Terdapat perbedaan antara
pengetahuan dan keterampilan. Dalam banyak domain, orang perlu melampaui
struktur pengetahuannya untuk mengembangkan tindakan yang terampil.
Pengembangan keterampilan menuntut orang untuk memiliki konsepsi yang tepat
mengenai keterampilan yang ditargetkannya, yang cocok dengan upayanya untuk
melaksanakan keterampilannya tersebut. Pengalaman merupakan kendaraan untuk
menerjemahkan pengetahuan menjadi keterampilan. Orang menerapkan informasi yang
diperolehnya dari pengalaman itu untuk melakukan penyesuaian dalam aspek ruang
dan waktu dari kinerjanya, hingga apa yang dikerjakannya itu mendekati
kecocokan dengan konsepsi kognitifnya mengenai kinerja terampil itu.
a. Fungsi Konsekuensi Respon
Teori kognitif sosial memandang
belajar melalui konsekuensi respon sebagai suatu proses kognitif. Melalui
pengalaman, orang menyadari konsekuensi positif dan negatif dari tindakannya.
Akan tetapi, proses belajar itu tidak berhenti di sini, karena orang melihat
dampak responnya. Jadi, reinforcement tidak otomatis memperkuat suatu
kecenderungan untuk merespon, tetapi penguatan itu terjadi dengan mengubah
variabel kognitif dari informasi dan motivasinya.
Misalnya, dengan menelaah
pola-pola konsekuensi respon, orang dapat melihat konsepsi dan aturan-aturan
perilaku. Juga, jika konsekuensi respon itu dipandang bernilai tinggi, maka ini
akan mendorong dan memperkuat perilaku. Dengan kata lain, berlawanan dengan
pandangan mekanistik, konsekuensi menentukan perilaku terutama melalui
intervensi berpikir. Istilah "reinforcement" dapat menyesatkan karena
mengandung konotasi merespon secara otomatis dan memperkuat respon. Oleh karena
itu, pengaturan perilaku (regulation of behaviour) merupakan konsep yang lebih
baik daripada reinforcement.
b. Efisiensi Enactive Learning
Orang berbeda-beda dalam
kemampuannya untuk memperoleh pengetahuan dari konsekuensi respon. Mereka
mungkin berbeda dalam pengetahuan dan pengalamannya sebelumnya, sehingga
berbeda pula dalam kekayaan aturan yang dapat dipilihnya atau dikembangkannya
untuk melaksanakan suatu perilaku jika aturan tersebut belum dimilikinya.
Belajar akan lebih efisien bila konsekuensi muncul langsung sesudah tindakan,
teratur, dan tanpa dibingungkan oleh kejaidian-kejadian lain.
Jika orang kekurangan kompetensi, kompetensi tersebut dapat diajarkan
secara verbal dengan mengajarkan perilaku jenis mana yang fungsional. Di
samping itu, orang dapat dibimbing secara fisik untuk melakukan suatu perilaku
dan ambil bagian dalam prosedur modelling secara bertahap. Sebagaimana
disebutkan di muka, teori kognitif sosial memandang modelling, yang mengarah
pada belajar dengan mengamati melalui proses simbolik, sebagai cara utama
mentransmisikan bentuk-bentuk perilaku baru
No comments:
Post a Comment