Bagi seorang pendidik anak usia dini,
pemahaman tentang teori kecerdasan majemuk itu penting, tetapi ada hal yang
lebih penting lagi yaitu bagaimana menerapkan teori tersebut dalam kegiatan
sehari-hari. Pembelajaran dengan kecerdasan majemuk sangatlah penting untuk
mengutamakan perbedaan individu pada anak didik.
Implikasi teori kecerdasan majemuk
dalam proses pendidikan dan pembelajaran adalah bahwa pengajar perlu
memperhatikan modalitas kecerdasan dengan cara menggunakan berbagai strategi
dan pendekatan sehingga anak dapat belajar dengan gaya belajarnya
masing-masing.
Multiple
intelegence adalah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana
individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan
sesuatu.
Gardner (1999:17-27) pada mulanya
memaparkan 7 aspek intelegensi yang menunjukkan kompetensi intelektual yang
berbeda, kemudian menambahkan menjadi 8 aspek kecerdasan yaitu : kecerdasan
linguistik, logika matematika, kinestetik, spasial, musikal, intrapersonal,
interpersonal, dan kecerdasan naturalis. Tetapi dalam penerapan di indonesia
ditambahkan menjadi 9 kecerdasan yaitu kecerdasan spiritual.
Kesembilan kecerdasan tersebut dapat
saja dimiliki individu/anak, hanya saja dalam taraf yang berbeda.
Kemudian menurut Gardner (1993:3-5),
mengemukakan teori yang disebut sebagai ”multiple intelegences” dalam bukunya Frames of Mind, mengatakan : ada banyak
cara dan anak-anak dapat menggunakan intelegensinya yang berbeda untuk
mempelajari sebuah keterampilan atau konsep.
Teori pengembangan kecerdasan
majemuk saat ini sering digunakan oleh para pendidik, baik orang tua di rumah
ataupun guru di sekolah. Padahal dalam hal ini para orang tua atau guru telah
mengetahui secara naluriah bahwa anak-anak belajar dengan gaya dan cara yang
berbeda.
Tujuan penting dalam mengetahui
berbagai aspek yang terdapat dalam pengembangan kecerdasan majemuk adalah
diharapkan para orang tua/guru dapat memperlakukan anak sesuai dengan cara dan
gaya belajarnya masing-masing. Dan mengingat dengan tingkat kecerdasan yang
tinggi, seseorang akan semakin mampu dalam meciptakan hal-hal baru yang berguna
bagi dirnya dan orang lain, serta hasil karya dalam bidang apapun merupakan
hasil kecerdasan yang dimiliki seseorang.
Untuk lebih memahami tentang
kecerdasan majemuk yang dapat dikembangkan pada diri anak didik, maka akan
diuraikan 3 (tiga) dari sembilan kecerdasan majemuk diantaranya :
a) Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan
memahami, memproses, dan berpikir dalam bentuk visual. Seseorang dengan
kecakapan ini mampu menerjemahkan bentuk gambaran dalam pikirannya ke dalam
bentuk dua atau tiga dimensi.
Kecerdasan visual spasial dapat mempengaruhi
proses belajar anak di sekolah. Salah satunya, membantu anak memahami soal
cerita matematika. Umumnya anak cerdas spasial memiliki metode belajar
visualisasi berdasarkan penglihatan. Latihan bisa diterapkan saat anak di usia
balita awal lewat kegiatan sehari-hari.
·
Cara
Mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak adalah :
-
Menggambar
dan melukis
Kegiatan ini adalah yang paling sering dilakukan, mengingat kegiatan ini
dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan biaya relatif murah. Biarkanlah
anak menggambar atau melukis sesuai dengan keinginan imajinasinya.
Kegiatan ini dapat melatih dan merangsang kreativitas, imajinasi dan ajang
bagi anak untuk mengekspresikan diri.
-
Mencoret-coret
Mencoret biasanya dimulai sejak usia sekitar 18 bulan, merupakan sarana
untuk mengekspresikan diri, mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya,
menuntut koordinasi tangan dan mata anak, walaupun coretannya belum tentu
langsung terlihat isinya.
-
Menyanyi,
mengenal dan membayangkan suatu konsep
Dibalik kegembiraan anak saat melakukan kegiatan ini, seni dapat juga
membuat anak lebih cerdas. Melalui menyanyi, anak mengenal berbagai konsep.
Lagu mengenai pemandangan, misalnya anak mengenal konsep bukit, sungai, sawah,
langit dan gunung. Kemampuan spasial anak pun terarah. Referensi imajinasinya
kian bertambah.
-
Membuat
Prakarya
Kegiatan ini dapat pula meningkatkan kecerdasan spasial anak. Kerajinan
tangan yang dapat dilakukan oleh anak adalah menggunakan kertas. Misalnya
melipat, menganyam, mencocok, merobek, dan menempel. Kegiatan ini menuntut
kemampuan memanipulasi bahan, kreatif, merangsang imajinasi serta dapat
membangun kepercayaan diri pada anak.
-
Mengunjungi
berbagai tempat
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengajaknya ke museum, kebun binatang,
menempuh perjalanan alam lainnnya.
-
Melakukan
permainan konstruktif dan kreatif
Kegiatan ini dilakukan dengan sejumlah permainan seperti membangun
konstruksi. Anak dapat menggunakan alat permainan seperti : balok-balok,
puzzle, maze, dan permainan yang ada pada sudut-sudut.
b) Kecerdasan
Interpersonal / Bersosialisasi
Amstrong (2002:4) berpendapat bahwa kecerdasan
interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain. Adapun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah memimpin,
mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi,
menjadi pendamai, permainan kelompok, klub, teman-teman kelompok dan kerjasama.
Campbell, Campbell, dan Dickinson (2002 : 183-196)
menjelaskan bahwa tujuan materi program dalam kurikulum yang dapat
mengembangkan kecerdasan interpersonal antara lain : belajar kelompok,
mengerjakan suatu proyek, resolusi konflik, mencapai konsensus, tanggung jawab
pada diri sendiri, berteman dalam kehidupan sosial, dan atau pengenalan jiwa
orang lain.
Sujiono dan Sujiono (2004 : 297-298) menguraikan
bahwa cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak yakni (1)
mengembangkan dukungan kelompok, (2) menetapkan aturan tingkah laku, (3)
memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah, (4) bersama-sama menyelesaikan
konflik, (5) melakukan kegiatan sosial di lingkungan, (6) menghargai perbedaan
pendapat antara si kecil dengan teman sebaya, (7) menumbuhkan sikap ramah dan
memahami keragaman budaya lingkungan sosial, dan (8) melatih kesabaran menunggu
giliran bicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu.
c) Kecerdasan Kinestetika
Amstrong (2002:3) berpendapat bahwa kecerdasan
kinestetik atau kecerdasan fisik adalah : suatu kecerdasan di mana saat
menggunakannya seseorang mampu atau trampil menggunakan anggota tubuhnya untuk
melakukan gerakan seperti, berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan
kegiatan seni dan hasta karya.
Campbell, Campbell dan Dickinson (2002 : 77-96)
menjelaskan bahwa tujuan materi program dalam kurikulum yang dapat
mengembangkan kecerdasan fisik antara lain : berbagai aktivitas fisik, berbagai
jenis olahraga, modeling, dansa, body
language.
Sujiono dan Sujiono (2004 : 290-292) menguraikan
cara menstimulasi kecerdasan fisik pada anak antara lain sebagai berikut :
-
Menari
Anak-anak pada dasarnya menyukai musik dan tari. Untuk mengasah kecerdasan
fisik ini dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk menari bersama karena
menari menuntut keseimbangan, keselarasan gerak tubuh, kekuatan dan kelenturan
alat.
-
Bermain
peran/drama
Melalui kegiatan bermain peran, kecerdasan gerakan tubuh anak juga dapat
terangsang. Kegiatan ini menuntut bagaimana anak menggunakan tubuhnya
menyesuaikan dengan perannya bagaimana ia harus berekspresi, termasuk juga
gerakan tangan. Kemampuan sosialisasinya pun berkembang karena ia dituntut
dapat bekerja sama dengan orang lain.
-
Latihan
Keterampilan Fisik
Berbagai latihan fisik dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik
anak, tentunya latihan tersebut disesuaikan dengan usia anak. Misalnya,
aktivitas berjalan di atas papan titian. Aktivitas ini dapat dilakukan saat anak
berusia 3-4 tahun. Selain melatih kekuatan otot aktivitas ini juga melatih
untuk belajar keseimbangan.
-
Olahraga
Berbagai kegiatan olahraga dapat meningkatkan kesehatan dan juga
pertumbuhan. Olahraga harus dilakukan sesuai dengan perkembangan motorik anak,
seperti berenang, sepak bola mini, main tenis, bulu tangkis ataupun senam. Pada
dasarnya kegiatan olahraga merangsang kecerdasan menggerakkan anggota tubuh
anak.
No comments:
Post a Comment