Saturday, March 25, 2017

RESEP DAN GAMBARAN KEPRIBADIAN SUKSES ALA NEW PSYCHO-CYBERNETHIC



1. Sense of Direction (Kesadaran akan Arah)
Carilah sasaran yang layak Anda capai.  Lebih baik lagi kalau Anda tetapkan suatu proyek. Putuskanlah apa yang Anda inginkan dari satu situasi. Lihatlah ke depan, jangan ke belakang. Milikilah selalu sesuatu di depan Anda untuk dijadikan harapan.
Kembangkanlah “nostalgia masa depan” ketimbang masa lalu. “Nostalgia masa depan” itu bisa membuat awet muda. Bahkan tubuh Anda pun takkan berfungsi dengan baik,  jika Anda tidak lagi menjadi  seorang pencapai sasaran dan tidak mempunyai  harapan apa-apa lagi. Karena alasan inilah seringkali seseorang meninggal tidak lama setelah pensiun.
Kalau Anda tidak berupaya mencapai sasaran, tidak memandang jauh ke depan, maka sesungguhnya Anda tidak benar-benar hidup.
Selain sasaran-sasaran murni pribadi Anda sendiri, milikilah setidaknya satu sasaran yang bukan pribadi, dimana Anda bisa menghubungkan diri. Berminatlah dalam proyek tertentu untuk membantu sesama, bukan karena wajib, melainkan atas kemauan Anda sendiri.
2. Understanding (Pengertian)
Pengertian bergantung kepada komunikasi yang baik. Anda tidak akan bereaksi tepat kalau informasi yang Anda tindaklanjuti itu keliru dalam mengartikannya.
Untuk mengatasi suatu masalah secara efektif Anda harus mengerti sifat sejatinya. Kebanyakan kegagalan kita dalam berhubungan antar manusia adalah karena salah pengertian. Kita berharap orang lain beraksi dan memberikan respons serta mencapai kesimpulan yang sama seperti kita dari serangkaian fakta atau keadaan.
Manusia bereaksi terhadap gambaran mental mereka sendiri, bukan terhadap segala apa adanya. Kebanyakan reaksi atau posisi orang lain itu bukanlah dimaksudkan untuk membuat kita menderita, sebagai keras kepala atau berniat jahat, melainkan karena mereka artikan dan mereka tafsirkan situasinya secara berbeda-beda. Mereka hanyalah bereaksi sesuai dengan apa yang –bagi mereka- tampaknya benar dalam situasinya.
Mengakui ketulusan orang lain ketika keliru, ketimbang menganggapnya sengaja atau berniat jahat, akan membantu melancarkan hubungan antar manusia dan melahirkan pengertian yang lebih baik diantara mereka.
Tanyakanlah kepada diri sendiri ”Bagaimanakah hal ini tampaknya bagi dia?” “Bagaimanakah ia menafsirkan situasi ini?” “Bagaimanakah perasaannya tentang hal ini?”.  Cobalah mengerti mengapa ia bersikap seperti itu.
Seringkali kita ciptakan kebingungan ketika kita tambahkan opini kita sendiri terhadap fakta-fakta yang ada dan sampai pada kesimpulan yang keliru (fakta versus opini).
Fakta: Dua orang teman sedang berbisik-bisik dan berhenti ketika Anda datang
Opini: Pasti mereka sedang menggosipkan aku (reaksi negatif)
Jika Anda dapat menganalisa situasi secara tepat dan dapat memahami bahwa tindakan kedua teman Anda itu bukanlah dimaksudkan untuk menjengkelkan Anda, maka niscaya Anda pun dapat memilih respons yang lebih tepat dan produktif.
Kita harus dapat melihat kebenaran dan menerimanya, entah baik atau buruk. Seringkali kita warnai data yang diperoleh dengan ketakutan, kecemasan, atau hasrat kita sendiri.
Bertrand Russell pernah mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa Hiltler kalah dalam Perang Dunia II adalah karena dia tidak sepenuhnya memahami situasinya. Para pembawa berita buruk dihukum. Tidak lama kemudian tak seorang pun berani mengatakan yang sebenarnya. (Mungkin hal ini pula salah satu faktor yang menyebabkan kejatuhan Soeharto dengan kebiasaan laporan Asal Bapak Senang-nya).
3. Courage (Keberanian)
Mempunyai sasaran serta memahami situasinya belumlah cukup. Anda harus mempunyai keberanian untuk bertindak, sebab hanya dengan tindakanlah, sasaran, hasrat, dan kepercayaan itu dapat dijabarkan menjadi kenyataan.
Seringkali perbedaan antara orang yang sukses dengan pecundang bukanlah karena kemampuan atau ide yang lebih baik, melainkan keberanian untuk bertaruh atas ide-idenya sendiri untuk mengambil resiko yang diperhitungkan dan untuk bertindak.
Kita sering membayangkan keberanian sebagai perbuatan kepahlawanan di medan pertempuran, ketika kapal kandas, atau dalam suatu krisis. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari pun sesungguhnya  menuntut adanya keberanian.
Jangan berdiam diri yang hanya akan membuat Anda semakin terperangkap. Bersedialah membuat beberapa kesalahan, menderita sedikit kepedihan untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan.
Berlatihlah sikap berani dengan “hal-hal kecil”, jangan tunggu hingga Anda bisa menjadi pahlawan besar dalam krisis yang parah. Dengan melatih berani dalam hal-hal kecil, kita dapat mengembangkan kuasa dan talenta untuk bertindak berani dalam urusan-urusan yang lebih penting.
4. Charity (Amal/Belas kasih)
Kepribadian sukses ditandai adanya minat dan menghargai sesamanya. Mereka menghormati martabat, masalah, serta kebutuhan sesamanya. Mereka memperlakukan sesamanya sebagai manusia, ketimbang sebagai pion dalam permainan mereka sendiri. Mereka sadar bahwa setiap orang adalah makhluk Tuhan dan individu yang unik yang layak diberikan martabat dan penghormatan.
Adalah fakta psikologis bahwa perasaan kita tentang diri sendiri cenderung berhubungan dengan perasaan kita tentang orang lain. Kalau seseorang merasa beramal kepada orang lain, dia pasti mulai merasa beramal terhadap dirinya.
Orang-orang yang merasa bahwa manusia itu tidak penting, tidak mungkin menghormati dan menghargai dirinya sendiri.
Salah satu metode yang paling dikenal dalam mengatasi rasa bersalah adalah berusaha berhenti mengutuk, membenci, menyalahkan orang lain atas kesalahan-kesalahan mereka.
Anda akan mengembangkan citra diri yang lebih baik dan lebih memadai kalau Anda mulai merasa bahwa orang lain itu lebih berharga.
Memperlakukan semua orang dengan hormat adalah amal, oleh sebab itu tidaklah selalu dibalas secara individual dan seketika. Anda tidak bisa memandangnya sebagai transaksi tetapi harus memandangnya sebagai konstribusi Anda terhadap masyarakat pada umumnya.
5. Esteem (Harga Diri)
Dari segala perangkap serta kejatuhan dalam kehidupan ini, harga diri adalah yang paling mematikan, dan paling sulit diatasi karena hal itu adalah lubang dirancang dan digali oleh tangan kita sendiri, yang terangkum dalam ungkapan” Percuma, aku tak bisa melakukannya”
Waspadalah terhadap pencuri kebahagiaan yaitu kritikus di dalam diri sendiri. Ketika kritikus dalam diri sendiri mulai merendahkan kita hendaknya kita tidak ragu-ragu berteriak “Hentikan!” dan menyuruhnya kembali ke pojoknya yang gelap, pantas dihukum karena meragukan kita.
Berhentilah membawa-bawa gambaran mental tentang diri sendiri sebagai individu yang kalah mampu dibandingkan dengan yang lain. Rayakanlah kemenangan Anda, entah besar atau kecil, kenalilah dan pupuklah kekuatan-kekuatan Anda, dan terus ingatlah diri sendiri bahwa Anda bukanlah kesalahan-kesalahan Anda.
Kata “menghargai diri” secara harfiah menghargai nilai diri. Mengapa manusia takjub melihat bintang-bintang, bulan, luasnya samudera, indahnya bunga atau matahari terbenam, tetapi kenapa harus merendahkan diri sendiri? Bukankah semua itu karya Sang Khalik yang  juga menciptakan kita?
Menghargai nilai diri sendiri bukanlah egoisme, kecuali Anda berasumsi bahwa Andalah yang berjasa menjadikan diri sendiri Janganlah rendahkan produk-Nya hanya karena Anda sendiri yang kurang tepat menggunakannya.
Jadi, rahasia terbesar dari membangun harga diri ini adalah mulailah dengan berusaha menghargai sesama, hormatilah manusia manapun sebagai makhluk Tuhan yang unik dan sungguh sangat berharga.
Latihlah memperlakukan sesama Anda sebagai manusia yang berharga maka harga diri Anda sendiri pun akan meningkat.  Sebab harga diri sejati bukanlah berkat hal-hal yang hebat yang telah Anda perbuat, tetapi berkat menghargai diri sendiri apa adanya–sebagai makhluk Tuhan
6. Self Confidence (Kepercayaan Diri)
Kepercayaan diri dibangun atas pengalaman sukses. Ketika kita pertama kali memulai sesuatu, kemungkinan besar kepercayaan diri kita kecil karena kita belum belajar dari pengalaman bahwa kita bisa sukses. Ini berlaku entah belajar sepeda, berbicara di depan publik, atau dalam aktivitas lainnya.
Adalah benar sekali bahwa sukses melahirkan sukses. Sekecil apapun kesuksesan seseorang dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih sukses yang lebih besar.
Teknik penting untuk memupuk kepercayaan diri adalah dengan mengingat setiap kesuksesan yang dicapai di masa lalu dan berusaha melupakan kegagalan di masa lalu.
Tetapi apa yang seringkali dilakukan kebanyakan orang? Mereka justru seringkali menghancurkan kepercayaan dirinya, dengan mengingat kegagalan-kegagalan yang ditanamkan dalam emosinya, sementara kisah suksesnya terlupakan, sehingga akhirnya kepercayaan diri pun menghilang.
Tidak menjadi masalah seberapa sering Anda gagal di masa lalu, yang paling peting adalah upaya sukses yang seharusnya diingat, dikuatkan dan direnungkan.
Kalau kita amati kesuksesan orang lain, hampir semua kesuksesannya tidak pernah dilalui melalui jalan yang lempang, tetapi mereka justru menempuhnya secara zig-zag. Gunakanlah kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan sebagai cara untuk belajar, lalu singkirkanlah itu dari pikiran kita.
7. Self Acceptance (Penerimaan Diri)
Penerimaan diri artinya menerima diri kita sekarang secara apa adanya, dengan segala kesalahan, kelemahan, kekurangan, kekeliruan serta aset dan kekuatan-kekuatan kita. Kita harus menyadari kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan kita sebelum kita dapat mengoreksinya.
Orang yang paling nelangsa serta tersiksa di dunia ini adalah mereka yang terus berupaya meyakinkan diri sendiri mau pun orang lain bahwa mereka adalah lain dari apa yang sesungguhnya. Tak ada kelegaan atau kepuasan ketika Anda akhirnya menanggalkan segala kepura-puraan dan bersedia menjadi diri sendiri. Berusaha mempertahankan kepura-puraan bukan saja merupakan tekanan mental yang hebat, tetapi juga akan terus menerus menuntun pada kekecewaan dan frustrasi pada saat seseorang beroperasi di dunia nyata dengan keadaan diri yang fiktif.
Mengubah citra diri tidaklah berarti mengubah diri Anda, melainkan mengubah gambaran mental Anda, estimasi Anda, konsepsi Anda dan kesadaran Anda akan diri. Kita bisa mengubah kepribadian kita, tetapi tak dapat mengubah diri dasar kita.
Belajarlah diri Anda apa adanya dan mulailah dari sana. Belajarlah untuk secara emosional mentolerir ketidaksempurnaan pada diri Anda. Penting kita sadari secara intelektual kekurangan-kekurangan kita tetapi janganlah sampai kita membenci diri sendiri karenanya. Janganlah membenci diri sendiri karena Anda tidak sempurna. Tak ada seorang pun yang sempurna dan mereka yang pura-pura dirinya sempurna akan terkurung dalam kenelangsaan.
Sumber :
Maxwell Maltz. 2004. The New Psycho-Cybernetics. (alih bahasa:Arvin Saputra, editor Lyndon Saputra). Batam: Interaksara

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive