang dirinya
tidak memiliki efficacy dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan cenderung
membesar-besarkan defisiensi pribadinya, menjadi mudah patah semangat dan
menyerah bila menghadapi kesulitan. Sebaliknya, orang yang memiliki keyakinan
kuat bahwa memiliki efficacy, meskipun mereka mungkin akan turun semangatnya
untuk sementara bila mengalami kegagalan, tetapi cenderung akan tetap
memikirkan tugas yang sedang dihadapinya itu dan akan memperbesar usahanya bila
kinerjanya hampir mencapai tujuan.
Dalam perjuangan yang membutuhkan
daya tahan, keyakinan akan self-efficacy sangat berperan. Teori behaviorisme
tradisional harus menjawab pertanyaan bagaimana organisme yang mampu
memprediksi masa depannya tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
dirinya sendiri. Sesungguhnya orang dapat menciptakan masa depannya sendiri,
bukan sekedar meramalkannya. Keyakinan akan self-eficacy dapat mempengaruhi
perkembangan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk tugas-tugas yang
kompleks, sedangkan keyakinan akan inefficacy dapat menghambat
perkembangan tersebut.
Keyakinan akan efficacy dapat
dihadapkan pada disinsentif dan kendala kinerja. Orang mungkin memiliki
subketerampilan yang diperlukan dan self-efficacy, tetapi tidak memiliki
insentif untuk menggunakannya. Juga, orang yang memiliki efficacy mungkin tidak
memiliki sumber keuangan dan materi yang memadai sehingga tidak dapat
mengaplikasikannya. Memiliki keyakinan efficacy yang akurat untuk keterampilan
kognitif kadang-kadang sulit, karena sering kali apa yang dibutuhkan tidak
selalu tampak jelas dari apa yang dapat teramati dengan mudah. Kadang-kadang
keyakinan efficacy orang itu tidak akurat karena kegiatan kognitifnya kurang
tepat, misalnya tidak mampu mempersepsi umpan balik dan ingatannya tidak baik.
3. SUMBER-SUMBER INFORMASI
SELF-EFFICACY
Empat sumber informasi yang
penting untuk self-efficacy adalah: (1) pengalaman melalui perbuatan langsung (enactive
attainment), (2) pengalaman tak langsung (vicarious experience), (3)
persuasi verbal (verbal persuasion), dan (4) keadaan fisiologis (physiological
state). Setiap metode perlakuan dapat dipergunakan dengan satu atau lebih
dari sumber-sumber ini.
a. Pengalaman Keberhasilan
Pengalaman keberhasilan pribadi
merupakan sumber ekspektasi efficacy yang paling fundamental. Keberhasilan akan
mempertinggi ekspektasi efficacy, sedangkan kegagalan yang berulang-ulang akan
memperendahnya. Bila sudah terbentuk, keyakinan efficacy yang tinggi itu
cenderung menggeneralisasi, terutama pada situasi yang serupa dengan situasi
ketika keyakinan itu dipertinggi. b. Pengalaman Tak Langsung
Ekspektasi efficacy dapat berubah
setelah mengamati orang lain dan melihat konsekuensi positif dan negatif dari
perilaku orang itu baginya. Ekspektasi efficacy yang dibentuk melalui modelling
pada umumnya lebih lemah daripada ekspektasi yang dibentuk melalui keberhasilan
melaksanakan suatu tugas. Modelling mempengaruhi keyakinan efficacy dalam dua
cara.
Pertama, pengamat menarik
inferensi dari keberhasilan dan kegagalan model. Melihat orang yang serupa
dengannya mencapai keberhasilan melalui usaha keras akan mempertinggi keyakinan
pengamat terhadap kemampuannya sendiri. Sebaliknya, melihat orang lain
mengalami kegagalan, meskipun usahanya keras, akan menurunkan keyakinan
pengamat tentang efficacy-nya sendiri dan motivasinya pun akan menjadi lemah.
Kedua, model yang kompeten akan mentransmisikan pengetahuan dan mengajarkan
kepada pengamat keterampilan dan strategi yang efektif untuk mengatasi berbagai
tuntutan lingkungan. Dengan belajar keterampilan yang lebih baik, keyakinan
orang tentang self-efficacy-nya akan meningkat.
c. Persuasi Verbal
Persuasi verbal, seperti saran
dan nasihat, dapat juga mempengaruhi self-efficacy. Persuasi dapat berhasil
baik bila membujuk orang untuk berusaha cukup keras agar mencapai keberhasilan,
yang pada gilirannya akan mempertinggi keyakinan efficacy-nya. Akan tetapi, mempertinggi
keyakinan efficacy yang tidak realistis, yang tidak didukung oleh pengalaman
keberhasilan, mungkin akan lebih banyak bahayanya daripada kebaikannya.
d. Keadaan Fisiologis
Keadaan fisiologis dan afektif
dapat berpengaruh terhadap efficacy dalam tiga cara. Pertama, bila orang sedang
tegang dan cemas, keadaan fisiologis atau tingkat emosinya dapat berpengaruh
negatif terhadap ekspektasi efficacy-nya. Tingginya tingkat emosi biasanya
memperburuk kinerja dan karenanya akan menurunkan tingkat ekspektasi efficacy.
Pendekatan yang menurunkan tingkat emosi dapat mempertinggi keyakinan efficacy
maupun kinerja.
Dimilikinya keyakinan tentang
self-efficacy untuk mengontrol pikiran akan mempengaruhi emosi yang
dibangkitkan secara kognitif. Kedua, keadaan perasaan (mood)
mempengaruhi penilaian tentang self-efficacy: perasaan yang positif akan
meningkatkan keyakinan efficacy, sedangkan perasaan tertekan akan menghilangkan
keyakinan tersebut. Ketiga, dalam kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan
stamina, orang memandang rasa letih dan penatnya sebagai tanda-tanda melemahnya
efficacy fisik.
Informasi efficacy yang diperoleh
dari sumber pengalaman langsung, pengalaman tak langsung, persuasi, dan keadaan
fisiologis, diproses secara kognitif. Terdapat perbedaan antara informasi yang
diperoleh dari peristiwa lingkungan dan informasi yang dipilih, ditimbang, dan
diintegrasikan ke dalam penilaian self-efficacy. Pemrosesan informasi efficacy
secara kognitif melibatkan dua proses: pertama, memilih informasi yang relevan
dengan efficacy, dan kedua, menimbang dan mengintegrasikan informasi tersebut.
Mengenai informasi tentang
efficacy yang bersumber dari pengalaman langsung, tidak ada hubungan
sebab-akibat antara kualitas kinerja dan keyakinan self-efficacy. Kinerja yang
baik belum tentu mempertinggi self-efficacy. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kontribusi kinerja terhadap self-efficacy adalah: (1) tingkat kesulitan tugas,
(2) besarnya usaha yang dilakukan, dan (3) besarnya bantuan eksternal yang
diterima. Mengenai informasi tentang efficacy yang diperoleh dari sumber
pengalaman tak langsung, pengamat akan memandang bahwa model yang tingkat
kemampuannya sama, atau sedikit lebih tinggi, merupakan sumber informasi
komparatif yang paling valid.
Sehubungan dengan informasi
efficacy persuasif, pengaruhnya terkait dengan tingkat kepercayaan penerima
informasi terhadap penilaian pelaku persuasi itu. Informasi efficacy fisiologis
juga diproses secara kognitif. Yang paling berpengaruh di sini adalah sumber
dan tingkat rangsangan, serta pengalaman masa lalu tentang bagaimana rangsangan
itu mempengaruhi kinerja.
No comments:
Post a Comment