Saturday, March 18, 2017

Pembelajaran Jasmani di Taman Kanak-kanak


       Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan melalui berbagai aktivitas jasmani yang bertujuan mengembangkan individu secara organic,neuromuskuler, intelektual dan emosional. Aktivitas jasmani dalam pendidikan jasmani telah mendapatkan sentuhan dedaktik metodik sehingga dapat diarahkan pada usaha pencapaian tujuan pembelajaran dan dalam pelaksanaannya, aktivitas fisik akan tampak dalam aktivitas gerak siswa saat mereka melakukan tugas-tugas gerak dalam proses pembelajarannya.
A.  Macam-macam Gerak
        Belajar gerak dapat diartikan suatu rangkaian proses pembelajaran gerak yang dilakukan secara terencana, sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran seperti yang direncanakan dalam proses pembelajaran gerak, materi pembelajarannya adalah berbagai bentuk keterampilan gerak baik yang dikemas dalam bentuk permainan dan latihan ketangkasan maupun gerak yang sederhana atau gerak yang kompleks-multikompleks. Dalam proses pembelajarannya akan ditemui tahapan-tahapan belajar yang terdiri dari tahap kognisi, tahap fiksasi dan tahap otomatisasi.
     Tahap kognisi merupakan tahap dimana peserta didik sedang mendapatkan informasi tentang bentuk keterampilan gerak yang akan dilakukan. Gerakan tersebut akan dapat segera diterima dalam memori anak bila disajikan dengan jelas dan sederhana. makin sederhana bentuk gerak maka akan semakin cepat terbentuk dalam memori anak. Tahap fiksasi  adalah dimana peserta didik sedang merealisasikan pola gerak yang telah terbentuk dalam memorinya, agar menjadi sebuah gerakan permanen, berikan kesempatan kepada pst didik untuk mengulang-ulang dengan umpan balik yang bermakna agar pst didik dapat segera menguasainya.Pengulangan gerakan umpan balik akan menjadi dasar dari terciptanya otomatisasi gerak, yang dicirikan dengan makin sempurnanya koordinasi gerak yang dapat dilakukan oleh seseorang maka penggunaan energy semakin efisien dan efektif.
     Banyak ahli pendidikan jasmani yang mencoba membuat pengelompokan gerakan manusia, salah satunya adalah Anita Harrow. Menurut toksonomi yang dikatakan bahwa gerakan manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.    gerakan reflek: gerakan atau tindakan manusia yang timbul sebagai reaksi terhadap suatu stimulus tanpa keterlibatan kesadaran, umumnnya terjadi tanpa kemauan kita dan merupakan gerak dasar dari perilaku manusia. Gerak ini telah dimiliki sejak manusia dilahirkan dan berkembang hingga dewasa
2.    Gerakan fundamental, gerakan yang menjadi dasar untuk ketangkasan gerak yang lebih komplek. Gerakan ini terjadi atas dasar gerakan reflex yang berhubungan dengan badannya. Merupakan bawaaan sejak lahir dan terjadi tanpa melalui latihan.
3.     Kemampuan  perceptual, yang tidak dapat terpisahkan dengan fungsi gerak. Kemampuan ini membantu seseorang menafsirkan stimuli secara tepat sehingga ia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menghasilkan perilaku yang efektif dan efisien.
4.    Kemampuan fisik, diperlukan untuk mempelajari gerak agar hasil yang dicapai cukup efisien. Dalam kenyataannya, kemampuan fisik diperlukan sebagai dasar untuk mengembangkan gerakan-gerakan ketangkasan
B.       Perilaku Gerak
       Pendidikan jasmani bukan saja pendidikan terhadap badan, atau merupakan pendidikan tentang problem tubuh, akan tetapi merupakan pendidikan tentang problem manusia dan kehidupannya (lihat tujuan dan fungsi pengembangan fisik motorik di TK).  Tujuan pendidikan jasmani yang terdiri dari 4 ranah (seperti gambar pert. 1), merupakan tujuan sementara ,pelengkap dan penguat dari tujuan pendidikan.
     Berdasarkan pada 4 ranah di atas, guru pendidikan jasmani juga harus mampu merencanakan gerakan yang akan diberikan kepada peserta didik sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Khusus mengenai tahapan unjuk kerja motorik (motor behavior) dan terminal (umur anak) sebagai berikut:
Terminal
Tahapan gerak
Aktivitas karakteristik
0-2 th, masa kanak-kanak

2-7 th, masa anak-anak awal

8-12 tahun, masa anak-anak

12-dewasa, masa remaja dan masa dewasa
Gerak tak sempurna

Gerak dasar dan pemahaman efisien

Khusus (khas)


Spesialisasi
Berguling, duduk, merayap, merangkak, berdiri,berjalan dan memegang

Kesadaran gerak lokomotor, nirlokomotor /non lokomotor dan manipulasi

Penghalusan ketrampilan dan penyadaran gerak. Menggunakan gerak dasar, dalam tari, permainan/olahraga, senam dan kegiatan olahraga air

Bersifat kompetisi dan rekreasi


(Tabel 1. Teori pendidikan jasmani)[1]
Berdasarkan pada tabel di atas, usia Pra sekolah (0 – 7) tahun memiliki berbagai kemampuan gerak yang dapat dibagi menjadi 3 kategori yang merupakan focus utama dari spesialisasi pengembangan motorik:
1.   Kemampuan stabilisasi, adalah pengembangan pola gerak yang memungkinkan  anak-anak memperoleh dan mempertahankan titik pangkal eksplorasi yang mereka buat dalam rugang gerak , gerakan yang tidak menyebabkan pelakunya berpindah  tempat atau kadang-kadang disebut gerakan nonlokomotor karena menyangkut aktivitas stasioner, seperti membungkuk, memegang, menarik, memutar, mengayun dll., juga menyangkut pada pertahanan keseimbangan seperti pengubahan penyangga atau gerakan berguling.
2.   Gerak lokomotor, adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lainknya. Aktivitasnya seperti: lari, loncat, lompat dan berjingkat.
3.   Gerak manipulasi, adalah usaha mengalihkan kekuatan terhadap objek-objek, deperti melempat, memukul, mendorong dan menarik benda dan menerima dari kekuatan objek-objek  seperti menangkap, menahan, dan memegang benda. Gerakan ini memerlukan koordinasi antara mata-tangan dan mata-kaki.
     Namun demikian, dalam tiap unit proses pembelajaran pendidik jasmani harus pula memikirkan dan memperhitungkan dampak pengiring yang akan dicapainya. Dampak pengiring adalah dampak sampingan yang dapat dicapai setelah siswa menguasai keterampilan-keterampilan seperti yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dampak inilah merupakan pelengkap dari tujuan pembelajaran yang kelak dapat dicapai. Setelah peserta didik memiliki keterampilan bermain lari estafet misalnya, maka dampak pengiring yang dapat menyertainya adalah peserta didik memiliki kemampuan membangun dan mengembangkan kerjasama antarindividu dalam tim, kemampuan menempatkan diri sebagai anggota kelompok, memiliki kepercayan diri dan kemenangan bersama dll.



[1] Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, 2001

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive