Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang
adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang mela
wan Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi (bedakan dengan Peristiwa 10 November - perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda).
wan Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi (bedakan dengan Peristiwa 10 November - perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda).
Pertempuran ini dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945
(walau kenyataannya suasana sudah mulai memanas sebelumnya) dan berakhir
tanggal 20 Oktober 1945.
Berita Proklamasi dari Jakarta akhirnya sampai ke
Semarang. Seperti kota-kota lain, di Semarang pun rakyat khususnya pemuda
berusaha untuk melucuti senjata Tentara Jepang Kidobutai yang bermarkas di
Jatingaleh. Pada tanggal 13 Oktober, suasana semakin mencekam, Tentara Jepang
semakin terdesak. Tanggal 14 Oktober, Mayor Kido menolak penyerahan senjata
sama sekali. Para pemuda pun marah dan rakyat mulai bergerak sendiri-sendiri.
Aula Rumah Sakit Purusara dijadikan markas perjuangan. Para pemuda rumah sakit
pun tidak tinggal diam dan ikut aktif dalam upaya menghadapi Jepang. Sementara
itu taktik perjuangan pemuda menggunakan taktik gerilya.
Setelah pernyataan Mayor Kido, Pada Minggu, 14 Oktober
1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat
dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita
sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda
ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu.
Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan
mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu
sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di
Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas
Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun
ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah.
Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit
Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara
segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu.
Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana.
Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di
beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Isteri dr.
Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang
sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus menyelidiki
kebenaran desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang.
Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan
menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara
Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang
ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah
sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi
sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur
dalam usia 40 tahun satu bulan.
Sekitar pukul 3.00 WIB, 15 Oktober 1945, Mayor Kido
memerintahkan sekitar 1.000 tentaranya untuk melakukan penyerangan ke pusat
Kota Semarang. Sementara itu, berita gugurnya dr. Kariadi yang dengan cepat tersebar,
menyulut kemarahan warga Semarang. Hari berikutnya, pertempuran meluas ke
berbagai penjuru kota. Korban berjatuhan di mana-mana. Pada 17 Oktober 1945,
tentara Jepang meminta gencatan senjata, namun diam-diam mereka melakukan
serangan ke berbagai kampung. Pada 19 Oktober 1945, pertempuran terus terjadi
di berbagai penjuru Kota Semarang. Pertempuran ini berlangsung lima hari dan
memakan korban 2.000 orang Indonesia dan 850 orang Jepang. Di antara yang
gugur, termasuk dr. Kariadi dan delapan karyawan RS Purusara.
Berdasarkan kejadiannya, kronologis pertempuran lima
hari di Semarang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a)
7 Oktober : Pemuda Semarang berusaha melucuti senjata Tentara Jepang di
Jatingaleh. Sementara di saat yang sama, pimpinan Jepang dan pemuda berunding
mengenai penyerahan senjata.
b)
13 Oktober : Suasana semakin menegang dan Jepang semakin terdesak.
c)
14 Oktober : Mayor Kido menolak penyerahan senjata. Pukul 06.30, Aula RS
Purusara dijadikan markas perjuangan dan pemuda mencegat serta memeriksa mobil
Jepang yang lewat. Mereka juga menyita sedan milik Kampetai. Sore harinya,
pemuda menjebloskan Tentara Jepang ke Penjara Bulu namun pukul 18.00 Jepang
melancarkan serangan mendadak kepada delapan polisi istimewa yang menjaga Resevoir
Siranda di Candi. Kedelapan Polisi itu disiksa dan sore itu juga tersiatr kabar
kalau Jepang menebar racun dalam reservoir tersebut. Selepas Maghrib, dr.
Kariadi memutuskan untuk segera memeriksa reservoir itu namun istrinya, drg.
Sonarti, mencoba mencegahnya karena ia berpendapat bahwa suasana sedang sangat
berbahaya namun tidak berhasil. Sayangnya, dalam perjalanan dr. Kariadi dan
beberapa tentara pelajar, mereka ditembak secara keji. Dr. kariadi sempat
dibawa ke rumah sakit sekitar namun tidak dapat diselamatkan. Selain kejadian
di atas, pada hari itu juga terjadi pemberontakan 4.000 tentara Jepang di
Cepiring.
d)
15 Oktober: Pukul 03.00, Mayor Kido menyuruh 1.000 tentara untuk melakukan
penyerangan ke pusat kota mendengar berita penangjkapann Jenderal Nakamura dan
berita gugurnya dr. Kariadi menyulut kemarahan warga Semarang. Di Semarang juga
terjadi penangkapan Mr. Wongsonegoro, Dr. Sukaryo, dan Sudanco Mirza Sidharta.
e)
16 Oktober : Pertempuran terus berlanjut
f)
17 Oktober : Jepang berunding dengan Mr. Wongsonegoro
g)
18 Oktober : Ada perundingan gencatan senjata oleh KAsman Singodimejo dan
Jenderal Nakamura. Dalam perundingan ini, Jepang ingin agar senjata yang
direbut segera dikembalikan bila tidak Jepang akan meloakukan pengeboman pada
tanggal 19 Oktober 1945 pukul 10.00.
h)
19 oktober : Pukul 07.45, kedatangan Sekutu di pelabuhan Semarang dengan kapal
HMS Glenry mempercepat perdamaian antara Jepang dan rakyat sehingga perang
berakhir.
i)
Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlbat
adalah sbb :
j)
dr. Kariadi dr. Kariadi adalah dokter yang akan mengecek cadangan air minum di
daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Beliau juga merupakan
Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.
k)
Mr. Wongsonegoro Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang.
l)
Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta tokoh Indonesia yang ditangkap oleh
Jepang betrsama Mr. Wongsonegoro.
m)
Mayor Kido Pimpinan Batalion Kido Butai yang berpusat di Jatingaleh.
n)
drg. Soenarti istri dr. kariadi.
o)
Kasman Singodimejo perwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.
p)
Jenderal Nakamura Jenderal yang ditangkap oleh TKR di Magelang
No comments:
Post a Comment