Persepsi berperan aktif dalam setiap emosi,
termasuk emosi yang dianggap sebagai emosi primer, seperti gembira dan marah
(Schacter dan Singer, 1962). Emosi dapat dihasilkan dan dipengaruhi oleh keyakinan, persepsi terhadap
situasi, harapan dan atribusi. Inilah penjelasan bahwa orang menciptakan
perilakunya sendiri dan perilaku orang lain. Contohnya, andaikata anda mendapat
nilai A dalam ujian tengah semester anda; seperti apakah perasaan anda?
Andaikata anda mendapat nilai D pada ujian tersebut, seperti apakah perasaan
anda? Sebagian besar orang menganggap keberhasilan akan membawa kebahagiaan dan
kegagalan akan membawa ketidak bahagiaan, namun emosi yang akan anda rasakan
akan lebih bergantung pada bagaimana penjelasan yang anda miliki mengenai cara
anda memperoleh hasil itu sendiri. Apakah Anda mengatribusikan nilai yang Anda
dapat dengan kerasnya usaha yang anda dapat dengan kerasnya usaha yang telah
anda lakukan? Atau Anda mengatribusikan nilai itu dengan dosen Anda, nasib,
atau keberuntungan?. Pada beberapa penelitian, siswa yang mempercayai bahwa
mereka mendapatkan nilai yang baik sebagai hasil dari usaha yang telah mereka
lakukan, cendrung merasa bangga, senang dan puas. Para siswa yang mempercayai
faktor keberuntungan, akan merasa berterima kasih, terkejut atau bersalah. Para
siswa yang mempercayai bahwa kegagalan mereka disebabkan oleh kesalahan mereka
sendiri, cendrung merasa bersalah, dan akhirnya, siswa yang menyalahkan orang
lain atas kegagalan mereka cendrung merasa marah (Weiner, 1986).
Sejalan dengan cerebral cortex pada anak,
kognisi dan emosi akan menjadi lebih kompleks. Beberapa emosi bergantung
sepenuhnya pada perkembangan kedewasaan dari kapasitas kognisi yang lebih
tinggi. Sebagai contoh, perasaan malu dan bersalah pada anak-anak tidak akan
muncul hingga anak-anak berkembang melalui tahap
5
infancy, karena emosi-emosi memerlukan keberadaan konsep diri dan persepsi bahwa
kita telah berlaku salah atau kita telah mengecewakan orang lain (Baumeister,
Stillwell, dan Heatherton, 1994; Tangney dkk., 1996).
si melalui proses
kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan
selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses belajar.
4
Yang juga dipelajari dalam perkembangan emosi
adalah objek-objek dan situasi-situasi yang menjadi sumber emosi. Seorang anak
yang tidak pernah ditakut-takuti di tempat gelap, tindakan takut kepada tempat
yang gelap. Pria Amerika jarang menangis pada peristiwa-peristiwa seperti
perkawinan, gagal ujian, dan sebagainya. Tetapi pria Prancis lebih mudah untuk
mencucurkan air mata dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
No comments:
Post a Comment