Manusia
bukanlah angka-angka statistik yang bisa ditambah,
dikurangi, dikali dan dibagi. Manusia adalah sosok utuh yang memiliki kehormatan,
harga diri, rasa malu dan bahagia. Manusia bukanlah perangkat yang tersusun
atas struktur fisik semata, melainkan sistem yang terbangun atas struktur
psikis.
Membangun manusia tidaklah sama dengan membangun
gedung, jalan dan jembatan. Membangun manusia adalah membangun pemikiran,
keimanan, hati nurani, karakter, kehormatan, jati diri, dan akhlak mulia secara
utuh dan menyeluruh. Oleh karena itu pendidikan mesti diarahkan pada pengembangan tiga
kekuatan yakni pemikiran, iman dan hati nurani.
Character-characteristic
adalah sifat atau wakat yang melekat pada diri seseorang secara khas. Characterize adalah kemampuan mengenali
watak diri; characterize adalah
penggolongan watak dengan ciri-ciri yang khas kepada seseorang, characterless adalah orang yang
kehilangan kepribadian/watak.
Karakter berbeda dengan temperamen,
karakter merupakan sifat lain dari temperamen, usaha dan kepentingan yang sudah
mengalami proses pembentukan. Pembentukan tersebut berlangsung di lingkungan
rumah, sekolah, teman sebaya atau lingkungan lain dimana manusia berada. Dengan
demikian, karakter bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil pembentukan
lingkungan. Namun demikian, nafsu dan kepentingan diri yang dilandasi oleh
kekuatan logika, hati nurani dan keimanan lebih banyak mendominasi pengaruh
pembentukan karakter tersebut.
Sedangkan kepribadian adalah jati
diri yang menggambarkan keaslian dan keutuhan sikap, pemikiran dan perilaku
manusia secara mendasar. Namun demikian, kita sulit membedakan dan memisahkan
antara kepribadian, karakter, dan temperamen, karena semuanya bersumber dari
pemikiran, hati nurani dan keimanan yang dinamis dan fluktuatif, hanya semuanya
ditandai oleh keaslian bukan kepalsuan.
Terdapat lima kategori kepribadian
yaitu :
a. Conscienctiousness
yaitu kepribadian dengan pengertian yang mendalam, sikap berdaya cipta dan
sikap keingintahuan, keberhati-hatian selalu memberikan penghargaan pada seni,
emosi, petualangan, gagasan-gagasan yang tidak biasa, kecurigaan dan variasi
pengalaman.
b. Carefulness
(ketelitian) kepribadian yang cenderungan menunjukkan disiplin diri, kepatuhan
dan sikap hormat, dan mencoba mencapai prestasi secara terencana dan tidak
bersifat spontan.
c. Extraversion
yaitu kepribadian yang mudah dirangsang, kerahaman, banyak bicara, ketegasan,
dan emosi yang bersifat ekspresif
d. Agreeableness,
yaitu kepribadian bersahabat, sikap mengasihi dan ingin menghibur, namun
bersikap dingin dan terkadang bersikap kejam. Kepercayaan, azas mengutamakan
orang lain, kebaikan, kasih sayang, dan perilaku-perilaku prososial lain
e. Neuroticism
yaitu kepribadian yang sensitif, gelisah, ketidakstabilan emosi, ketertarikan,
kemurungan, sifat lekas marah, dan kesedihan.
Budaya Literasi
Literasi didefinisikan sebagai Kemampuan individu untuk
membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat
keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan,
mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan
berkelanjutan dan terwujudnya perdamaian
Budaya literasi dalam pandangan
Islam adalah kemampuan membaca isi dunia dan alam sekitarnya. Membaca itu
merupakan kewajiban setiap muslim, dan meninggalkan membaca hukumnya dosa.
Guru, dosen, ulama, kakek-kakek, nenek-nenek, yang tidak melaksanakan kewajiban
membaca, hukumnya dosa. Membaca dalam pandangan Islam harus dilakukan untuk dan
atas nama Allah SWT.
Membangun Pendidikan Non-Formal Yang Berkarakter dan
Berbudaya Literasi
Ruh
pendidikan nonformal adalah kreativitas, fleksibilitas, produktivitas,
kemandirian, kebermanfaatan, semangat menjadi, dan kebermanfaatan. Ruh itu
tumbuh bersamaan dengan menguatnya semangat, motivasi, dan kepercayaan diri
untuk menjadi yang terbaik.
Membangun Pendidikan nonformal yang
baik antara lain dikembangkan melalui :
1. Menetapkan
Perencanaan dan desain mutu
a. Memiliki
visi, misi, tujuan dan program yang sejalan dan berkeseimbangan dengan kinerja,
anggaran, fasilitas dan kewenangan
b. Dikembangkan
melalui kinerja Berbasis pada Budaya Mutu
c. Memiliki
strategi dan prioritas kerja yang jelas dan yang paling mungkin
d. Memiliki
sistem kontrol yang baik untuk meningkatkan mutu proses dan produk
2. Punya
Skala Prioritas
a. Mengutamakan
yang penting dan menangguhkan sesuatu yang tidak penting
b. Memprioritaskan
sesuatu yang mungkin dan menangguhkan sesuatu yang tidak mungkin
c. Tidak
mulai dari yang seharusnya tapi memulai dari apa yang dapat dikerjakan saat ini
3. Implementasi
Strategi
a. Menggunakan
prinsip koeherensi, komprehensif, keseimbangan dan keterukuran
b. Bersifat
fleksibilitas sesuai iklim – cepat ada yang dikejar dan lambat ada yang
ditunggu
c. Menggunakan
prinsip-prinsip Pelayanan Prima
Pendidikan karakter tidak boleh melahirkan sikap,
pemikiran dan perilaku semua dimana siswa merasa asing terhadap dirinya dan
asing terhadap hati nuraninya, sehingga sikap, pemikiran dan perilaku siswa
selalu berada di luar dirinya. Pendidikan karakter harus mampu menyatukan
sikap, pemikiran, perilaku, hati nurani, dan keimanannya menjadi satu kesatuan
yang utuh.
No comments:
Post a Comment