Monday, March 13, 2017

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI KAITANNYA DENGAN PSIKOLOGI AGAMA




1.      Makna Anak Usia Dini
Masa anak merupakan masa terpenting dalam proses pembentukan dan pengembangan kepribadian integratif, artinya pengembangan kepribadian yang meliputi berbagai aspek fisik, psikis, spiritual, etika-moral, sehingga mereka menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun sosial masyarakat. Tak dipungkiri, bahwa perkembangan kepribadian harus didukung oleh kondisi fisik yang prima. Sebab kondisi fisik yang sehat, kuat dan cekatan (terampil) akan mampu mendukung berbagai akivitas anak. Agar anak dapat bermain lari kejar-kejaran, main sepakbola, loncat-loncatan, mengerjakan tugas pekerjaan sekolah (PS) maupun pekerjaan rumah (PR) tak lain dan tak bukan, tentu memerlukan kondisi fisik yang sehat dan prima.
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 4-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenai beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian/kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang masuk TK mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk TK di Kelas I SD.
Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas adalah anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orangtuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan taman kanak-kanak (prasekolah) mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia prasekolah.
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.

2.      Karakteristik Perkembangan
a.       Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orangtuanya.
Proporsi tubuh berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia lima tahun, tingginya sudah mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia sebelumnya. Pertumbuhan tulang-tulangnya semakin besar dan kuat. Pertumbuhan giginya semakin lengkap/komplit sehingga dia sudah menyenangi makanan padat, seperti daging, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.
Pertumbuhan otaknya pda usia lima tahun sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa dan 90% pada usia enam tahun. Pada usia ini juga terjadinya pertumbuhan ”myelinization” (lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih seksama dan efisien.
Di samping itu pada usia dini banyak juga perubahan fisiologis lainnya seperti:
  1. pernapasan menjadi lebih lambat dan mendalam
  2. denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup, baik protein (untuk membangun sel-sel tubuh), vitamin dan mineral (untuk pertumbuhan struktur tubuh), dan carbohydrat (untuk energi). Kekurangan gizi (malnutrisi) dapat mengakibatkan kecacatan tubuh, dan kelemahan mental. Lebih jauh anak akan rentan (mudah terkena) penyakit atau infeksi, baik mata, telinga, maupun sistem pernapasan. Mereka kurang memiliki kemampuan atau kesiapan mental dan fisik.
Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang lembut. Kemampuan motorik tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
USIA
KEMAMPUAN MOTORIK KASAR
KEMAMPUAN MOTORIK LEMBUT/HALUS
3 - 4 tahun




4 – 6 tahun
1. Naik dan turun tangga
2. Meloncat dengan dua kaki
3. Melempar bola


1. Meloncat
2. Mengendarai sepeda anak
3. Menangkap bola
4. Bermain olah raga
1. Menggunakan krayon
2. Menggunakan benda/alat
3. Meniru bentuk (meniru
    Gerakan orang lain)

1. Menggunakan Pensil
2. Menggambar
3. Memotong dengan gunting
4. Menulis huruf cetak

Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka guru Taman Kanak-Kanak seyogyianya memberikan bimbingan kepada mereka agar memiliki kesadaran akan kemampuan sensorisnya, dan juga memiliki sikap yang positif terhadap dirinya. Bimbingan guru berkaitan dengan perkembangan aspek-aspek berikut :
  1. Pengenalan/pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya.
  2. Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh.
  3. Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya, seperti perbedaaan dalam warna kulit, warna rambut dan mata namun semua orang memiliki kesamaan karakteristik fisik yang sama.

b.      Perkembangan kognitif (intelektual)
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperational, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental dan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasi atau “symbolic function” yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (kata-kata, gesture/bahasa gerak, dan tanda).
Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi atau berkreasi tentang berbagai hal. Dia dapat menggunakan kata-kata, peristiwa dan benda untuk melambangkan yang lainnya. Anak usia 4 tahun mungkin dapat menggunakan kata ”kapal terbang”, sebagai tanda tentang kapal terbang, atau menggunakan benda ”kapal terbang” untuk melambangkan sebuah kapal terbang yang sebenarnya.
Meskipun berpikir melalui simbol ini dipandang lebih maju dari berpikir periode sensorimotor, namun kemampuan berpikir ini masih mengalami keterbatasan. Keterbatasan yang menandai, atau yang menjadi karakteristik periode preoperasional ini adalah sebagai berikut :
  1. Egosentrisme, yang maksudnya bukan ”selfishness” (egois) atau arogan (sombong), namun merujuk kepada (1) diferensiasi diri, lingkungan orang lain yang tidak sempurna, dan (2) kecenderungan untuk mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang sendiri. Salah satu implikasinya, anak tidak dapat memahami persepsi konseptual orang lain.
  2. Kaku dalam berpikir. Salah satu karakteristik berpikir preoperasional adalah kaku (frozen). Salah satu contohnya, berpikir itu bersifat centration (memusat), yaitu kecenderungan berpikir atas dasar satu dimensi, baik mengenai objek atau peristiwa, dan tidak menolak dimensi-dimensi lainnya.
  3. Semilogical reasoning. Anak-anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam yang misterius, yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pemecahannya dalam menjelaskan yaitu dianalogikan dengan tingkah laku manusia.   

c.       Perkembangan emosi
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Dia menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika lingkungannya (terutama orangtuanya) tidak mengakui harga diri anak, seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikap-sikap (a) keras kepala/menentang, atau (b) menyerah menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang dengan sifat pemalu.
Beberapa emosi yang berkembang pada masa anak yaitu sebagai berikut :
1)      Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan :
a) mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan bahaya yang terdapat dalam objek
b) timbul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya dan
c) rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar dari bahaya.
2)      Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya. Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi-situasi yang dikhayalkan, berdasarkan pengalaman yang diperoleh baik perlakuan orangtua, buku-buku bacaan/komik, radio, atau film.
3)      Marah, yaitu merupakan perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata kasar/makian/sumpah serapah), atau nonverbal (seperti mencubit, memukul, menampar, menendang dan merusak). Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialaminya.
4)      Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang lain. Perasaan cemburu ini diikuti dengan ketegangan, yang biasanya dapat diredakan dengan reaksi-reaksi:
a)   agresif atau permusuhan terhadap saingan;
b)  regresif yaitu perilaku kekanak-kanakan, seperti mengompol, atau mengisap jempol,
c)   sikap tidak peduli dan
d)   menjauhkan diri dari saingan.

d.      Perkembangan sosial
Pada usia prasekolah perkembangan anak sudah nampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah :
1)      Anak mulai mengetahui aturan-aturan baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain
2)      Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan
3)      Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain
4)      Anak mulai dapat bermain bersama-sama anak-anak lain atau teman sebaya
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosiopsikologis keluarganya. Apabila di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.

e.       Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap yaitu :
1. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan :
  • Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna
  • Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut
  • Anak banyak menanyakan nama dan tempat : apa, dimana, dan dari mana
  • Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran
2. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan :
  • Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya
  • Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu – sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan, kapan, kemana, mengapa, dan bagaimana.
Perkembangan bahasa anak merupakan proses biologis dan psikologis, karena melibatkan proses pertumbuhan alami dan perkembangan psikologis sebagai akibat interaksi anak dengan lingkungan. Kecepatan anak dalam berbicara (bahasa pertama) merupakan salah satu keajaiban alam dan menjadi bukti kuat dari dasar biologis untuk pemerolehan bahasa.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka (Yusuf, 2005:118).

f.       Perkembangan moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orangtua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain (orangtua, saudara dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui. Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku (seperti mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur, dan membaca Basmallah sebelum makan).

g.      Perkembangan kepribadian
            Masa ini lazim disebut masa Trotzalter, periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaitu (Aku-nya) dan orang lain (orangtua, saudara dan teman sebaya).

h.      Perkembangan kesadaran beragama
Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya
  2. Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormorph (dipersonifikasikan)
  3. Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
  4. Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).
Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang berkat (1) mendengarkan ucapan-ucapan orangtua; (2) melihat sikap dan perilaku orangtua dalam mengamalkan ibadah; dan (3) pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan orangtuanya. Sesuai dengan perkembangan intelektualnya (berpikirnya) yang terungkap dalam kemampuan berbahasa, yaitu sudah dapat membentuk kalimat, mengajukan pertanyaan dengan kata-kata: apa, siapa, dimana, dari mana dan kemana, maka pada usia ini kepada anak sudah dapat diajarkan syahadat, bacaan dan gerakan salat, do’a-do’a dan Al-Qur’an.
Mengajarkan salat pada usia ini dalam rangka memenuhi tuntunan Rasulullah, yaitu bahwa orangtua harus menyuruh anaknya salat pada usia tujuh tahun, ”muruu auladakum bisholaat sab’usiniin” (suruhlah anak-anakmu salat pada usia 7 tahun). Dengan demikian, mengajarkan bacaan dan gerakan salat pada usia ini adalah dalam rangka mempersiapkan dia untuk dapat melaksanakan salat pada usia tujuh tahun tersebut.
Adapun doa-doa yang diajarkan: (1) doa sebelum makan dan sesudahnya; (2) doa berangkat dari rumah; (3) doa tidur; (4) doa untuk orangtua; (5) doa keselamatan/kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Di samping mengajarkan hal-hal di atas, kepada anak pun diajarkan atau dilatihkan tentang kebiasaan-kebiasaan melaksanakan akhlakul karimah seperti :
(1)         mengucapkan salam
(2)         membacakan basmallah pada saat akan mengerjakan sesuatu
(3)         membaca hamdallah pada saat mendapatkan kenikmatan dan setelah mengerjakan sesuatu
(4)         menghormati orang lain
(5)         memberi shodaqoh
(6)         memelihara kebersihan (kesehatan) baik diri sendiri maupun lingkungan (seperti mandi, menggosok gigi, dan membuang sampah pada tempatnya). 

Mengenai pentingnya menanamkan nilai-nilai agama kepada anak usia ini, Zakiyah Darajat (1970 : 111) mengemukakan bahwa umur Taman Kanak-Kanak adalah umur yang paling subur untuk menanamkan kebiasaan – kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama, melalui permainan dan perlakuan dari orangtua dan guru.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive