Monday, March 13, 2017

PERMASALAHAN PADA PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI




          Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar (Sujiono, 2009:6). Anak usia dini atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2005:162).
            Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak (Sujiono, 2009:6).
Dari berbagai perubahan yang tampak selama proses pembelajaran di taman kanak-kanak maka secara makro permasalahan anak taman kanak-kanak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok masalah, yaitu masalah pribadi, sosial dan keterampilan. Masalah pribadi adalah masalah yang berkenaan dengan pemahaman anak terhadap kondisi diri dan lingkungannya, pembentukan konsep diri dan harga diri, menumbuhkan motivasi (dorongan) untuk berprestasi, menumbuhkan perilaku bertanggung jawab dan kemampuan menyesuaikan diri.
Masalah sosial adalah masalah yang berkenaan dengan hubungan interpersonal yaitu bagaimana anak mampu berhubungan dengan teman sebaya, orang yang lebih muda, yang lebih tua atau dengan orang tua, serta bagaimana berhubungan dengan orang lain yang memiliki latar belakang budaya atau kebiasaan yang berbeda dengan dirinya. Anak yang berada di dalam satu kelas taman kanak-kanak adalah anak yang datang dari lingkungan keluarga yang berbeda-beda. Perbedaan keluarga ini membawa perbedaan dalam kebiasaan, pola pengasuhan, adat istiadat dan sebagainya. Adanya perbedaan budaya ini membuat guru dan anak-anak harus mampu.
Keluarga dapat menjadi salah satu sebab timbulnya masalah pada diri anak, walau kadangkala keluarga (orang tua atau anggota keluarga lain) kurang menyadari bahwa apa yang dilakukannya yang memberikan dampak terhadap perilaku anak sehari-hari. Layanan konseling pada dasarnya merupakan suatu layanan yang bersifat terapeutik (penyembuhan) dan layanan ini hanya dapat dilakukan oleh petugas yang memiliki kemampuan atau kewenangan untuk melakukan konseling. Guru di taman kanak-kanak tidak dibekali untuk memiliki kemampuan konseling, guru konseling dapat menggunakan materi ini sebagai gambaran atau upaya memahami perlakuan yang dapat dilakukan bila menemukan permasalahan pada anak. Bila ternyata masalah yang dihadapi anak cukup berat maka guru dapat melakukan referal (mengalihtangankan) penanganan kepada ahlinya, misalnya kepada konselor atau psikolog.
Pelaksanaan layanan bimbingan yang berorientasi kepada masalah yang dihadapi anak akan diuraikan berdasarkan dua kelompok masalah yaitu masalah pribadi dan sosial.
a. Pelaksanaan layanan bimbingan yang berorientasi kepada masalah pribadi anak
Permasalahan pribadi pada anak bisa ditunjukkan anak melalui perubahan perilaku, jarang anak mampu mengungkapkan masalahnya secara verbal karena anak cenderung sulit menyampaikannya. Keterbatasan bahasa dan pola pikir anak seusia taman kanak-kanak ini menuntut guru untuk lebih memahami adanya perubahan yang terjadi pada anak didik.
Berikut ini dipaparkan satu contoh riil yang terjadi pada anak berkaitan dengan masalah pribadi yang dialami anak usia taman kanak-kanak. Seperti yang diuraikan pada bahasan sebelumnya, layanan konseling pada anak dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1). Identifikasi Masalah
Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui masalah apa dihadapi anak. Misalnya, ketika guru di kelas mengajak anak untuk belajar menempel suatu gambar dengan menggunakan bulu ayam, salah seorang anak bernama Risma tidak melakukannya. Penolakan ini seringkali ditunjukkan Risma guru mengajak anak belajar menggunakan media ayam atau sejenisnya. Dalam langkah ini guru mencoba mengumpulkan berbagai data atau informasi masalah yang mungkin dihadapi Risma. Upaya yang dilakukan guru dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan tentang kemungkinan adanya masalah yang dihadapi Risma.
2). Analisis Masalah
Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui atau mengecek seberapa jauh anak mengalami masalah, apakah masalah itu bersifat menetap atau terus menerus timbul pada diri anak atau bersifat insidental. Selain itu perlu dicek pula apakah masalah ini mempengaruhi aspek perkembangan lainnya atau tidak langkah ini dapat dilakukan dengan melihat perkembangan perilaku dan hasil pembelajaran ditunjukkan anak. Misalnya dari keberanian bicara, keberanian tampil di depan kelas, hasil karya kemampuan menjawab pertanyaan guru, aktivitas sosial anak dan lain-lain. Seperti contoh anak Risma, guru menganalisis masalahnya dari aktivitas kemampuan lain ditunjukkan Risma, apakah Risma menjadi anak yang menolak kegiatan-kegiatan lain, mengisolasi diri, sering gemetar/takut bila berhadapan dengan bulu ayam atau sejenisnya, pemarah atau pendiam.
Selain itu guru juga dapat melakukan percakapan, seperti contoh di bawah ini:
Guru :"Ibu lihat Risma belum menyentuh dan mengerjakan gambar, apa Risma hari ini sedang sakit?
Risma : (menggeleng)
Guru :"Risma menggambarnya mau diberi warna saja atau ditempel bulu ayam?
Risma : "Diberi warna saja"
Guru : "Kalau ibu temani dan bantu memegang bulu ayamnya untuk ditempel digambar Risma mau tidak?" (sambil memberikan bulu ayamnya pada Risma)
Risma : (menggeleng sambil menjauhkan badannya dari bulu ayam).

3). Diagnosis
Langkah ini dimaksudkan untuk menemukan latar belakang masalah yang dihadapi anak, apakah masalah itu bersumber dari diri sendiri atau dari lingkungannya. Diagnosis dapat dilakukan dengan cara : (a) melihat sejak kapan perilaku masalah itu muncul, (b) melakukan percakapan dengan anak, (c) melakukan percakapan dengan orang tua, atau (d) melakukan kunjungan rumah (home visit).
Kedalaman masalah dapat dirasakan berbeda-beda oleh setiap anak. Hal ini mempengaruhi bagaimana anak menyikapi masalah yang dihadapinva. Percakapan dengan anak dapat dilakukan bilamana anak memiliki kemampuan verbal yang cukup baik, permasalahan yang dialami anak tidak terlalu berat dan ungkapan bahasa atau pertanyaan yang diberi guru sesuai dengan kemampuan berfikir anak. Bilamana ini tidak dapat dilakukan, maka upaya menemukan latar belakang masalah dapat dilakukan melalui percakapan dengan orang tua dan kunjungan rumah (home visit).
Contoh percakapan guru dengan orang tua sebagai berikut:
Guru : "Ibu, akhir-akhir ini saya melihat Risma tidak berminat untuk belajar menempel bila menggunakan media bulu ayam. Setiap belajar yang menggunakan bulu ayam selalu menolak dan kadang minta diganti dengan media yang lain. Boleh saya tahu bagaimana pendapat Ibu?”
Ibu Risma : "Kalau di rumah Risma biasa-biasa saja, dan tidak pernah cerita kalau di TK dia tidak bisa mengerjakan sesuatu. Biasanya Risma kalau menggambar memang selalu minta krayon atau pensil warna. Karena dia minta itu, ya saya berikan apa yang dia minta"
Guru : "Saya pernah menemani Risma untuk menempel gambar dengan bulu ayam, tapi Risma selalu menolak dan malah menjauhi saya karena saya memegang bulu ayam, menurut Ibu mengapa sikap Risma begitu?"
Ibu Risma : "Saya tidak mengerti mengapa Risma bersikap begitu, apa Risma menunjukkan sikap lainnya Bu?"
Guru :"Ya, ketika saya memberikan bulu ayam, Risma terlihat agak ketakutan dan tangannya gemetar. Menurut Ibu, apakah Risma pernah mengalami suatu peristiwa dengan bulu ayam, atau Risma pernah melakukan kesalahan dan seringkali berhubungan dengan bulu ayam?"
Ibu Risma: "Ya ya, di rumah kalau Risma nakal atau tidak nurut apa yang diminta Bapaknya, Bapak suka menakut-nakutinya dengan kemoceng (pembersih debu dari bulu ayam). Apa mungkin itu penyebabnya?"
Guru : "Mungkin saja, sikap yang ditunjukkan Bapak dengan menakut-nakuti Risma pakai kemoceng membuat Risma merasa ketakutan dan menganggap setiap bulu ayam akan melukai dirinya"
3). Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk menetapkan bantuan yang akan diambil, apakah bantuan ini langsung berhubungan dengan anak atau perlu keterlibatan teman lain dan
anggota keluarganya. Seperti yang diuraikan di awal, permasalahan anak mungkin disebabkan oleh hambatan yang ada pada dirinya atau disebabkan karena lingkungan dalam hal ini lingkungan teman lingkungan atau keluarga.
Keterlibatan bantuan orang tua dalam upaya mengurangi atau menghilangkan masalah yang dihadapi anak jelas diperlukan karena hubungan anak dengan orang tua relatif kuat. Selain dari itu, penyebab anak mengalami masalah bisa disebabkan karena salahnya perlakuan orang tua terhadap anak sehingga anak mengalami masalah tertentu.
Dalam langkah prognosis, guru menetapkan langkah apa yang akan diambil untuk mengurangi rasa takut Risma bila berhadapan dengan bulu ayam. Alternatif yang mungkin dapat dilakukan guru adalah:
a.    Bercakap-cakap dengan Risma untuk menumbuhkan pemahaman bahwa bulu ayam tidak akan melukai dirinya.
b.    Menyimpan atau menggantungkan bulu ayam di dalam kelas dengan posisi yang tidak terlalu dekat untuk membiasakan Risma melihat dan memperhatikan bulu ayam.
c.    Bekerja sama dengan orang tua untuk menghilangkan kebiasaan memukul atau memarahi anak dengan memegang/memperlihatkan kemoceng (bulu ayam)
d.   Melakukan pembelajaran yang menggunakan bulu ayam dengan melibatkan teman-temannya.
Teman-temannya diminta untuk membuat sesuatu dengan bulu ayam dan Risma dilibatkan secara perlahan-lahan dalam kegiatan tersebut.
4) Pelaksanaan bantuan
Dari beberapa alternatif bantuan yang ada, guru menetapkan langkah mana yang akan dilakukan. Setelah menetapkan bantuan yang akan digunakan, guru kemudian melaksanakan bantuannya. Misalnya guru memilih alternatif bantuan : (a) bekerja sama dengan orang tua, dan (b) melaksanakan pembelajaran dengan melibatkan teman-temannya.
Untuk melibatkan peran orang tua dalam upaya membantu mengurangi atau menghilangkan hambatan yang dihadapi anak perlu kemampuan berkomunikasi yang baik dari seorang guru taman kanak-kanak. Langkah hambatan yang dihadapi anak mengurangi atau menghilangkan hambatan yang dihadapi anak perlu kemampuan berkomunikasi yang baik dari seorang guru taman kanak-kanak. Guru perlu memperhatikan hal-hal berikut :
(a)      Tidak menggunakan kata-kata yang akan menyinggung perasaan.
(b)     Tidak bertindak seolah-olah menggurui
(c)      Tidak menyalahkan peran orangtua maupun anak
(d)     Mengajak orangtua untuk melakukan perbaikan dan memilih langkah yang terbaik bagi perkembangan anak.
(e)      Bersikap sabar, hangat dan penuh pengertian.
(f)      Keterlibatan teman dalam proses perbaikan bagi anak yang bermasalah merupakan suatu solusi (pemecahan) yang dapat dilakukan, berhubung anak pada usia taman kanak-kanak adalah masa bersosialisasi. Kelekatan dan kepedulian anak terhadap temannya pada usia ini relatif tinggi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan bantuan pada anak yaitu:
(a)      Tidak perlu menceritakan kesulitan atau kekurangan yang dimiliki anak (Risma) kepada temannya, karena akan menimbulkan penilaian dari anak lain bahwa Risma takut terhadap sesuatu yang tidak riil (nyata)
(b)     Melibatkan Risma dalam upaya perbaikan perlu dilakukan secara perlahan dan tanpa paksaan, dengan paksaan dapat membuat anak menolak dan menumbuhkan ketakutan yang berlebih
(c)      Perlu diciptakan suasana yang menyenangkan selama proses perbaikan
(d)     Perlu diberikan penguatan (reinforcement) bilamana Risma menunjukkan perubahan sikap ke arah yang baik, misalnya dengan mengatakan "sekarang Risma lebih pintar, sudah bisa membuat gambar yang lebih baik".
(e)      Perlu diciptakan suasana saling membantu antara teman dengan Risma dengan cara melakukan pekerjaannya secara berkelompok.
5). Penilaian dan tindak lanjut
Penilaian dan tindak lanjut dimaksudkan untuk mengevaluasi langkah dan bantuan yang telah diberikan pada anak. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan melihat perubahan perilaku yang terjadi pada anak, apakah anak mnunjukkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik atau bahkan mengalami kemunduran. Bila perilaku anak ternyata tidak ada perubahan atau bahkan menjadi lebih buruk maka guru perlu mengintrospeksi langkah-langkah yang sudah dilakukan. Ketidakberhasilan itu mungkin terjadi karena :
(a). Tidak- tepat mengidentifilasi masalah yang dihadapi anak
(b). Perlu dilakukan alternatif lain yang dipandang lebih tepat
(c). Keterlibatan orang tua perlu dilakukan secara terus menerus
(d). Menciptakan situasi yang aman dan menyenangkan bagi anak baik di rumah maupun di taman kanak-kanak.
b. Pelaksanaan layanan bimbingan yang berorientasi kepada masalah sosial anak
1) Identifikasi masalah
Contoh masalah sosial yang dapat digambarkan pada bagian ini yaitu masalah anak taman kanak-kanak yang sering menyerang temannya. Ketika aktivitas pembelajaran berlangsung baik di dalam kelas terlihat seorang anak (Dian) ribut dengan temannya, Dian merebut pinsil warna temannya dan terjadi saling tarik menarik. Teman Dian berusaha mempertahankan barang miliknya, tapi Dian memaksa dan akhirnya memukul temannya. Dari peristiwa itu, teman Dian menangis dan Dian dengan tenangnya mengambil pinsil dan mewarnai gambar miliknya.
Guru di kelas melihat peristiwa itu dan mencatat peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang terjadi pada Dian merupakan satu contoh perubahan perilaku yang ditunjukkan anak. Guru perlu memahami mengapa anak, bertingkah demikian. Sebagai pembimbing guru perlu melakukan identifikasi terhadap masalah yang dihadapi Dian.
2). Analisis masalah
Guru dapat menganalisis masalah yang mungkin dihadapi Dian dalam jangka waktu tertentu. Guru dapat mengamati tingkah laku Dian apakah dalam setiap kegiatan Dian menunjukkan aktivitas yang sama atau Dian melakukan hal itu hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Guru dapat mengecek perilaku Dian dengan beberapa cara, misalnya memenuhi permintaan Dian bila sedang mengerjakan tugas tertentu, diberi kesempatan untuk tampil di depan kelas untuk bernyanyi atau bercerita, melakukan aktivitas kelompok atau memberi tugas pada anak secara berkelompok dan sebagainya. Dari perlakuan-perlakuan ini guru perlu menganalisis dan menandai pada saat-saat kapan Dian menunjukkan aktivitas tersebut, dan adakah aktivitas lain yang ditunjukkan Dian yang merugikan temannya atau akan menjadi masalah bagi dirinya.
3). Diagnosis
Untuk mengetahui berbagai faktor penyebab mengapa Dian bersikap sering menyerang temannya, maka guru perlu melakukan berbagai langkah, diantaranya (1) guru melakukan pendekatan terhadap anak (Dian), dan (2) guru melakukan pendekatan terhadap orang tua Dian.
(a). Pendekatan terhadap anak (Dian)
Pendekatan terhadap Dian dapat dilakukan guru dengan guru dialog atau percakapan untuk mengetahui mengapa Dian bersikap agresif pada temannya. Contoh dialog dengan Dian adalah sebagai berikut:
Guru : "Dian sekarang sedang membuat apa?"
Dian : (diam saja)
Guru : (sambil mendekat pada Dian) "Apa Dian sekarang sedang menggambar pesawat terbang?"
Dian : "Iya" (mengangguk tapi kepalanya tetap menunduk)
Guru : "Wah gambar Dian bagus, Dian senang Pesawat terbang ya?"
Dian : (mengangguk)
Guru : "Kalau. Dian menggambar pesawat terbang, Dian senang pakai warna apa?"
Dian : "Itam biru" (sambil memperlihatkan pinsil yang direbutnya dari Faris)
Guru : "Itu pinsil punya siapa?"
Dian (diam), "Faris"
Guru : "Kenapa Dian merebut pinsil punya Faris?"
Dian : (diam) "Biar aja"
Dian : "Dian punya pinsil warna?"
Dian : "Punya"
Guru : "Kenapa Dian merebut pinsil Faris, kan Dian punya pinsil sendiri?"


No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive