Tuesday, March 28, 2017

SELF-EFFICACY DAN TUJUAN


1. DEFINISI SELF-EFFICACY
Pembentukan self-efficacy sangat penting bagi human agency. Self-efficacy bukan sekedar mengetahui apa yang harus dilakukan. Untuk melaksanakan suatu kinerja secara terampil, orang perlu memiliki keterampilan yang dibutuhkan dan rasa percaya akan kemampuan diri untuk menggunakan keterampilan tersebut. Keyakinan tentang self-efficacy berbeda dengan ekspektasi tentang konsekuensi respon. Bandura (1986, p. 391) mendefinisikan self-efficacy sebagai "a judgement of one's capability to accomplish a certain level of performance" (penilaian tentang kemampuan diri untuk melaksanakan suatu kinerja pada tingkat tertentu). Ekspektasi konsekuensi respon adalah keyakinan tentang kemungkinan konsekuensi yang akan dihasilkan oleh perilaku tersebut.
Misalnya, keyakinan bahwa anda dapat meloncat setinggi dua meter merupakan keyakinan efficacy. Akan tetapi, antisipasi anda tentang pengakuan masyarakat bahwa anda mampu meloncat setinggi dua meter adalah suatu ekspektasi konsekuensi respon. Konsekuensi respon merupakan konsekuensi dari perbuatan itu, bukan perbuatan itu sendiri. Tingkat penguasaan (magnitude), generalitas, dan kekuatan adalah tiga dimensi penting dari ekspektasi efficacy (Bandura, 1977). Ekspektasi efficacy dapat bervariasi menurut tingkat kesulitan tugas yang harus dilaksanakan, misalnya keyakinan bahwa anda dapat melaksanakan dengan baik tugas yang mudah tetapi tidak tugas yang sulit.
Generalitas artinya tingkat generalisasi ekspektasi penguasaan di luar situasi perlakuan tertentu. Yang dimaksud dengan kekuatan adalah daya tahan ekspektasi tentang penguasaan pribadi (personal mastery) meskipun mengalami berbagai kegagalan.
2. FUNGSI DAN DAMPAK KEYAKINAN SELF-EFFICACY
Keyakinan tentang self-efficacy turut menentukan cara orang berperilaku. Konsepsi tentang self-efficacy turut menentukan pilihan perilaku, misalnya menentukan apa yang harus dikerjakan. Keyakinan memiliki efficacy dapat mendorong orang untuk melakukan kegiatan, sedangkan keyakinan bahwa tidak memiliki efficacy dapat membuat orang menghindari kegiatan yang sesungguhnya dapat memperkaya pengalamannya. Keyakinan yang berlebihan tentang efficacy itu bersifat disfungsional. Akan tetapi, keyakinan efficacy yang mungkin paling fungsional adalah yang sedikit melewati apa yang dapat dilakukan orang pada suatu saat tertentu.
Keyakinan efficacy juga turut menentukan berapa besar usaha yang harus dilakukan dan berapa lama orang dapat bertahan dalam menghadapi kegagalan dan kesulitan. Keyakinan yang kuat tentang self-efficacy dapat memperkuat daya tahan orang bila menghadapi tugas yang sulit.
Di samping itu, keyakinan efficacy mempengaruhi pikiran dan perasaan orang. Orang yang memandang dirinya tidak memiliki efficacy dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan cenderung membesar-besarkan defisiensi pribadinya, menjadi mudah patah semangat dan menyerah bila menghadapi kesulitan. Sebaliknya, orang yang memiliki keyakinan kuat bahwa memiliki efficacy, meskipun mereka mungkin akan turun semangatnya untuk sementara bila mengalami kegagalan, tetapi cenderung akan tetap memikirkan tugas yang sedang dihadapinya itu dan akan memperbesar usahanya bila kinerjanya hampir mencapai tujuan.
Dalam perjuangan yang membutuhkan daya tahan, keyakinan akan self-efficacy sangat berperan. Teori behaviorisme tradisional harus menjawab pertanyaan bagaimana organisme yang mampu memprediksi masa depannya tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dirinya sendiri. Sesungguhnya orang dapat menciptakan masa depannya sendiri, bukan sekedar meramalkannya. Keyakinan akan self-eficacy dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk tugas-tugas yang kompleks, sedangkan keyakinan akan inefficacy dapat menghambat perkembangan tersebut.
Keyakinan akan efficacy dapat dihadapkan pada disinsentif dan kendala kinerja. Orang mungkin memiliki subketerampilan yang diperlukan dan self-efficacy, tetapi tidak memiliki insentif untuk menggunakannya. Juga, orang yang memiliki efficacy mungkin tidak memiliki sumber keuangan dan materi yang memadai sehingga tidak dapat mengaplikasikannya. Memiliki keyakinan efficacy yang akurat untuk keterampilan kognitif kadang-kadang sulit, karena sering kali apa yang dibutuhkan tidak selalu tampak jelas dari apa yang dapat teramati dengan mudah. Kadang-kadang keyakinan efficacy orang itu tidak akurat karena kegiatan kognitifnya kurang tepat, misalnya tidak mampu mempersepsi umpan balik dan ingatannya tidak baik.
3. SUMBER-SUMBER INFORMASI SELF-EFFICACY
Empat sumber informasi yang penting untuk self-efficacy adalah: (1) pengalaman melalui perbuatan langsung (enactive attainment), (2) pengalaman tak langsung (vicarious experience), (3) persuasi verbal (verbal persuasion), dan (4) keadaan fisiologis (physiological state). Setiap metode perlakuan dapat dipergunakan dengan satu atau lebih dari sumber-sumber ini.
a. Pengalaman Keberhasilan
Pengalaman keberhasilan pribadi merupakan sumber ekspektasi efficacy yang paling fundamental. Keberhasilan akan mempertinggi ekspektasi efficacy, sedangkan kegagalan yang berulang-ulang akan memperendahnya. Bila sudah terbentuk, keyakinan efficacy yang tinggi itu cenderung menggeneralisasi, terutama pada situasi yang serupa dengan situasi ketika keyakinan itu dipertinggi. b. Pengalaman Tak Langsung
Ekspektasi efficacy dapat berubah setelah mengamati orang lain dan melihat konsekuensi positif dan negatif dari perilaku orang itu baginya. Ekspektasi efficacy yang dibentuk melalui modelling pada umumnya lebih lemah daripada ekspektasi yang dibentuk melalui keberhasilan melaksanakan suatu tugas. Modelling mempengaruhi keyakinan efficacy dalam dua cara.
Pertama, pengamat menarik inferensi dari keberhasilan dan kegagalan model. Melihat orang yang serupa dengannya mencapai keberhasilan melalui usaha keras akan mempertinggi keyakinan pengamat terhadap kemampuannya sendiri. Sebaliknya, melihat orang lain mengalami kegagalan, meskipun usahanya keras, akan menurunkan keyakinan pengamat tentang efficacy-nya sendiri dan motivasinya pun akan menjadi lemah. Kedua, model yang kompeten akan mentransmisikan pengetahuan dan mengajarkan kepada pengamat keterampilan dan strategi yang efektif untuk mengatasi berbagai tuntutan lingkungan. Dengan belajar keterampilan yang lebih baik, keyakinan orang tentang self-efficacy-nya akan meningkat.
c. Persuasi Verbal
Persuasi verbal, seperti saran dan nasihat, dapat juga mempengaruhi self-efficacy. Persuasi dapat berhasil baik bila membujuk orang untuk berusaha cukup keras agar mencapai keberhasilan, yang pada gilirannya akan mempertinggi keyakinan efficacy-nya. Akan tetapi, mempertinggi keyakinan efficacy yang tidak realistis, yang tidak didukung oleh pengalaman keberhasilan, mungkin akan lebih banyak bahayanya daripada kebaikannya.
d. Keadaan Fisiologis
Keadaan fisiologis dan afektif dapat berpengaruh terhadap efficacy dalam tiga cara. Pertama, bila orang sedang tegang dan cemas, keadaan fisiologis atau tingkat emosinya dapat berpengaruh negatif terhadap ekspektasi efficacy-nya. Tingginya tingkat emosi biasanya memperburuk kinerja dan karenanya akan menurunkan tingkat ekspektasi efficacy. Pendekatan yang menurunkan tingkat emosi dapat mempertinggi keyakinan efficacy maupun kinerja.
Dimilikinya keyakinan tentang self-efficacy untuk mengontrol pikiran akan mempengaruhi emosi yang dibangkitkan secara kognitif. Kedua, keadaan perasaan (mood) mempengaruhi penilaian tentang self-efficacy: perasaan yang positif akan meningkatkan keyakinan efficacy, sedangkan perasaan tertekan akan menghilangkan keyakinan tersebut. Ketiga, dalam kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan stamina, orang memandang rasa letih dan penatnya sebagai tanda-tanda melemahnya efficacy fisik.
Informasi efficacy yang diperoleh dari sumber pengalaman langsung, pengalaman tak langsung, persuasi, dan keadaan fisiologis, diproses secara kognitif. Terdapat perbedaan antara informasi yang diperoleh dari peristiwa lingkungan dan informasi yang dipilih, ditimbang, dan diintegrasikan ke dalam penilaian self-efficacy. Pemrosesan informasi efficacy secara kognitif melibatkan dua proses: pertama, memilih informasi yang relevan dengan efficacy, dan kedua, menimbang dan mengintegrasikan informasi tersebut.  
Mengenai informasi tentang efficacy yang bersumber dari pengalaman langsung, tidak ada hubungan sebab-akibat antara kualitas kinerja dan keyakinan self-efficacy. Kinerja yang baik belum tentu mempertinggi self-efficacy. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi kinerja terhadap self-efficacy adalah: (1) tingkat kesulitan tugas, (2) besarnya usaha yang dilakukan, dan (3) besarnya bantuan eksternal yang diterima. Mengenai informasi tentang efficacy yang diperoleh dari sumber pengalaman tak langsung, pengamat akan memandang bahwa model yang tingkat kemampuannya sama, atau sedikit lebih tinggi, merupakan sumber informasi komparatif yang paling valid.

Sehubungan dengan informasi efficacy persuasif, pengaruhnya terkait dengan tingkat kepercayaan penerima informasi terhadap penilaian pelaku persuasi itu. Informasi efficacy fisiologis juga diproses secara kognitif. Yang paling berpengaruh di sini adalah sumber dan tingkat rangsangan, serta pengalaman masa lalu tentang bagaimana rangsangan itu mempengaruhi kinerja. 

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive