Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang dapat mengantarkan
pada
perubahan dalam aktivitas sebagai hasil dari latihan. Di mana yang
menjadi dasar
dari belajar adalah perubahan yang terjadi pada tingkah laku.
Perubahan tingkah
laku tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya
pengertianpengertian
baru, perubahan yang terjadi pada sikap, kebiasaan-keniasaan,
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat
sosial dan
emosional.
Belajar yang dimaksud bukan hanya yang menyangkut kegiatan dalam
berfikir
untuk mendapatkan pengetahuan semata, melainkan juga yang
berhubungan
dengangerak tubuh, emosi dan perasaan. Yang mana apabila tahap
belajar yang
menekankan pada aktivitas berfikirnya maka kita golongkan kepada
ranah belajar
kognitif. Dan apabila belajar dengan menekankan pada aktivitas
emosi dan
perasaan yang kita golongkan pada ranah belajar afektif. Sementara
belajar yang
menekankan kepada aktivitas gerak tubuh maka kita golongkan pada
ranah belajar
psikomotor atau belajar gerak (motorik)
Belajar adalah sebagai upaya aktif yang dilakukan oleh seseorang
dalam upaya
memperoleh perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang diharapkan
mencakup
pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dan belajar yang dilakukan
pada
umumnya berlangsung dari yang sederhana ke yang lebih kompleks
walaupun
belum terdapat kesamaan di dalam langkah-langkah yang ditempuh.
Belajar tak terlepas dari proses pengajaran, yang mana pengajaran
itu sendiri
adalah suatu proses dari penyampaian informasi yang dilakukan oleh
guru ke pada
peserta didik. Dalam hal ini kita membutuhkan suatu teori
pengajaran yang
bersifat universal, yang mana difokuskan pada kegiatan pengajaran
sebagai salah
satu aspek tingkah laku manusia yang berdiri sendiri. Pembahasan
mengenai
struktur pengajaran harus selalu dilengkapi dengan pembahasan
mengenai
bagaimana kondisi yang berlangsung pada saat peserta didik sedang
melakukan
kegiatan belajar. Pemahaman mengenai struktur pengajaran serta
struktur materi
pelajaran merupakan bahan kajian yang sangat penting.
Dari suatu proses pengajaran diharapkan akan dapat meningkatkan
kemampuan
tiap-tiap peserta didik di dalam mengemukakan gagasan pribadi
masing-masing.
Di sini guru harus dapat menjadi suatu jembatan yang dapat
menghubungkan
antara peserta didik dengan isi dari materi pelajaran serta dapat
menjaga
keharmonisan dari semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan
pembelajaran
tersebut, baik dari guru itu sendiri, materi pelajaran maupun
dengan peserta didik.
Untuk itu, di dalam memilih gaya pengajaran merupakan salah satu
jembatan
penghubung diantara peserta didik dengan materi pelajaran.
Terdapat beberapa
gaya pengajaran yang dapat dipilih di dalam pelaksanaan proses
pengajaran,
seperti: Gaya Pemberian Perintah (Komando), Gaya Latihan, Gaya
Resiporkal,
Gaya Periksa Sendiri, Gaya Inklusi, Gaya Penemuan Terpimpin, dan
Gaya
Divergen, yang mana memiliki kekhususan sesuai dengan tujuan dari
masingmaisng
kegiatan yang akan dilakukan.
Mosston mengemukakan spectrum gaya mengajar sebagai upaya
menjembatani di
antara pokok bahasan dan belajar. Spektrum ini merupakan suatu
konsepsi teoritis
dan suatu desain atau rancangan operasional mengenai alternatif
atau
kemungkinan gaya mengajar. Setiap gaya mengajar memiliki struktur
tertentu
yang menggambarkan peran guru, peserta didik dan mengidentifikasi
tujuantujuan
yang dapat dicapai jika gaya mengajar ini dilakukan.
Gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan-keputusan yang dibuat
oleh guru
dan dibuat oleh peserta didik di dalam episode atau peristiwa
belajar yang
diberikan. Jenis-jenis keputusan dibuat oleh guru dan peserta
didik yang
menentukan proses dan hasil dari episode itu. Oleh karena itu,
spectrum gaya
mengajar ini memberikan kepada guru suatu susunan atau aturan
tentang alternatif
di dalam perilaku mengajar, yang memungkinkan guru mencapai lebih
banyak
peserta didik dan memenuhi banyak tujuan.
Pelaksanaan dan penerapan gaya-gaya mengajar dalam pendidikan
jasmani perlu
disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar-mengajarnya.
Dougherly dan
Bonanno mengemukakan padangannya terhadap gaya-gaya mengajar
dikemukakan oleh Mosston tentang karakteristik,
pertimbangan-pertimbangan
mengajar tertentu, dan kelebihan dan kekurangannya.
Selanjutnya ia mengemukakan pendapatnya dalam melaksanakan dan
menerapkan
gaya mengajar tersebut, adalah:
1). Tidak ada gaya mengajar yang paling baik untuk selamanya.
Setiap gaya
mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu pada gaya itu
sendiri.
Faktor-faktor ini harus ditekankan yang berkaitan dengan
tujuan-tujuan
tertentu dari pelajaran, kesiapan peserta didik untuk mengambil
keputusan
faktor lain.
2). Ada periode yang membuat atau menyebabkan berhenti yang harus
diamati,
jika gaya mengajar beralih ke arah yang lebih menekan kepada
peserta didik
pada akhir dari rangkaian kesatuan gaya mengajar.
3). Jika pelajaran ternyata tidak berhasil, maka dengan
berhati-hati dalam menilai
semua variabel atau faktor didalam situasi mengajar sebelum
menyalahkan
gaya mengajar itu sendiri. Jika pelajaran mengalami kegagalan,
maka
pertimbangan dan meninjau kembali semua variabel atau faktor
sebelum
menyalahkan kegagalan atau ketidaksesuaian pada gaya mengajar itu
sendiri.
Kita dapat meninjau kembali dan mempertanyakan seperti: a. Apakah
peserta
didik mempersiapkan untuk membuat jenis-jenis keputusan sesuai
dengan
yang diharapkan? b. Apakah guru menyampaikan informasi persiapan
yang
cukup kepada peserta didik? c. Apakah guru melakukan gaya mengajar
dengan benar? d. Apakah guru memberikan feedback tidak hanya berkaitan
dengan penampilan fisik, tetapi juga penyesuaian dengan gaya yang
digunakan? e. Apakah gaya mengajar sesuai dengan pelajaran?
1. Gaya Komando (The Command
Style)
Metode Komando, adalah metode yang pertama dari berbagai jenis
yang ada,
yang dalam uraian atau isinya mempunyai karakteristik guru yang
membuat
semua keputusan. Tugas guru adalah membuat semua keputusan sebelum
pelaksanaan, pelaksanaan, setelah pelaksanaan (evaluasi). Tugas
dari peserta
didik adalam mempersiapkan diri, dan mengikuti. Inti dari metode
komando
ini adalah arah dan hubungan yang dekat antara stimulus guru dan
respon
peserta didik. Stimulus ( sinyal komando) yang deberikan guru
sebelumnya
dalam setiap gerak peserta didik, dan murid melakukan sesuai
dengan apa
yang dicontohkan guru. Oleh karena itu, semua keputusan mengenai
tempat,
gerakan, waktu mulai, pace dan ritme, waktu berakhir, durasi, dan
interval
dibuat oleh guru.
Sebagai unit dasar dari suatu hubungan, terutama mengenai guru dan
murid
dalam hasil metode komando terutama tentang outcomes ( guru dan
murid
merupakan objek yang utama). Saat guru membuat semua keputusan
tentang
anatomy dan murid mengikuti keputusan tersebut,
Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjau dari tiga perangkat
keputusan:
pra-pertemuan, selama pertemuan berlangsung, dan pasca pertemuan.
Keputusan yang dibuat guru dan yang akan diteruskan kepada peserta
didik
dinyatakan sebagai berikut:
G = Keputusan Guru
S = Keputusan Peserta didik
Anatomi Gaya Komando
A B
Pra-pertemuan G G
Pertemuan S S
Pasca Pertemuan G G
Ada banyak contoh dari jenis metode hubungan ini : simponi
orchestra, penampilan balet, dansa folk, renang sinkronosasi, dayung, senam
kesegaran jasmani, drumband, aerobic, cheerleader, paduan suara, dan banyak
lagi. Dalam metode Komando ini harus bisa menggambarkan isi dari hubungan antara
guru yang membuat semua keputusan dan respon murid terhadap setiap
keputusan yang diambil guru. Persamaan antara kegiatan yang
dilakukan
murid dan contoh yang diberikan guru adalah berkesinambungan untuk
setiap
penampilan gerak ; seorang guru memberikan sinyal komando untuk
setiap
gerakan dan murid melakukan sesuai dengan contoh, dalam hubungan
ini
dapat dilahat dalam kelas karate, ballet, aerobic, dan dansa folk.
Kadang sinyal komando dan ritme membantu dalam memindahkan atau
mentransfer kepada orang lain seperti beat music dalam aerobic,
dram dalam
folk dance, kemudi dalam rowing, seorang murid memimpin pemanasan dalam
olahraga. Isi dari hubungan adalah sama – satu orang membuat keputusan untuk
yang lainnya. Saat hubungan ini menjadi hidup maka objektiv dari metode komando
ini telah dicapai. Seorang guru yang ingin menggunakan metode ini harus benar
benar mengerti mengenai cara atau langkah pengambilan keputusan (uraian dari
metode ini), rangkaian dari pengambilan keputusan, hubungan yang mungkin antara
sinyal komando dan respon yang diharapkan, kelayakan dari penugasan, dan
penampilan kemampuan dari murid (kemampuan melakukan penampilan gerak dengan kemungkinan
ketepatan dan benar sesuai denagn model yang diperlihatkan atau dicontohkan)
Di dalam pendidikan jasmani, gaya pengajaran komando dapat kita
temukan dalam beberapa kegiatan, yaitu:
a. “Gerakan Tunggal” yang mana dilakukan oleh sejumlah peserta
didik yang
sedang berdiri dengan posisi tubuh tertentu, pada tempat-tempat
tertentu
dalam mnedengarkan serta untuk memberikan respon atas stimulus
tertentu yang dibeikan oleh gurunya.
b. Pada serangkaian gerakan yang sudah dirancang berdasarkan
tahapantahapan
khusus, misalnya gerakan-gerakan tertentu pada senam lantai,
tarian modern, beberapa gerakan pada tarian daerah dan sebagainya.
Dalam hal ini, semua gerakan dilakukan berdasarkan serangkaian
perintah
yang diberikan oleh guru.
c. Beberapa jenis olahraga tertentu, misalnya Senam Kesegaran
Jasmani.
Gerakan yang dilakukan oleh semua anggota terjadi secara teratur
serta
bersama-sama, karena isyarat aba-aba / perintah yang diberikan
oleh salah
seorang dari regu dayung tersebut yang berperan sebagai
pengaturnya.
Kenyataan yang terjadi, dimana beberapa aspek atau unsur yang
memiliki
perbedaan ternyata gerakan dapat dilakukan secara harmonis dan
terkordinir.
Kesemua itu terjadi karena adanya isyarat perintah yang diberikan
pada saat
pengajaran dengan gaya pemberian perintah tersebut. Meskipun
struktur dan
tujuan dari kegiatannya berbeda, namun keterampilan dan
keterkaitan antara
guru dengan muridnya tetap akan sama, karena kesemuanya
dipengaruhi oleh
pemberian isyarat perintah yang sama.
Tahapan yang harus dilalui oleh seseorang dalam rangkaian kegiatan
sebenarnya adalah:
1) Tahapan Pre- Impact : penyusunan perencaan pembelajaran berupa
silbus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2) Tahapan Impact : implementasi perencanaa di dalam kegiatan
belajar
mengajar
3) Tahapan Post – Impact : pemberian umpan balik setelah pembelajaran
Pada saat proses stimulus respon sedang berlangsung, guru
mengamati
penampilan setiap peserta didik serta memberikan umpan balik
kepada
mereka, kemudian perikasa kembali tahapan post – impact yang ada
pada
anatomi dan amati gerakan-gerakan yang kurang tepat kemudian beri
petunjuk untuk memperbaikinya secara lisan, baik berupa pernyatan
perbaikan, pernyataan penilaian maupun pernyataan netral. Gunakan
pernyataan yang cocok dengan situasi yang sedang terjadi. Bila
terjadi
kesalahan, gunakan umpan balik yang sifatnya memperbaiki/korektif.
Bila
penampilan memuaskan, berikan umpan balik penilaian, dan
sebagainya.
Adapun pengorganisasiannya, guru mempunyai pilihan sebagai berikut
a. Pemberian umpan balik terhadap seluruh peserta didik.
b. Pemberian umpan balik terhadap masing-masing peserta didik
secara
perorangan.
c. Pemberian umpan balik selama pelaksanaan penampilan.
d. Pemberian umpan balik setelah pelaksanaan penampilan.
Pengaruh yang terjadi karena umpan balik yang diberikan guru
secara masal
akan dapat dibedakan dari pemberian umpan balik secara perorangan.
Guru harus memuji mana diantara dua jenis umpan balik ini yang cocok untuk
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didiknya.
Demonstrasi atau pemberian contoh yang diperagakan secara baik oleh
seseorang akan sangat berpengaruh terhadap pengamat dan akan
mempunyai
implikasi psikologis yang sangat besar terhadap peserta didik.
Demonstrasi
atau pemberian contoh yang baik mempunyai beberapa kekuatan
sebagai
berikut :
a. Demonstrasi akan dapat menciptakan gambaran menyeluruh dari
kegiatan
yang dilakukan oleh peserta didik.
b. Demonstrasi akan mengarah kepada suatu tingkat keberhasilan
tertentu.
Dengan pemberian demonstrasi oleh gurunya, maka setiap peserta
didik
akan termotivasi untuk menampilkan seluruh tugas yang diberikan
kepadanya dengan kekuatan maksimal yang dimilikinya.
c. Mempengaruhi peserta didik untuk dapat mengkoordinasikan
gerakangerakanya
secara lembut, lengkap dan berhasil. Seseorang akan berusaha
berdiri sambil menahan nafas pada saat melakukan gerakan berputar
pada
salah satu tarian yang dilakukannya .
d. Dapat menciptakannya suatu visualisasi mengenai bermacam-macam
bagian dari kegiatan serta proses berpaduan gerakan-gerakan
tertentu.
e. Dapat memperlihatkan rangakaian atau bagian-bagian dari
gerakangerakan
yang harus dilakukan oleh peserta didik.
f. Nampak seperti suatu hal yang mudah. Sepertinya, guru hanya
perlu “memperlihatkan dan memperjelaskan”, setelah itu peserta didik tinggal menirukan
gerakan yang telah dicontohkan sebelumnya.
g. Demonstrasi dapat menghemat waktu. Pada sisi lainnya, cara
pemberian penjelasan jauh lebih lama, membosankan dan kadang-kadang belum bisa memberikan
kejelasan mengenai gerakan-gerakan yang harus dilakukan peserta didik.
h. Dapat difokuskan pada ketepatan dari hasil penampilan gerakan
yang sudah dilakukan peserta didik.
i. Dapat memberikan informasi kepada peserta didik mengenai bagaimanakah
standar dari guru terhadap ketepatan dan kesempurnaan dari gerakan-gerakan yang
mereka lakukan.
j. Dapat membentengi peserta didik agar mereka selalu berada pada
posisi
yang sempurna sesuai dengan wewenamg yang dimilikinya.
k. Dapat mengarahkan perhatian peserta didik sehingga mereka dapat
memperhatikan bagian-bagian penting yang berkaitan dengan apa yang
harus dilakukan oleh peserta didik dalam melakukan berbagai
gerakan
sampai hal-hal yang terperinci sekalipun.
l. Dapat memperlihatkan posisi start yang tepat pada beberapa
jenis olahraga
tertentu (missal start pada lintasa, posisi servis pada tennis dan
sebagainya).
m. Dapat memberikan ilustrasi mengenai gerakan-gerakan yang sesuai
dengan tujuan tertentu (langkah pertama pada lari cepat, gerakan
lengan
saat melakukan servis pada bola voli, dan sebagainya).
n. Dapat menciptakan rasa kagum dan motivasi yang kuat bagi
peserta didik.
o. Dapat menimbulkan gagasan mengenai keindahan dari beberapa
gerakan
manusia.
p. Dapat mempengaaruhi persepsi tertentu terhadap peserta didik.
Pemberian demonstrasi bukan merupakan hal yang aneh didalam
pengajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut sama dengan yang dilakukan oleh
guru matematika dalam memberikan contoh atau mendemontrasikan cara-cara dalam
menyelesaikan beberapa hitungannya, begitupun yang sering dilakukan oleh guru
fisika.
Bila guru telah berhasil memberikan contoh, maka peserta didik
akan segera dapat melakukan gerakan yang diminta oleh gurunya. Selama ini,
diakui bahwa dalam pemberian contoh merupakan salah unsur yang sangat penting dan
memegang peranan yang tidak sedikit di dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Dapat disimpulkan empat unsur penting, yaitu :
Langkah 1 : Demonstrasi
Langkah 2 : Penjelasan
Langkah 3 : Pelaksanaan
Langkah 4 : Pengevaluasian
2. Gaya Latihan
Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjau dari tiga perangkat
keputusan:
pra-pertemuan, selama pertemuan berlangsung, dan pasca pertemuan.
Keputusan yang dibuat guru dan yang akan diteruskan kepada peserta
didik
dinyatakan sebagai berikut:
G = Keputusan Guru
S = Keputusan Peserta didik
Dalam Gaya Latihan, ada beberapa keputusan selama pertemuan berlangsung
yang dipindahkan dari guru ke peserta didik. Pergeseran keputusan
ini
memberi peranan dan perangkat tanggung jawab baru kepada peserta
didik.
a. Anatomi Gaya Latihan
A B
Prapertemuan
G G
Pertemuan S S
Pasca
Pertemuan
G G
b. Sasaran Gaya Latihan
Sasaran gaya latihan berbeda dari sasaran gaya komando, dalam hubungannya
dengan perilaku guru dan peranan peserta didik. Sasaran yang berhubungan dengan
tugas penampilan adalah :
1) Berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang
telah didemonstrasikan dan dijelaskan.
2) Memperagakan/mendemonstrasikan tugas penampilan yang diberikan.
3) Lamanya waktu latihan berkaitan dengan kecakapan penampilan
4) Memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang hasil (balikan)
yang diberikan guru dalam berbagai bentuk.
c. Peranan Guru dan Peserta didik
1. Peserta didik membuat keputusan selama pertemuan berlangsung mengenai:
1) Sikap (postur)
2) Tempat
3) Urutan pelaksanaan tugas
4) Waktu untuk memulai tugas
5) Kecepatan dan irama
6) Waktu berhenti
7) Waktu sela di antara tugas-tugas
8) Memprakarsai pertanyaan-pertanyaan.
2. Peranan guru sedikit berubah dari Gaya Komando untuk menjadi
Gaya
Latihan
1) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
sendiri
2) Memberi balikan secara pribadi kepada peserta didik
3) Memiliki kesempatan untuk meningkatkan interaksi individual
dengan setiap peserta didik.
4) Harus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menyesuaikan diri dengan peranan baru mereka.
d. Implikasi Gaya Latihan
1. Satu-satunya keputusan peserta didik dalam Gaya Komando adalah
untuk bergerak sesuai dengan petunjuk. Dalam episode-episode Gaya
Latihan, peserta didik harus:
1) Mengenal / mengetahui yang diharapkan dari kelas,
2) Menerima pemberian tugas,
3) Membuat keputusan sambil menjalankan tugas
4) Menerima balikan
2. Sekarang disediakan waktu bagi peserta didik untuk mengatur:
kapan
memulai, kapan berhenti, waktu sela antara tugas-tugas.
3. Siklus kegiatan adalah:
1) Pencapaian tugas oleh guru (peragaan, penjelasan)
2) Pelaksanaan tugas oleh peserta didik,
3) Pengamatan dan penilaian oleh guru (umpan balik).
4. Peranan baru peserta didik, keputusan-keputusan dan peranan
guru
harus dijelaskan di kelas.
1) Karena perubahan dari perintah ke latihan, maka peserta didik
perlu memahami peranan mereka dan meyakininya oleh guru.
2) Perubahan menimbulkan ketegangan dan kadang-kadang
ketidakpastian, jadi harus diusahakan agar peserta didik merasa
enak dengan tanggung jawab baru mereka.
3) Gaya Latihan mungkin perlu dimulai dengan memakai satu tugas
saja dan menambah waktu bagi peserta didik untuk mengambil
keputusan dalam beberapa jam pelajaran. Dengan demikian mereka
berkesempatan untuk menyesuaikan diri dengan peranan baru
mereka.
e. Pemilihan Pokok Bahasan dan Desain Gaya Latihan
Jenis-jenis kegiatan yang dapat dipakai dalam Gaya Latihan ini
adalah:
1. Tugas-tugas tetap yang dapat dilaksanakan menurut suatu model
khusus.
2. Dapat dinilai dengan kriteria benar dan tidak benar, dan
pengetahuan
tentang hasil-hasil.
f. Merencanakan Pelajaran dalam Gaya Latihan
1. Lembaran tugas atau kartu Gaya Latihan dibuat untuk
meningkatkan
efisiensi Gaya Latihan. Ini dapat didesain untuk ditempatkan
didinding
atau dibuat untuk masing-masing peserta didik.
1) Membantu peserta didik untuk mengingat tugasnya (apa yang
harus dilakukan dan bagaimana melakukannya).
2) Mengurangi pengulangan penjelasan oleh guru.
3) Mengajar peserta didik tentang bagaimana mengikuti tanggung
jawab tertulis untuk menyelesaikan tugas-tugas.
4) Untuk mencatat kesempatan mengabaikan peragaan dan penjelasan
oleh peserta didik, dan kemudian guru harus menyisihkan waktu
lagi untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan. Manipulasi
peserta didik secara demikian akan mengurangi interaksi guru
dalam: (a) meningkatkan tanggung jawab peserta didik, (b) guru
mengarahkan perhatian peserta didik kepada keterangan di
lembaran tugas dan pada tugas-tugas lain yang harus dilakukan.
g. Desain lembaran tugas
1) Berisi keterangan yang diperlukan mengenai apa yang harus
dilakukan
dan bagaimana melakukannya, dengan berfokus pada tugas.
2) Merinci tugas-tugas khusus
3) Menyatakan banyaknya tugas”
(a) Ulangan
(b) Jarak
4) Memberi arah bagi peserta didik dalam melaksanakan tugas.
5) Kriteria yang didasarkan atas hasil yang dapat diketahui dan
dilihat
oleh peserta didik.
h. Rencana Keseluruhan Pelajaran
(1) Memberikan rencana keseluruhan untuk episode-episode
(unit-unit) yang akan diajarkan.
(2) Kalau lembaran tugas telah merinci tugas-tugas bagi peserta
didik, maka rencana pelajaran yang akan diberikan oleh guru tentang semua keterangan
yang akan diberikan oleh guru tentang semua keterangan yang diberikan oleh guru
tentang semua keterangan yang diperlukan untuk memimpin kelas.
(3) Apabila kelak Anda akan mengajar di kelas ini Anda perlu merencanakan
pelajaran dan lembaran tugas bagi peserta didik.
(4) Lembaran tugas terlampir dapat dipakai sebagai contoh format.
(5) Komponen-komponen Rencana Pelajaran terdiri dari :
(a) Rencana: tanggal, waktu, nama: semua harus jelas.
(b) Tekanan pelajaran: harus disebutkan semua kegiatan yang akan diajarkan.
(c) Peralatan: semua yang diperlukan dalam pelajaran.
(d) Alat bantu mengajar: apa yang dibutuhkan guru selain alat-alat
kegiatan seperti proyektor, lembaran tugas, dan lain-lain.
(e) Sasaran penampilan: dinyatakan dengan jelas dengan memakai istilah-istilah
penampilan (operasional) tentang apa yang diharapkan untuk dapat dilakukan pada
akhir pelajaran.
(f) Penilaian penampilan: bagaimana mengukur sasaran yang telah dicapai.
(g) Nomor sasaran: Penjelasan harus sesuai dengan sasaran penampilan
yang dimaksud.
(h) Isi = kegiatan
Prosedur = peragaan, penjelasan
Organisasi = pengaturan peralatan dan peserta didik,
langkahlangkah
dalam tiap episode.
Diagram = Memperlihatkan pengaturan logistik.
6) Waktu yang diperkirakan: beberapa banyak waktu yang diperlukan
untuk setiap komponen pelajaran.
7) Butir-butir pelajaran penting: petunjuk bagi guru tentang
konsep,
pemikiran dan keterangan, untuk ditekankan dan jangan lupa untuk
dimasukkan.
3. Gaya Resiprokal
Gaya receiprocal merupakan gaya mengajar yang dikenal dengan
istilah gaya
timbal balik. Pengorganisasian aktivitas fisik dilakukan secara
berpasangan.
Setiap anggota dari pasangan ini mempunyai peranan masing-masing.
Salah
seorang diantaranya bertindak sebagai pelaku (doer) sementara dan
lainnya
sebagai pengamat (Observer). Secara skematis, proses penyampaian
serta
tugas-tugas pada model pengajaran dengan gaya ini adalah sebagai
berikut :
a. Pelaku (doer)
b. Pengamat (observer)
c. Guru (teacher)
Tugas dari mereka yang berperan sebagai pelaku adalah melakukan
tugastugas
serta keputusan yang diminta oleh gaya/bentuk olah gerak yang
dipelajarinya. Sedangkan peran pengamat adalah memberikan umpan
balik
kepada pelaku berdasarkan kriteria yang telah disampaikan dan
melakukan
komunikasi dengan guru. Sedangkan peran guru berperan mengamati
pelaku
(doer) dan pengamat (observer) akan tetapi komunikasi hanya
dilakukan
dengan pengamat. Jadi dalam pelaksanaannya terjadi 3 unsur yang
dilibatkan,
sehingga akan menghasil alur komunikasi khusus seperti yang digambarkan
sebagai berikut : Pelaku – Pengamat - Guru
Dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan
balik
bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini
memungkinkan:
(1) peningkatan , interaksi sosial antara teman sebaya dan, (2)
umpan balik
langsung.
1. Anatomi Gaya Resiprokal
Di dalam perangkat keputusan sebelum pertemuan. Pengadaan umpan
balik langsung digeser kepada seorang pengamat (a)
a. Kelas diatur berpasangan dengan peranan-peranan khusus untuk
setiap
partner.
1) Salah satu dari pasangan adalah “pelaku” (p)
2) Lainnya menjadi pengamat (a)
3) Guru (G) memegang peranan khusus untuk berkomunikasi dengan
pengamat.
P –––––––
G
P –––––––
–––– G
4) Peranan pelaku sama seperti dalam Gaya Latihan
5) Peranan pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku
dan berkomunikasi dengan guru.
6) Guru mengamati baik “p” maupun “a” tetapi hanya berkomunikasi
dengan “a”.
a). Guru membuat semua keputusan sebelum pertemuan.
b). Pelaku membuat keputusan selama pertemuan
c). Pengamat membuat keputusan umpan balik sesudah pertemuan
2. Sasaran Gaya Resiprokal
Sasaran gaya resiprokal ini berhubungan dengan tugas dan peranan
murid.
a. Tugas (pokok Bahasan)
1) Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang
pengamat.
2) Murid menerima umpan balik langsung
3) Sebagai pengamat, murid memperoleh pengetahuan mengenai
penampilan tugas.
b. Peranan peserta didik
1) Memberi dan menerima umpan balik
2) Mengamati penampilan teman, membandingkan dan
mempertentangkan dengan kriteria yang ada, menyampaikan
hasilnya kepada pelaku.
3) Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap kawan.
4) Memberikan umpan balik.
3. Pelaksanaannya Gaya Resiprokal
a. Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan
pengamat.
1) Guru harus menggeser umpan balik kepada peserta didik (a)
2) Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberi umpan
balik.
3) Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya,
ini memerlukan adanya rasa percaya
b. Keputusan-keputusan
1) Sebelum pertemuan: guru mambahkan lembaran desain kriteria
kepada pengamat untuk dipakai dalam gaya ini.
2) Selama pertemuan:
a). Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan
pengamat (a).
b). Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat
dan bukan dengan guru.
c). Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk
menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang
terdapat dalam lembaran yang diberikan.
3) Sesudah pertemuan:
a). Menerima kriteria
b). Mengamati penampilan pelaku
64
c). Membandingkan dan mempertentangkan penampilan
dengan kiteria yang diberikan.
d). Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau
salah.
e). Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada
pelaku.
4) Peranan guru adalah :
a. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pengamat.
b. Berkomunikasi dengan pengamat saja.
(1) Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara
pelaku dan pengamat.
(2) Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi
peranan pengamat.
3) Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan
pengamat berganti peranan.
4) Proses pemilihan partner dan pemantauan
keberhasilan proses adalah penting.
5) Guru bebas untuk mengamati banyak peserta didik
selama pelajaran berlangsung.
c. Pemilihan pokok bahasan:
1) Ini menentukan garis-garis pedoman untuk perilaku
pengamat.
2) Lima bagian lembaran kriteria adalah:
a) Uraian khusus mengenai tugas (termasuk pembagian tugas secara
berurutan).
b) Hal-hal yang khusus yang harus dicari selama penampilan
(kesulitan yang potensial).
c) Gambar atau sketsa untuk melukiskan tugas.
d) Contoh-contoh perilaku verbal untuk dipakai sebagai umpan
balik.
e) Mengingatkan peranan pengamat (apabila peserta didik telah
memahami gaya ini, bagian ini bisa dihapuskan).
d. Pertimbangan-pertimbangan khusus untuk Gaya Resiprokal Interaksi
antara guru dan pengamat:
1) Pengamat harus dianjurkan untuk berkomunikasi menurut kriteria
yang telah disusun.
2) Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik yang akurat yang
berhubungan dengan kriteria.
3) Seringkali pengamat terlalu kritis dan harus belajar mengikuti
kriteria yang telah ditentukan.
4) Guru perlu menekankan tanggung jawab positif dari pengamat.
5) Guru perlu membantu pelaku dan pengamat untuk berkomunikasi.
No comments:
Post a Comment