Karyawan atau pekerja sebagai unsur
utama dalam organisasi memegang peranan yang sangat menentukan. Peranan ini
demikian penting sehingga semua unsur organisasi kecuali manusia tidak akan
berfungsi tanpa ditangani oleh karyawan atau pekerja. Menurut Newman, (dalam
Moenir, 1994) orang-orang melaksanakan pekerjaan di suatu organisasi atau
perusahaan karena mereka menerima dan menempati peranan dalam organisasi
tersebut, mereka ditunjuk menduduki suatu jabatan pada lingkungan kerja. Oleh
karena itu besar kecilnya peranan seseorang dalam lingkungan kerjanya sepadan
dengan kedudukan dan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Kedudukan seseorang dalam suatu
organisasi tentu tidak terlepas dari kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan
yang dibebankan kepadanya. Kemampuan kerja seseorang sering dipersepsikan
berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Hal ini menurut Kossen, (1986) disebabkan
oleh adanya kecenderungan setiap individu dalam mempersepsikan situasi yang
sama dengan cara yang berbeda pula. Selain itu setiap manusia memiliki
kecenderungan untuk membenarkan persepsinya sendiri. Demikian halnya dalam
mempersepsikan kemampuan kerja karyawan atau pekerja lain.
1. Pengertian Persepsi
Pengertian mengenai persepsi telah
banyak dikemukakan olen para ahli, diantaranya Bruner, (dalam Sarwono, 1987)
menyatakan bahwa persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme dirangsang oleh
masukan tertentu (obyek-obyek, subyek, peristiwa-peristiwa dan lain-lain) dan
organisme merespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori
(golongan) obyek atau peristiwa. Proses ini berjalan aktif sehingga seseorang
dapat mengenali atau memberikan arti kepada masukan itu. Persepsi demikian ini
bersifat inferensial serta bervariasi.
Menurut Moates dan Schumacher, (1980)
persepsi adalah proses penentu stimulus yang tertuju kepada diri seseorang, artinya
persepsi bagi seorang individu
adalah tergantung dari jenis informasi yang diterima dari lingkungan. Jadi,
untuk menentukan arti dari persepsi bagi seseorang tergantung dari stimulus
atau kejadian yang dirasakan seseorang, dimana dalam hal ini terjadi hubungan
antara stimulus lingkungan dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Persepsi adalah kesediaan individu
bereson terhadap obyek-obyek dan kejadian-kejadian di lingkungannya yang
diterima organ tubuh individu sebagai suatu stimulus, (Hall, 1983). Selanjutnya
Gibson, (1983) merumuskan bahwa persepsi menyangkut kognisi yang meliputi
obyek, tanda-tanda dan orang dari sudut pengetahuan orang yang bersangkutan.
Persepsi menurut Pareek, (1984)
merupakan suatu cara kerja atau proses yang rumit dan aktif, dimana persepsi
tersebut terdiri dari serangkaian proses. Proses tersebut terdiri dari proses
menerima stimulus, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan
memberikan reaksi kepada stimulus tersebut. Dengan demikian persepsi merupakan penentu
yang sangat penting bagi sikap dan perilaku seseorang.
Dari uraian tersebut di atas dapat
disarikan bahwa persepsi merupakan suatu proses dalam diri seseorang untuk
mengetahui, menginterpretasikan dan mengevaluasi obyek atau subyek lain yang
dipersepsi; menyangkut sifat-sifatnya, kwalitasnya dan kedudukannya, sehingga
terbentuklah gambaran mengenai obyek atau subyek yang dipersepsikan.
2. Pengertian Kemampuan Kerja Karyawan
Yang dimaksud dengan kemampuan kerja
karyawan Moenir, (1994) ialah keadaan pada diri seseorang karyawan yang secara
penuh kesungguhan, berdaya guna melaksanakan pekerjaan sehingga menghasilkan
seseuatu yang optimal. Selanjutnya diuraikan bahwa kemampuan kerja berhubungan
dengan kwalitas pekerjaan. Hal ini sesuai dengan uraian Croft, (dalam Moenir,
1994) bahwa semua orang yang dapat menyelesaikan pekerjaan mereka dengan
kwalitas tinggi, baik hasilnya maupun penyelenggaraannya adalah menunjukkan
bahwa seseorang memiliki kemampuan kerja yang baik.
Menurut Heneman et. all, (1980) kemampuan
kerja adalah kesanggupan ataupun kemahiran seseorang individu dalam mengerjakan
tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan kerja seseorang karyawan akan
tercermin dalam perilaku kerjanya sehari-hari. Lebih jauh diuraikan bahwa
kemarnpuan kerja karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan akan
rneningkatkan perhatian dan minat terhadap pekerjaannya sehingga si karyawan
tersebut dapat mengemban tugas dengan baik.
Kemampuan kerja menurut Vroom, (1964)
adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan suatu tugas.
Jadi, kemampuan kerja karyawan merupakan suatu potensi untuk melaksanakan suatu
tugas, dengan kata lain kemampuan kerja adalah apa yang dapat dilakuakan.
Sedangkan Maier, (dalam As’ad, 1991) menguraikan kemampuan kerja sebagai kesuksesan
seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Selanjutnya Ranupandojo dan Husnan,
(1983) menguraikan bahwa kemampuan kerja adalah kecakapan kerja yang dimiliki
seseorang karyawan atau pekerja dalam menyelesaikan suatu tugas. Hal ini
berkaitan dengan uraian Cassio dan Valenzi, (1977) yang menyatakan bahwa
kemampuan kerja adalah kesanggupan melaksanakan dan menyelesaikan suatu tugas
yang dibebankan kepadanya.
Dari batasan- batasan tersebut jelaslah
bahwa yang dimaksud dengan kemampuan kerja adalah kemahiran ataupun kesanggupan
seseorang karyawan dalam mengerjakan suatu tugas yang dibebankan kepadanya.
Jadi, kemampuan kerja ialah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang karyawan
menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.
3. Pengertian Persepsi Kemampuan Kerja.
Persepsi kemampuan kerja pada hakekatnya
adalah proses kognitif yang dialami oleh seseorang individu di dalam upaya
memahami informasi yang menyangkut diri orang lain. Jadi Persesi kemampuan
kerja tersebut merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi (dalam hal ini
kemampuan kerja karyawan) dan bukan merupakan pencatatan yang benar terhadap
situasi tersebut. Seperti dikatakan Krech. (dalam Thoha, 1993) bahwa persepsi
kemampuan kerja adalah merupakan proses kognitif yang komplek dan menghasilkan
suatu gambar yang unik tentang suatu kondisi yang barangkali sangat berbeda
dari kenyataanya.
Persepsi kemampuan kerja seseorang
secara langsung berkaitan dengan bagaimana seseorang individu melihat dan
memahami kemampuan orang lain. Karyawan-karyawan dalam suatu organisasi atau
perusahaan secara ajek akan terlibat dalam proses persepsi kemampuan kerja
dalam hal mereka melihat, memahami, dan menilai satu sama lainnya. Pemimpin
akan menilai bawahannya, bawahanpun menilai atasannya, dengan kata lain setiap
karyawan saling mempersepsi satu sama lainnya, (Thoha, 1993).
Persepsi kemampuan kerja adalah sejauh
mana seseorang menafsirkan kesanggupan seseorang karyawan dalam melihat
hubungan-hubungan yang berguna dalam situasi atau kondisi yang berbeda,
(Kossen, 1986). Selanjutnya diuraikan bahwa persepsi kemampuan kerja orang lain
sering terjadi kesalahan. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan seseorang
untuk menganggap bahwa apa yang berlaku untuk satu situasi atau orang, juga
berlaku untuk orang atau situasi yang lain dan hal inilah yang menjadikan
seseorang sering salah mempresepsikan kemampuan kerja orang lain.
Dari uraian tersebut di atas, dapat
disarikan bahwa persepsi kemampuan kerja karyawan adalah penafsiran ataupun
penilaian terhadapat kemampuan seseorang karyawan dalam melaksanakan suatu
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Jadi, persepsi kemampuan kerja adalah
proses kognitif yang unik dalam menghasilkan suatu gambaran tentang kemampuan
kerja orang lain, bukan merupakan pencatatan tentang kenyataan yang ada, dengan
kata lain penafsiran tentang kemampuan kerja tersebut bisa saja berbeda dengan
keadaan sebenarnya.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Persepsi Kemampuan Kerja Karyawan
Peranan seseorang dalam organisasi dapat
bermanfaat secara optimal apabila dipenuhi unsur penting, yaitu kemampuan kerja
karyawan atau pekerja yang bersangkutan. Setiap orang akan memberikan persepsi
yang berbeda pada kemampuan kerja orang lain. Banyak faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang, yaitu cara individu memandang suatu situasi tertentu.
Menurut Kossen, (1986) persepsi terhadap kemampuan kerja karyawan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya yang paling penting adalah;
1. Faktor-faktor keturunan.
Dalam ilmu sains telah banyak diuraikan
secara terperinci bahwa faktor-faktor hereditas mempengaruhi keturunan
misalnya; apabila seseorang berasal dari keturunan orang yang memiliki persepsi
warna yang tidak normal, maka akan berbeda persepsinya dengan orang yang
berasal dari keturunan yang memiliki persepsi warna yang normal. Demikian
halnya dengan persepsi kemampuan kerja, bila seseorang berasal dari keturunan
keluarga yang memiliki persepsi jelek terhadap kemampuan yang dimiliki oleh
orang lain maka ada kecenderungan orang tersebut mempersepsikan kemampuan orang
lain selalu jelek.
2. Latar belakang lingkungan dan
pengalaman-pengalaman
Lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih
besar atas apa yang kita lihat dalam suatu situasi tertentu misalnya, bila
seseorang anak pada tahun-tahun pertama perkembangannya selalu diberi informasi
bahwa orang-orang lain itu malas, mereka tidak mau bekerja dengan baik, maka
anak akan memiliki peluang dalam pertumbuhannya menjadi remaja atau seorang
dewasa yang berkeyakinan teguh dalam pernyataan-pernyataan tersebut. Selain itu
pengalaman-pengalaman masa lalu akan turut mempengaruhi seseorang dalam
menyerap setiap situasi dan kondisi.
3. Tekanan teman sejawat
Selain pengalaman-pengalaman masa lalu,
lingkungan, teman sejawat atau sahabat-sahabat kita juga sangat mempengaruhi
cara kita untuk melihat situasi. Biasanya seseorang akan condong dan memihak
teman-temannya yang mempunyai keyakinan dan kepentingan bersama.
4. Proyeksi
Proyeksi adalah merupakan kecenderungan
seseorang untuk melepaskan beberapa kesalahan pada orang lain. Seseorang yang
tidak memiliki kemampuan kerja yang baik sering sekali menyatakan bahwa orang
lain sama sekali tidak memiliki kecakapan kerja, dan akhirnya individu tersebut
selalu mempersepsikan kemampuan kerja orang lain rendah.
5.
Penilaian yang tergesa-gesa
Kebanyakan seseorang individu ada
kalanya berusaha membuat penilaian yang tergesa-gesa sebelum sempat
mengumpulkan fakta yang cukup banyak untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan
yang benar. Sering juga seseorang berusaha menyelesaikan suatu masalah sebelum
mengetahui apa penyebab masalah yang sebenarnya.
6. Halo efek
Halo efek merupakan
suatu hal yang sering mempengaruhi persepsi seseorang yakni kecenderung manusia
untuk menggeneralisir suatu keadaan pada keadaan yang lain. Seseorang yang
cakap dalam hal lain, misalnya seorang operator mesin yang sudah berpengalaman
selama 5 (lima) tahun dan memiliki kecakapan kerja yang cukup baik. Kemudian
ada kekosongan jabatan pada bagian pengelasan maka ia direkomendasikan untuk
mengisi jabatan tersebut padahal ia belum tentu atau tidak memiliki kecakapan
pada bagian pengelasan.
Rosenberg et. all, (dalam Sears, 1988)
menyatakan bahwa persepsi pada suatu obyek dan subyek didasarkan pada proses
evaluasi. Seseorang mengevaluasi orang lain sesuai dengan kwalitas intelektual,
artinya manusia pertama-tama berfikir atas dasar suka dan tidak suka jika
melihat orang lain. Dengan demikian bila seseorang cenderung menyenangi orang
lain maka ia akan cenderung mempersepsikan kemampuan yang dimiliki orang lain
tersebut dengan lebih baik demikian juga sebaliknya.
Faktor yang mempengaruhi persepsi
kemampuan kerja seseorang karyawan menurut Taiuri dan petrullo, (dalam Walgito,
1991) ada tiga hal yaitu; (1) Keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia
yang dipersepsi; (2) Situasi atau keadaan sosial yang melatar belakangi
stimulus dan; (3) Keadaan orang yang mempersepsi. Walaupun stimulus personnya
sama, tetapi bila situasi sosial yang melatar belakangi stimulus person
berbeda, maka hasil persepsinya akan berbeda pula.
Menurut Maskowitz, (dalam Walgito, 1991)
persepsi sebagai aktivitas yang terintegrasi dalam diri seseorang akan
dipengaruhi oleh banyak hal, sehingga bila seseorang mempersepsikan kemampuan
kerja seseorang karyawan akan selalu dipengaruhi oleh perasaan,
fikiran-fikiran, pengalaman-pengalamannya. Dengan kata lain keadaan pribadi
orang yang bersangkutan akan mempengaruhi persepsinya terhadap orang lain.
Kesimpulan yang dapat diambil dari
uraian tersebut di atas adalah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
kemampuan kerja karyawan adalah faktor keturunan, latar belakang lingkungan dan
pengalaman-pengalaman seseorang, teman sejawat, proyeksi, halo efek.
Selain itu persepsi kemampuan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor keadaan
stimulus, situasi atau pribumi.
Menurut Sears et all, (1985) prasangka
sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama
didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial
ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau
kelompoknya. Prasangka sosial memiliki kwalitas suka dan tidak suka pada obyek
yang diprasangkainya, dan kondisi ini akan mempengaruhi tindakan atau perilaku
seseorang yang berprasangka tersebut. Selanjutnya Kartono, (1981) menguraikan
bahwa prasangka merupakan penilaian yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan
generalisasi yang terlampau cepat, sifatnya berat sebelah dan dibarengi
tindakan yang menyederhanakan suatu realitas.
No comments:
Post a Comment