Secara kodrat orang tua adalah pendidik yang pertama dan
utama terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya di rumah. Prediket
orang tua sebagai pendidik di rumah datang secara otomatis setelah pasangan
suami istri dikaruniai anak.
Yang disebut pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap
orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan
dirinya dan orang lain. Pendidik dalam Islam juga disebut sebagai orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didiknya, baik berupa potensi afektif
(rasa), kognitif (rasa), dan psikomotor (karsa).
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang
yang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam
persepektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional
kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan,
keterampilan.
Orang tua, dalam perspektif ini merupakan orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anaknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah, SWT dan mampu melakukan
tugas sebagai makhluk social dan sebagai makhluk individu yang mandiri
nantinya.
Orang tua punya wewenang mutlak dalam mendidik anak-anaknya
dirumah, dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Orang tua sebagai
orang dewasa pertama yang memikul tanggungjawab pendidikan, sebab secara alami
anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya.
Dari merekalah anak mulai mengenal kaidah-kaidah pendidikan. Dasar-dasar
pandangan hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak
berada di tengah-tengah orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan segala hal
yang mereka ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri yang ingin
mengetahuinya.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga
akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan
kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan dalam lingkungan keluarga inilah yang
nantinya akan dijadikan modal dasar untuk mengikuti pendidikan dijenjang
berikutnya yaitu ketika anak memasuki pendidikan formal/sekolah.
Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak atas
dorongan kasih sayang itu selanjutnya dilambangkan Islam dalam bentuk kewajiban
yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, SWT. Orang tua dalam
pandangan ini adalah ibu dan bapak yang masing-masing mempunyai tanggungjawab
yang sama dalam pendidikan anak.
Secara garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi
orang tua dalam keluarga terhadap anaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1.
Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak.
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominant adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah mereka atau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telah Allah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi: Artinya: jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari panasnya api neraka.
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominant adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah mereka atau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telah Allah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi: Artinya: jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari panasnya api neraka.
Muhammad
Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam bukunya. Pertama, senantiasa
membacakan kalimat Tauhid pada anaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada
Allah dan Rasulnya. Ketiga, mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan
nilai-nilai pengorbanan dan perjuangan.
Akhlak
adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan
pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari
orang tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara
ibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakan bahwa setiap
individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikan teladan ataupun idola
bagi mereka.
2.
Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Intelektual
Pembinaan
intelektual dalam keluarga memgang peranan penting dalam upaya meningkatkan
kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang
berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana
firman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang
Artinya: Allah akan mengangkat
derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantarakalian.
Nabi
Muhammad juga mewajibkan kepada pengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai
kapanpun sebagaimana sabda beliau yang
Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslim dan muslimat.
Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslim dan muslimat.
3.
Menanamkan dan Melakukan Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatar belakanginya. Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak si anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatar belakanginya. Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak si anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
Dalam
literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak, orang tua hendaknya harus
memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.
a) Orang tua jangan bertindak keliru
terhadap anaknya, misalkan: terlalu memanjakan, terlalu keras, terlalu lemah,
dan sejenisnya.
b) Orang tua harus menyediakan waktu
cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa kasih dan sayang.
c) Kekuasaan yang dimiliki orang tua
jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab hal ini dapat
menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
No comments:
Post a Comment