Sunday, May 21, 2017

PENDIDIKAN ANAK PRASEKOLAH DARI ZAMAN KE ZAMAN




A. Tokoh-Tokoh Lama Pendidikan Anak Prasekolah
1. Pestalozzi
            Ia lahir di Zurich tahun 1746, dan hidup di kawasan pertanian. Usaha pertaniannya diubah menjadi “rumah perawatan anak-anak terlantar”. Ia mengajarkan membaca, menulis dan berhitung. Ia mengembangkan pendidikan dan persekolahan. Azas-azas dan syarat-syarat pendidikan Pestalozzi adalah sebagai berikut :
  1. Menolong rakyat jelata dengan memberikan pendidikan dan pengajaran
  2. Pendidikan sebagai satu bagian dari pemimpinan dan perkembangan manusia
  3. Hakikat pendidikan dinamakan perkembangan manusia
  4. Perkembangan manusia dilakukan dari kealaman melalui kemasyarakatan ke arah kesusilaan
  5. Pendidikan paling mudah dan baik di dalam keluarga
  6. Pendidikan sebagai penuntun dari keliaran ke arah kesusilaan dilakukan dalam 3 lapangan :
1. pendidikan otak                  : pengajaran
2. pendidikan hati                   : pendidikan kesusilaan dan keagamaan
3. pendidikan tangan              : untuk mencapai ketangkasan tangan
  1. Unsur pengajaran : bentuk, bilangan dan perkataan dan disampaikan secara nyata dan berkesinambungan
  2. Tugas pendidikan untuk mendidik manusia agar mencintai sesama manusia supaya berbudi bahasa yang baik, manis dan halus
Hal yang penting dari Pestalozzi ialah ia telah menciptakan metode-metode dalam pendidikan dan pengajaran, sebagai cara yang sistematis. Metode ini yang kemudian disebut MENTOR. Ia juga yang menjadi pelopor sistem mentor.

2. Friedrich Frobel (1782-1852)
               Pada tahun 1817 ia membuka sekolah di dekat Rudolstadt dan mempraktikan pelajaran Pestalozzi. Pada tahun 1840 ia mendirikan sekolah untuk anak-anak kecil di Blankenburg yang mengajarkan bermain, menyanyi dan pekerjaan tangan. Sekolah itulah yang disebut KINDERGARTEN artinya Taman Kanak-Kanak.
            Sekolah tersebut disebut Kindergarten karena :
  1. Pemimpin-pemimpin atau guru diharuskan memelihara anak-anak seperti memelihara tumbuhan yang dirawat dan dipelihara di suatu taman.
  2. Sekolah itu mempunyai taman besar dan masing-masing anak diberi sebidang tanah kecil untuk menanam tumbuhannya sendiri, untuk mendidik dan mengembangkan rasa tanggung jawab.
Frobel merupakan orang pertama yang mendirikan Taman Kanak-Kanak, oleh karena itu ia dianggap sebagai “Bapak Taman Kanak-Kanak”. Ia bercita-cita “Mari, marilah kita hidup untuk kepentingan sang anak.”

3. Herbert Spencer (1829-1905)
            Ia mendasarkan ilmu pendidikannya kepada filsafat yaitu aliran Naturalisme yang berakar dari Empirisme. Ia berpendapat yang harus diajarkan adalah ilmu jiwa dan ilmu mendidik, sosiologi dan sejarah, sedangkan ilmu pasti harus dipahami sebagai dasar dari semua pengajaran, bahkan pengajaran kesenian.
Ia mengemukakan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mengatur dan menyusun pengajaran sebagai berikut :
  1. Mulai dari yang gampang dan sederhana ke yang sukar dan kompleks
  2. Dari yang tidak tentu dan tetap ke yang tentu dan tetap
  3. Dari konkrit ke abstrak
  4. Perkembangan anak harus disejajarkan dengan perkembangan umat manusia
  5. Dari pengalaman ke teori
  6. Harus memberikan kesempatan kepada murid untuk mencari dan mendapatkan sendiri
  7. Segala pengajaran harus menarik perhatian dan minat, menyenangkan dan menggiatkan murid.

4. Maria Montessori (1870)
             Ia seorang dokter wanita pertama di Italia dan bekerja di sebuah rumah sakit jiwa bagian perawatan anak-anak lemah ingatan. Menurutnya anak yang lemah ingatan bukan masalah kedokteran tetapi masalah pendidikan. Ia mempelajari metode pendidikan untuk anak lemah ingatan dari Seguin dan Itard.
            Ia mempraktekkan teori-teorinya dengan mendirikan “Casa del Bambini” (rumah kanak-kanak). Tempat ini berbeda dengan sekolah biasa, seluruh peralatan dan perlengkapan disesuaikan dengan kondisi anak-anak. Seperti kursi, meja, alat-alat dapur, lemari yang dapat dipergunakan oleh anak-anak dan tidak membahayakan anak-anak. Disini diberikan pendidikan jasmani di samping pendidikan rohani. Mereka diteliti dan dipimpin perkembangan jasmaninya, diadakan latihan-latihan bercakap-cakap, pengembangan panca indera dan pengembangan aspek-aspek kehidupan sehari-hari.
            Pada tahun 1909 bukunya berjudul “The Method of Scientific Pedagogy as Applied to Infant Eduation and The Children’s House” yang menggambarkan metodenya untuk sekolah. Menurutnya setiap anak memiliki potensi yang dibawa sejak lahir. Potensi ini akan berkembang jika diberi stimulus dari luar yang diberikan dalam proses pendidikan.
            Setiap anak dalam perkembangannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang jika dipenuhi akan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidik yang mengetahui masa peka dimana anak membutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya akan mendorong si anak untuk memunculkan potensi yang dimilikinya. Montessori membuat alat-alat dan situasi pengajaran yang memungkinkan anak bebas memilih sesuai dengan minatnya.
            Ada hal khusus yang menarik dari ajaran Montessori, Anak bebas memilih kegiatannya dengan menggunakan alat yang tersedia. Anak tidak diharuskan melakukan kegiatan yang sama pada waktu yang bersamaan, seperti pengajaran klasikal. Anak yang satu bebas melakukan kegiatan yang melatih indera pendengaran sedangkan yang lainnya melatih indera penglihatan.

5. John Dewey (1859)
             Ia seorang Profesor Filsafat dan Pedagogik di New York dan Columbia University dan menjadi Direktur University Elementary School. Ia mendasarkan pedagogik pada psikologi dan sosiologi. Tujuan pendidikannya membentuk warga negara yang baik. Ia berpendapat bahwa sekolah haruslah berbuat (do-school) bukan sekolah-dengar atau sekolah-buku. Prinsip belajarnya Learning by doing. Mata pelajarannya dikelompokkan pada minat. Metodenya adalah metode proyek.

6. Jean Piaget (1896)
            Ia meneliti persoalan-persoalan pokok dan cara mengembangkan metode Tanya jawab di klinik-klinik. Ia membagi tahap perkembangan ke dalam 4 tahapan yaitu :
  1. sensorimotor (0-2 tahun)
  2. pra operasional (2-7 tahun)
  3. operasional konkrit (7-11 tahun)
  4. operasional formal (11-15 tahun)
Menurutnya perkembangan kognitif anak dalam tahap sensori motorik, intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik, anak belum bisa membedakan objek dan subjek. Pada periode pra operasional anak berfikir intuitif karena didasarkan pada intuisinya. Sedangkan dalam operasional konkrit sudah mulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis dan berfikir pada benda nyata yang ada objeknya. Pada tahap operasional formal anak mulai dapat berpikir secara abstrak dan ia sudah mulai mengenal simbol dan rumus-rumus.

B. Tokoh-tokoh Mutahir Pendidikan Anak Prasekolah

1. Constance Kamii
            Ia percaya satu-satunya teori yang telah ada yang menerangkan perkembangan dari masa bayi sampai ke masa adolesensi adalah teori dari Jean Piaget. Ia tertarik pengaplikasian teori Piaget tentang mengajar anak-anak terutama pengajaran Matematika. Ia yakin bahwa anak-anak seharusnya mengenal tentang “benar” atau “salah” mengenai pekerjaannya tanpa tergantung pendapat orang dewasa. Kami menghendaki murid, agar si murid sendiri tahu bahwa jawaban yang dipersiapkannya itu “benar” dan berikan kekuatan kepadanya untuk mempertahankan jawabannya itu.

2. David Elkind
              Ia terfokus pada bahaya-bahaya memperkenalkan kegiatan terutama kegiatan tugas-tugas akademik kepada anak terlalu dini. Ia percaya anak-anak membutuhkan dukungan yang kuat untuk bermain dan melakukan kegiatan yang dipilihnya sendiri. Elkind yakin anak-anak yang bermain dalam keadaan bebas dari stres, maka mereka dibekali persiapan yang lebih baik dalam menanggulangi stres-stres kehidupan orang dewasa kelak. Di dalam buku “Miseducation:Preschoolers at Risk” ia memberi peringatan terhadap terlalu banyaknya tekanan akademik terhadap anak-anak.
3. Lilian Katz
            Ia percaya bahwa dalam mengajar guru haruslah berfikir tentang hasil (keluaran) dari pengalaman-pengalaman yang mereka bekalkan/persiapkan untuk anak. Sekolah sebagai tempat memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan watak. Pengetahuan adalah fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipelajari. Keterampilan adalah kemampuan untuk memperagakan tugas-tugas yang diberikan. Sikap dipelajari melalui interaksi dengan orang lain. Watak adalah kecenderungan untuk melanjutkan kegiatan dan minat. Menurut Katz kemampuan itu sebagai learned stupidity (belajar kebodohan), yaitu perasaan tidak memadai dan tidak mampu, sebagai akibat dari upaya anak mencoba kegiatan yang tidak sesuai untuknya.

4. David Weikart
            Program Weikart dijelaskan dalam buku : The Cognitively Oriented curriculum and Young Children in Action. Prinsip dasarnya mempersiapkan anak dengan pengalaman-pengalaman, dengan bahasa untuk memberi sandi kepada pengalaman-pengalaman tersebut. Metode mengajarnya disimpulkan dalam prinsip-prinsip berikut :
-          Memelihara kenyamanan dan keamanan lingkungan
-          Mendukung perilaku dan bahasa anak
-          Membantu anak membuat pilihan dan keputusan
-          Membantu anak memecahkan masalah-masalahnya sendiri dan
-          Melakukannya sendiri

5. Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa
            Pada saat penjajahan Belanda di Indonesia, guru-guru tidak dapat mengikuti kemajuan dan pembaharuan di dalam dunia pendidikan. Ki Hajar Dewantara yang diasingkan oleh Belanda karena kegiatannya politiknya, belajar untuk menjadi guru. Tahun 1914 di Den Haag ia turut menyelenggarakan pengajaran Montessori. Di samping itu dia pun mengikuti gerakan pendidikan yang dilakukan oleh Jan Ligthart.
            Setelah ia ada di Indonesia, ia menjadi guru di sekolah Adidarma yang dipimpin oleh kakaknya, R.M. Suryopranoto selama satu tahun. Pada 3 Juli 1922, ia bersama kakaknya mendirikan Sekolah Taman Siswa yang pertama di Yogyakarta. Sekolah Taman Siswa yang pertama-tama dibuka dimulai dengan Kidergarten (Taman Indrya) dan Kursus Guru (Taman Guru).
            Tujuan Taman Siswa adalah mendidik manusia Indonesia yang memiliki kepribadian, yang tidak merasa asing menghadapi perkembangan kebudayaan bangsa sendiri. Dasar pendidikan Taman Siswa adalah sistim Among yaitu hubungan guru dan murid dapat disamakan dengan hubungan anak asuh dengan pengasuhnya. Pelaksanaan pendidikannya dengan Tut Wuri Handayani.
            Ki Hajar Dewantara melaksanakan pendidikannya berdasarkan teori Tri Kon yaitu :   1. konvergensi                   2. konsentris                            3. kontinuitas
Ada tiga pusat lingkungan pendidikan yang kita kenal sebagai Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam kongres Taman Siswa yang ke V tahun 1947 azas Taman Siswa yang juga program perjuangannya yaitu :
  1. kemerdekaan                           4. kebangsaan
  2. kodrat alam                             5. kemanusiaan
  3. kebudayaan
Sesuai dengan perkembangan pendidikan Taman Siswa dan berdasarkan kebutuhan, jenjang persekolahan didirikan antara lain :
  1. Taman Indrya (Kindergarten)
  2. Taman Anak (sekolah rendah 3 tahun)
  3. Taman Muda (3 tahun setelah Taman Anak)
  4. Taman Antara (sebagai persiapan Taman Dewasa)
  5. Taman Dewasa (3 tahun setelah Taman Muda)
  6. Taman Dewasa Raya (5 tahun setelah Taman Dewasa Muda)
  7. Taman Madya (3 tahun setelah Taman Dewasa)
  8. Taman Guru Indrya (Sekolah guru Taman Kanak-Kanak)
  9. Taman Guru Umum

Setelah Indonesia merdeka pendidikan anak prasekolah ditentukan oleh pemerintah, bahwa pemerintah belum dapat menanggung pendidikan prasekolah, yang dapat dilakukan ialah membantu usaha masyarakat di lapangan pendidikan prasekolah dengan jalan mendidik guru-guru yang akan bertugas. Lembaga baru ini disebut Taman Kanak-Kanak, sebagai terjemahan dari Kindergarten. Dasar utama pendidikan yang digunakannya ialah ajaran Froebel.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive